Berita Bali
PHDI Bali Imbau Umat Sembahyang di Rumah Masing-masing, Ini Makna Siwaratri yang Dirayakan Esok
Ketua PHDI Bali, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Sudiana mengimbau umat agar merayakan Siwa Ratri di rumah masing-masing atau di merajan rumah.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Itu saripati dari perayaan Siwa Ratri.
Inikah Malam Penebusan Dosa?
Siwaratri seperti yang yang sering kita jumpai sebelum-sebelumnya, bukanlah malam yang penuh keheningan, melainkan kebisingan.
Ironis memang, malam yang suci ini justru kerap dijadikan kebut-kebutan di jalan raya hingga pamer pacar di pura.
Sesungguhnya hal tersebut bukanlah suatu wujud perayaan Hari Suci Siwaratri, melain Bhutaratri.
Ketika kita berbicara mengenai Siwaratri, kita harus mengetahui konsepnya.
Dalam aspek ajaran Siwa Sidhanta, Siwa merupakan Tuhan yang memiliki tiga wujud, yakni Parama Siwa, Sadha Siwa dan Siwa Atman.
Sementara dalam ajaran Hindu secara umum, Siwa adalah dewa yang bertugas sebagai pemralina atau pelebur alam semesta beserta isinya.
Sementara Ratri artinya malam atau gelap.
Malam atau kegelapan yang dimaksudkan di sini ialah, ketidaktahuan.
Di sinilah Siwa hadir sebagai penunjuk jalan, dari jalan gelap menuju jalan terang atau kebodohan menuju kecerdasan.
Dewa Siwa-lah sebagai agen perubahan itu.
Dewa Siwa sebagai sebuah kekuatan yang menuntun manusia membangun kualitas menjadi yang lebih baik.
Jadi, bukan berarti Siwaratri adalah malam bergadang semalam suntuk, peleburan dosa dan sebagainya.
Kehadiran Siwa tidak hanya terjadi pada malam Siwaratri, tetapi hadir setiap hari.
Malam Siwaratri itu adalah malam untuk menegaskan kembali kehadiran Sang Hyang Siwa dalam diri kita sebagai Siwa Atman.