FAKTA Unik Pura Dalem Kaler Belega Gianyar Bali - Kalau Jodoh Tentu akan Dikabulkan

Pemangku istri usia 53 tahun ini, menjelaskan patung polisi tersebut sudah ada sejak leluhurnya ngayah sebagai pemangku di sana.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Rudi
Tribun Bali/AA Seri Kusniarti
Palinggih Ratu Sedahan Polisi di Pura Dalem Kaler Belega, Desa Adat Belega, Blahbatuh, Gianyar, Bali. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Fakta unik di Pura Dalem Kaler Belega, Desa Adat Belega, Blahbatuh, Gianyar, Bali.

Jika biasanya di depan Pura Dalem berisi patung raksasa atau rangda, maka di Pura Dalem ini, perwaliannya adalah Ratu Sedahan Polisi.

Ini sudah berlaku secara turun-temurun sejak ratusan tahun silam sudah ada di sana.

“Secara khusus, tidak pernah diceritakan oleh leluhur, menurut orang tua zaman dahulu. Memang sudah ada,” ucap Jero Mangku Wayan Mayun Belega.

Pemangku istri usia 53 tahun ini, menjelaskan patung polisi tersebut sudah ada sejak leluhurnya ngayah sebagai pemangku di sana.

Baca juga: Palinggih Polisi di Pura Dalem Kaler Belega, Pemedak Datang Nunas Tamba Hingga Pekerjaan

“Kalau ada yang mau sembahyang, tangkil ke sana maka akan dibantu oleh pemangku,” jelasnya kepada Tribun Bali, Kamis (14/1/2021).

Memang banyak anak muda, yang akan menjadi polisi datang sembahyang ke pura ini.

Jero mangku menjelaskan, pernah ada yang sembahyang sampai 25 orang.

Namun yang lulus hanya 5 orang, tentunya itu kembali ke jodoh masing-masing pamedek.

“Tidak ada tutur dari anak lingsir dahulu, tentang palinggih polisi itu. Semuanya mengatakan memang sudah ada demikian,” jelasnya.

Dahulu pakaian palinggih ini kecil, namun sekarang sudah lebih besar karena banyak yang jual di pasaran.

Dahulu pernah dilihat, dan pakaian palinggih polisi ini dilepas.

Terlihat pada patung dari paras, memang sudah langsung berpakaian polisi lengkap dengan sabuk dan pistol.

“Di patung paras sudah berisi pistol dan ikat pinggang, yang langsung menempel. Kemudian diberikan pakaian sejak sekitar 10 tahun yang lalu,” sebutnya.

Baca juga: Tertimpa Pohon Tua, Palinggih Bendung Jro Pengentuh Hancur

Ada pula yang masesangi ke pura, kemudian memberikan pakaian dan sepatu ala polisi.

Terlihat saat Tribun Bali ke lokasi, memang patung palinggih di depan menggunakan pakaian polisi.

“Terserah pamedek, kapan saja bisa tangkil, baik itu Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon,” jelasnya.

Cukup membawa banten pejati dan canang sari, pamedek bisa memohon di Pura Dalem ini.

Semua bisa nunas ica di pura bagian dari kahyangan tiga Desa Adat Belega ini.

Tinggal memberitahu jero mangku agar dibantu ketika menghaturkan banten pejati.

Pura Dalem Kahyangan Tiga Desa Adat Belega ini, diempon tiga banjar, di antaranya Kebon Kaja, Jasri, Belega Kanginan.

Pemangku yang ngayah di pura juga banyak, namun pemangku dari Banjar Belega Kanginan ini yang menjadi mangku pangempon turun-temurun.

“Pamedek yang datang bisa menyampaikan sendiri bhaktinya, dan saya membantu menghaturkan pejatinya. Jika jodoh biasanya dikabulkan, semua kembali restu dan berkah beliau,” ucapnya.

Dahulu ada yang pernah kehilangan, nunas ica ke pura ini dan akhirnya dikabulkan.

Baca juga: Waspada, Maling Incar Palinggih Gedong Penyimpenan, Kejadian di Dua Pura di Badung  

Ada pula yang nunas tamba agar sembuh, ada yang meminta pekerjaan, dan memohon agar lulus tes sebagai polisi atau pegawai negeri sipil.

Namun semua kembali ke Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan kalau jodoh tentunya akan dikabulkan.

Pamedek juga bisa datang ketika piodalan di pura, yakni Anggara Kasih Medangsia setiap 6 bulan sekali.

Lanjut pemangku yang mulai ngayah antara tahun 2004 ini, selain Ratu Sedahan Polisi.

Ada pula palinggih yang berkaitan dengan kepolisian lainnya.

Berada di jeruan (utama mandala) adalah palinggih Ratu Sedahan Jawa, Sedahan Jaksa, Sedahan Intel.

“Kalau piodalan, biasanya akan ada masakan seperti masakan China, yaitu mi dan minuman soda yang dihaturkan di Ratu Sedahan Jawa,” jelasnya.

Sedangkan untuk Sedahan Intel bisa menghaturkan ulam biasa, seperti bawi, ayam, dan lain sebagainya, bisa pakai daging.

Walau ida bhatara membantu, namun jika ada yang berniat jahat dan jail maka akan dijahili balik.

“Ada yang pernah melihat polisi, namun begitu dilihat balik sudah hilang,” sebut jero mangku.

Ada pula kisah, ketika masih kakek jero mangku menjadi pemangku di pura.

Ada pamedek datang bersama seorang balian, namun entah mengapa, pamedek itu meminta harus balian yang menghaturkan bantennya.

“Tidak dikasi kakek saya yang menghaturkan,” jelasnya.

Selesai balian menghaturkan banten, entah mengapa mobilnya jalan sendiri tanpa sopir.

Lalu layaknya perahu, mobil itu goyang kanan-kiri.

Baca juga: Setop Kasus Turis Duduki Palinggih, Gubernur Koster Terbitkan Pergub

Setelah pamedek dan balian datang meminta maaf dengan menghaturkan canang baru selesai insiden tersebut.

Ada pula, seseorang memarkir truk sembarangan di depan pura dengan muatan karung.

“Tiba-tiba kelihan ngamuk dan marah-marah, tidak memberikan truk tersebut parkir di sana,” tegasnya.

Kisah angker lainnya, selain melihat polisi dan kemudian hilang, terkadang malam hari ada suara teriakan, ada pula suara layaknya upacara baris-berbaris seperti orang latihan.

Sehingga dimungkinkan, walaupun cuma ada dua patung simbol polisi, namun pasti ada banyak polisi di sana.

“Saya juga pernah bermimpi dicari polisi. Dikejar mau dibunuh ketika perang, saya pura-pura tidur dan akan ditembak.

Namun ketika ditembak, ternyata isi pistolnya tidak ada, dan saya bukan sasarannya,” jelas jero mangku.

Jero mangku tidak tahu, apa makna dari mimpi tersebut, namun sejauh ia ngayah, secara langsung tidak pernah melihat sosok polisi tersebut. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved