Human Interest Story

Pernikahan Unik, Dua Tuna Netra Bersatu di Altar Gereja Katedral Denpasar Dengan Wali Seorang Muslim

Altar Gereja Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar, Bali menjadi saksi perjuangan cinta dua orang berkebutuhan khusus Tuna Netra, pasangan Julius Kai Lul

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Noviana Windri
Tribun Bali/Andrian Amurwonegoro
Pernikahan dua orang Tuna Netra dengan wali seorang muslim, antara Julius dan Mersi berlangsung penuh haru di Gereja Katolik Katedral Denpasar, Bali, pada Jumat (22/1/2021) 

Laporan wartawan Tribun Bali, Adrian Amurwonegoro

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Altar Gereja Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar, Bali menjadi saksi perjuangan cinta dua orang berkebutuhan khusus Tuna Netra, pasangan Julius Kai Luli Rianghepat dan Mersiana Fatima.

Keduanya akhirnya sah menjadi pasangan suami istri melalui upacara pemberkatan perkawinan oleh Pastor Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar, Romo Herman Yosep Babey dengan wali nikah seorang Muslim.

“Apakah saudara meresmikan perkawinan ini sungguh dengan ikhlas hati ?," tanya Romo Babey

"Ya, sungguh," jawab pasangan yang sedang berbahagia itu.

"Bersediakah saudara mengasihi dan menghormati  istri  suadara sepanjang hidup ?"

Baca juga: 6 Artis dengan Baju Pernikahan Unik, Gaun Nagita Slavina Saat Resepsi di Bali Curi Perhatian

Baca juga: Inspirasi Resepsi Pernikahan Unik di Masa Pandemi: Drive Thru, Salam Tempel Pakai Uang Elektronik

Baca juga: Pernikahan Arie Kriting dan Indah Permatasari Jadi Sorotan, Ini Kisah di Baliknya

"Ya, saya bersedia," ucap mempelai tersebut sembari menghadap Romo dan altar dengan setelan jas dan gaun pengantin yang indah.

Setelah prosesi Kesediaan, dilanjutkan dengan prosesi tukar cincin di mana pasangan tuna netra tersebut saling menyematkan cincin di jari manis dengan bimbingan Romo.

"Terimalah cincin ini sebagai lambang cinta dan kesetiaanku kepadamu dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus. Amin," ungkap Julius kepada istrinya dan sebaliknya

Kemudian disambut ciuman di kening dengan tepuk tangan meriah hadirin yang menyaksikan.

Setelah sah sebagai suami istri, Julius dan Mersi melakukan Doa mempelai di hadapan Bunda Maria.

Prosesi diakhiri dengan penandatanganan dokumen perkawinan dan foto bersama dengan penerapan protokol kesehatan covid-19 secara ketat dari awal berlangsungnya acara hingga berakhir.

Meskipun tak dapat melihat dunia, namun Julis melihat betapa cinta dan rencana indah Tuhan Yesus Kristus padanya.

Terbukti dalam mengarungi perjalanan hidupnya, meski ditempuh dengan keterbatasan, namun Julius mampu karena Tuhan selalu menuntun langkahnya.

Bahkan, akhirnya, Julius pun mampu menakklukkan hati seorang Mersi. Pria berusia 31 tahun itu membuktikan betapa besar cintanya terhadap Mersi dengan mendatanginya langsung ke Bandung, karena Mersi saat itu bekerja di salah satu tempat Pijat Shiatsu di Bandung, Jawa Barat.

Julius membulatkan tekadnya, bahwa dia bukan sekedar mencari pacar, namun dirinya mencari pendamping hidup karena itu sudah menjadi komitmen dari Musikus tuna netra dengan semangat hidup tinggi ini.

Baca juga: Kisah Abah Sarna dan Noni, Pacaran di Sawah, Pernikahan Beda Usia, Kabar Hamil Duluan hingga Talak

Baca juga: Pernikahan Kakek 71 Tahun dan Gadis 18 Tahun, Resepsi Mewah, Seserahan Barang Mahal

Baca juga: Kisah Pahit Pernikahan Isnaini Dikerjai Wedding Organizer Berdiskon, Malu Saat Tamu Berdatangan

“Saya tidak mau  cari  pacar, saya  mau  cari  istri, akhirnya dia (Mersi,-red) bilang kalau mau  cari istri, kamu ke Bandunng saja, buktikan ke saya, ya udah akhirnya saya bertekad sendiri  ke Bandung menemui dia," ungkap Julius saat dijumpai Tribun Bali usai pemberkatan perkawinan di Gereja Katolik Katedral Denpasar, pada Jumat (22/1/2021).

Pria asal Adonara Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur itu menceritakan awal mula mengenal Mersi adalah lewat dunia maya, di laman jendela Facebook pada tahun 2015, Julius berkenalan dengan Mersi, awalnya teman biasa kemudian mereka saling curhat banyak hal.

Meskipun mereka mengalami kebutaan dalam pengelihatan, namun Tuhan tak membiarkan mereka buta teknologi, sebab dengan kecanggihan teknologi gadget masa kini, memberikan layanan aksesibilitas khusus bagi penyandang disabilitas

"HP kan sekarang berbasis Android, dilengkapi aksesibilitas, jika di-on-kan akan keluar suara, kami komunikasi menggunakan fitur tersebut," ucap dia.

Perjalanan mereka pun kerap diiringi sandungan kerikil-kerikil, Julius dan Mersi sempat loss contact sekitar dua tahunan, sampai akhirnya Tuhan mempertemukan mereka kembali dan mereka menjalin hubungan yang lebih dekat selama satu tahun, Julius pun akhirnya meminang Mersi.

"Ya, mungkin sudah jalannya bertemu lagi, akhirnya saya komitmen mencari pasangan hidup," tutur penyiar Radio Pemerintah Kota Denpasar 92,6 FM yang dianugerahi suara empuk itu.

Sementara itu, selepas masa sekolah menengah atas di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Mersi memutuskan untuk bekerja di Bandung atau sekitar 7 tahun terakhir ini. 

Selama menjalin hubungan dekat dengan Julius, keduanya sempat bertemu sebanyak 3 kali. Bandung, Salatiga dan Bali menjadi saksi perjalanan cinta mereka.

Berbicara perjalanan kisah cinta, Julius dan Mersi tak ubahnya pasangan lainnya, mereka kerap diterpa prahara hubungan karena perbedaan pendapat, egoisme, namun hal itu dapat mereka tangkal dengan kekuatan cinta berdua.

"Berantem pernah, ada karena beda penndapat, egois, tapi Puji Tuhan bisa dikontrol," beber perempuan yang segera menginjak usia 28 tahun itu.

Mulai sekarang, Mersi telah keluar dari pekerjaannya di Bandung dan ikut suami, nahkoda cintanya di Bali.

Julius pria kelahiran 18 September 1988 itu juga mengisahkan singkat perjalanan hidupnya yang mengalami kebutaan penuh ini.

Julius yang merupakan anak pertama dari empat bersaudara itu memang awalnya terlahir secara normal seperti bayi-bayi lainnya.

Baca juga: Pernikahan Pria Kekar Ini Kacau Seusai Dilabrak Istri Tua, Dipukuli & Ini Alasannya Kawin Lagi

Namun saat menginjak usia tahun ke-2, Julius mengalami sakit kejang demam atau dikenal dengan Step. 

Dari situlah kemudian Julius divonis mengalami kebutaan.

"Saat itu saya masih kecil, jadi merasa biasa saja, seiring berjalannya waktu, saya merasakan tidak seperti orang lain, rasanya beda. Tapi rasa itu seketika hilang saat saya bermain dengan teman-teman. Tapi ketika berdiam diri di  rumah, saya merasa sendiri. Tapi Tuhan Yesus selalu menguatkan saya hingga detik ini," ungkap alumnus SLB Negeri 1 Denpasar Yayasan Pendidikan Dria Raba itu.

Julius pandai bermain musik, ia memiliki bakat anugerah dari Tuhan yang terus ia asah hingga sekarang. 

Julius mendapat pemasukan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dari hasil bermain musik di sebuah Restaurant di Denpasar.

Selain itu, lagi-lagi Julius dengan kebutuhan khususnya mendapat berkat dari Yesus Kristus.

Ia diberikan talenta dan suara yang enak didengar, alhasil Julius mendapat kesempatan setelah Pemerintah Kota Denpasar membuka lowongan pekerjaan bagi kaum disabilitas, Julius direkomendasikan hingga lolos terpilih menjadi seorang broadcaster di RPKD.

Sementara itu, pasangan Julius, Mersi sama - sama Tuna Netra.

Akan tetapi Mersi masih bisa mendapatkan sedikit pengelihatan atau Low Vision.

"Saya lahir normal, namun usia 2 bulan seperti ada keanehan, setelah usia 5 tahun diperiksa dan didiagnosa mengalami katarak. Ya saya jalani saja kehidupan saya sebaik mungkin," ucap perempuan kelahiran 17 Maret 1993 itu.

Mersi pun, mengaku saat ini sudah siap mengarungi bahtera rumah tangga bersama Julius dengan bekal pengalaman hidup yang telah ia jalani lebih dari 20 tahun ini dengan belajar banyak hal di tengah keterbatasan yang ia miliki.

"Saya siap mengurus rumah tangga, Puji Tuhan saya bisa masak, bisa mencuci dan urusan rumah tangga lainnya, sebab di sekolah sejak SD hingga SMA saya sekolah di asrama, diajarkan memasak hingga mencuci, dan sekarang seperti menikmati hasilnya, siap ber-rumah tangga," kata Mersi.

Sementara itu, Julius mengaku yang pertama dipersiapkan untuk mempersunting Mersi adalah mental, terlebih jika Tuhan segera menganugerahi mereka momongan.'

Baca juga: Kisah Inspirasi di Balik Rencana Pernikahan Agus; Batalkan Resepsi Pilih Berbagi 1,5 Ton Sembako

Baca juga: Seorang Ibu di Lombok Mengamuk Dan Kacaukan Pernikahan Anaknya, Ini Nasib Kedua Mempelai

"Dalam mengahdapi rumah tangga, yang dipersiapkan pertama adalah mental, kenapa demikian karena ruang gerak kami terbatas, kami harus mempersiakan mental, agar kela kalau Tuhan menganugerahkan keturunan, kami bisa melindungi dan memberikan anak kami bekal akal dan pendidikan," beber dia.

Tak hanya itu, karena situasi Pandemi Covid-19, pemberkatan pernikahan pasangan ini pun tidak dihadiri oleh orang tua dari masing - masing pasangan. 

Orang tua Julius berada di Sabah, Malaysia. Keduanya bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sejak Julius masih usia dini hingga dewasa ini.

Julius baru masuk ke Denpasar, Bali sejak menempuh bangku SMA. Sebelumnya sempat menempuh pendidikan di Larantuka, Flores Timur, NTT.

Lantaran tak dihadiri oleh orang tuanya karena bekerja di Malaysia dan tak bisa ke Indonesia karena pandemi covid-19.

Maka yang menjadi wali dari Julius adalah Rahman Sabo Nama yang pamannya seorang beragama Islam (Muslim).

"Orang tua Julius tidak bisa datang karena pandemi Covid-19, sebenarnya yang jadi wali sesama Katolik tapi di Adonara karena khawatir pandemi covid-19 maka saya yang jadi walinya," ungkap Rahman.

Begitu pula orang tua dari Mersi yang tak bisa hadir karena usia yang sudah tua serta pandemi covid-19 dan berada di Ruteng, Flores, NTT. 

Rahman pun meski mengaku sempat marah karena Julius nekat pergi ke Bandung untuk menemui Mersi tanpa sepengetahuan dia.

Akan tetapi, marah tersebut kini berganti tangis bahagia dan haru.

Apalagi saat Julius di sela-sela upacara pemberkatan perkawinan tadi menyanyikan sebuah lagu yang khusus ia nyanyikan bagi Mersi untuk hari pernikahannya ini.

"Saya bahagia, terharu, sampai menangis, apalagi saat dia menyanyi, dia memang punya keahlian dalam bermusik, yang menghidupinya sampai sekarang," ujar dia.

Untuk diketahui, bahwa Julius di sela pemberkatan perkawinan sempat mendaratkan sebuah lagu dengan bermain keyboard sesuai keahliannya dalam bermusik.

"Lagu ini menceritakan kebahagiaan kepada Bunda Maria, mudah-mudahan kebahAgiaan ini kekal abadi," ucap Julius sesaat sebelum menyanyikan lagu tersebut.

Menurut Aktivis Sosial, pernikahan antara dua orang sesama penyandang Tuna Netra ini menjadi contoh semangat bagi yang lain dalam kekuatan cinta.

"Ini contoh orang disabilitas, walaupun dalam keterbatasan kondisi mata buta tapi dia bisa mandiri dan bisa melangsungkan pernikahan," ungkap alumni Fakultas Ekonomi Universitas Udayana itu.

Baca juga: Pengakuan Suami Dicarikan Istri Kedua oleh Istri Pertamanya, Pernikahan pun Disiapkan

Pada kesempatan yang sama, Tribun Bali juga menjumpai Pastor Parkoi Katedral Denpasar, Romo Herman Yosep Babey, Romo menyampaikan rasa syukurnya atas berlangsungnya perkawinan suci antara Julius dan Mersi.

"Jadi yang pertama adalah syukur karena Tuhan menunjukkan kasih sayangnya kepada semua orang, Tuhan menghadirkan cinta kepada mereka baik yang sehat secara fisik maupun yang berkebutuhan khusus," ucap Romo Babey

"Julius dan Mersi dua orang tuna netra tidak bisa melihat, perjalanan mereka untuk saling mencintai memang tergolong unik, karena Julis di Bali, dan Mersi di  Bandung. Jalinan cinta mereka jarak jauh, begitu kuat sampai dengan keluarga dari  masing masing setuju," jabarnya.

Terlebih lagi, Julius lahir dari keluarga besar muslim, dan menjadi wali nikahnya dalam pernikahan ini.

Menurut Romo Babey, hal itu tidak menjadi persoalan dalam Gereja Katolik sebab keputusan untuk mencintai dan hidup dalam perkawinan tidak dibatasi oleh agama, status sosial dan sebagainya.

"Prinsipnya keluarga besar setuju, Laludipersiapkan dengan baik. Mereka (Julius dan Mersi  juga ikut persiapan perkawinan selama lima hari dengan teman yang lainnnya. Selain itu sampai dengan perayaan tadi yang berjalan dengan baik," jelasnya.

Romo menuturkan, bahwa dalam Gereja Katolik tidak memeprsoalkan wali nikah dari  keyakinan lain.

"Tidak masalah, intinya dua orang yang melakukan janji kesetiaan, yang lain menyaksikan, ortu dan keluarga, ketika menyaksikan tidak ada batasan," sebutnya.

Romo Babey menambahkan sesuai dengan apa yang dilakukan Gereja Katolik, bahea dalam menyiapkan dan menerimakan Sakramen Perkawinan tidak membeda-bedakan baik yang normal maupun berkebutuhan khusus. 

Romo pun memuji semangat mempelai ini.

"Bahkan saat gladi kemarin saya minta tolong kepada petugas, apakah ikut secara normal di pandemi  atau  karena kebutuhan secara fisik terbatas mau dibuat lebih sederhna lagi. Tapi mereka jawab kami siap ikut secara normal, hasilnya bagus tadi," pungkas Romo Babey. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved