Pesawat Sriwijaya Hilang Kontak
Cerita 3 Nelayan Dengar Suara Dentuman dan Air Laut Naik 15 Meter Saat Jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182
Tragedi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang diduga jatuh di sekitar perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, masih menjadi buah bibir
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA – Tragedi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang diduga jatuh di sekitar perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, masih menjadi buah bibir warga di sekitar lokasi peristiwa.
Pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak dilaporkan menghilang dari radar setelah take off dari Bandara Soekarno-Hatta sekira pukul 14.36 WIB.
Dari penuturan warga di sekitar Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, ternyata ada sejumlah saksi yang mengetahui peristiwa jatuhnya pesawat buatan Boeing dengan tipe 737-500 yang menghujam ke laut.
Beberapa saksi di antaranya adalah tiga orang nelayan yang ketika itu sedang mencari ikan di perairan Pulau Laki dan Pulau Lancang.
Tiga saksi nelayan yang mengetahui peristiwa itu diungkapkan oleh Polres Kepulauan Seribu seusai peristiwa nahas terjadi.
Kendati ketiga nelayan tersebut tidak menyaksikan langsung bentuk pesawat tersebut jatuh, namun mereka menyaksikan bagaimana air laut naik hingga sekitar 15 meter sesaat setelah pesawat jatuh.
Baca juga: Selain KRI Rigel, Kapal Deteksi Bawah Laut Baruna Jaya IV Milik BPPT Dilibatkan Cari Black Box
”Kemarin ada tiga nelayan memberikan informasi awal pada saat jatuhnya pesawat ini karena mereka tidak melihat langsung pesawat jatuh itu tidak," kata Kapolres Kepulauan Seribu AKBP Eko Wahyu di Kapal KN SAR Wisnu, Kepulauan Seribu, Senin (11/1/2021).
Saat itu, kata Eko, ketiga nelayan itu bercerita kondisi perairan saat itu tengah dilanda hujan lebat sekitar pukul 15.00-15.30 WIB.
Seketika aktivitas mereka terhenti karena mendengar suara dentuman keras.
Ketiga nelayan itu mengaku mendengar jelas dentuman karena jarak mereka hanya sekitar 100 meter dari lokasi pesawat tersebut jatuh.
Yang semakin meyakinkan, adanya air naik beserta serpihan logam ke atas setinggi 15 meter.
”Nelayan itu mendengar suara dentuman keras sekali, terus air naik ke atas sampai 15 meter. Situasi saat itu hujan deras, dia perkirakan antara 100 sampai 150 meter jaraknya dengan lokasi. Di hujan deras sebenarnya untuk penglihatan jarak pandang itu nggak bisa terlalu keliatan," kata Eko.
Baca juga: Berkaca dari Kasus Sriwijaya Air SJ 182, Canda di Tengah Bencana, Kok Bisa?
Awalnya, ketiga nelayan itu tidak curiga dentuman keras itu merupakan pesawat Sriwijaya Air SJY-182 rute Jakarta-Pontianak yang terjatuh. Ketiga nelayan itu justru khawatir adanya tsunami.
"Dikira apa ini, bencana tsunami dan sebagainya ternyata setelah air itu naik ada serpihan-serpihan itu diduga ada jatuh kapal, mereka melaporkan Kapospol, kemudian lapor ke Kapolsek, akhirnya kan kita tindak lanjuti laporan ke atas," jelasnya.
Dari laporan itu, tim langsung mengecek kejadian awal mula dugaan pesawat jatuh itu. Dan, ditemukan kabel-kabel.