WHO Bocorkan Akan Ada Vaksin Covid-19 Yang Tidak Perlu Disuntikkan ke Tubuh
Badan kesehatan dunia WHO atau World Health Oraganization menyebut akan ada vaksin Covid-19 dengan teknologi baru.
TRIBUN-BALI.COM, JENEWA - Berbagai negara sudah melakukan vaksinasi Covid-19 diantaranya seperti Amerika Serikat, Inggris, Arab Saudi, sampai Indonesia.
Banyak orang yang kini berharap efektivitas vaksin Covid-19 dapat diandalkan hingga penyebaran virus berkurang bahkan hilang.
Hingga saat ini pengembangan vaksin Covid-19 terus dilakukan.
Badan kesehatan dunia WHO atau World Health Oraganization menyebut akan ada vaksin Covid-19 dengan teknologi baru.
Vaksinasi tersebut bisa dilakukan hanya dengan 1 dosis saja.
Baca juga: China Dan Amerika Serikat Kembali Bentrok di Rapat WHO, Ini yang Membuat Beijing Marah
Seperti diketahui saat ini sudah banyak vaksin Covid-19 yang digunakan, seperti buatan Sinovac, Pfizer, Moderna dll.
Namun vaksin Covid-19 tersebut harus 2 dosis atau 2 kali penyuntikan.
Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan membocorkan jenis-jenis vaksin Covid-19 baru yang masih dalam pengembangan.
Baca juga: WHO Sebut Situasi Makin Mengkhawatirkan, Akibat Virus Covid-19 Jenis Baru di Inggris
Calon-calon vaksin virus corona generasi baru ini memiliki sifat berbeda-beda dibandingkan yang beredar sekarang.
Dia mengatakan, ada vaksin corona dalam pengembangan yang hanya butuh satu suntikan, dihirup lewat hidung, dan mungkin lebih terjangkau.
"Mungkin ada banyak vaksin Covid-19 yang memiliki keunggulan dibandingkan generasi pertama," kata Swaminathan dikutip dari AFP, Rabu 20 Januari 2021.
"Yang ingin kami lihat adalah pencegahan penyakit. Pencegahan infeksi adalah pertanyan lain. Tapi itu sekunder. Kami akan belajar tentang seberapa efektif vaksin ini sebenarnya mencegah penyebaran infeksi dari orang ke orang." tambahnya.
Menurutnya saat ini beberapa vaksin menghasilkan kekebalan yang mensterilkan; mereka menghentikan infeksi, hinga mencegah penyakit.
Namun Beberapa vaksin tidak menghentikan infeksi, akan tetapi mencegah penyakit.
Saat ini, kami masih menunggu hasil penelitian untuk mengetahui vaksin Covid mana yang benar-benar akan berhasil mencegah infeksi. Mudah-mudahan, seharusnya demikian," lanjut Swaminathan.
Menurut tinjauan umum WHO tentang calon vaksin Covid-19, ada 64 merek yang sedang diuji ke manusia, dan 22 di antaranya sudah mencapai pengujian massal tahap akhir.
Kemudian 173 calon vaksin virus corona lainnya sedang dikembangkan di laboratorium, untuk diuji coba pada manusia.
Sejauh ini WHO baru memberikan persetujuan darurat untuk dua dosis vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech yang butuh suhu penyimpanan ultra-dingin.
"Itu jadi masalah di banyak negara," kata Swaminathan.
Pemerintah Indonesia Sedang Siapkan Regulasi Vaksin Mandiri Berbayar
Setelah vaksin perdana dilakukan di Indonesia, pemerintah kini tengah menyiapkan regulasi vaksin mandiri berbayar.
Aturan vaksin mandiri tersebut akan mengatur pembelian vaksin oleh pengusaha perusahaan atau industri untuk diberikan kepada karyawannya secara gratis.
"Dengan persiapan untuk akselerasi vaksin, di mana akselerasi melalui program mandiri sedang dipersiapkan regulasinya.Karena itu akan mengatur pembelian oleh sektor-sektor industri tertentu, dan itu akan diberikan kepada karyawan secara gratis juga," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat terbatas dengan Presiden, Kamis 21 Januari 2021.
Menurut Airlangga saat ini salah satu yang sedang digodok adalah sumber atau merk vaksin mandiri.
Vaksin tersebut harus berbeda dengan vaksin yang gratis dari pemerintah.
"Jadi ada beberapa hal yang terkait teknis akan dipersiapkan dan itu juga dimintakan agar sumber daripada vaksinnya berbeda dari vaksin yang gratis," katanya.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo memberi sinyal lampu hijau terkait wacana vaksin mandiri bagi pengusaha.
Menurutnya, opsi vaksin mandiri bisa dilakukan selama tujuannya mempercepat program vaksinasi secara nasional.
"Pengusaha menyampaikan ke saya 'pak bisa tidak vaksin mandiri'. Ini yang baru akan kita putuskan karena kita memang perlu mempercepat, perlu sebanyak-banyaknya, apalagi biayanya ditanggung oleh perusahaan sendiri, kenapa tidak?" tutur Jokowi saat acara 11th Kompas100 CEO Forum.
Meski begitu, Jokowi meminta isu ini harus dikelola dengan baik agar tidak menjadi polemik.
"Mungkin bisa diberikan asal merk vaksinnya berbeda. Tempat untuk melakukan vaksin juga berbeda. Bisa dilakukan," kata Jokowi.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin akan melibatkan rumah sakit swasta dalam proses vaksinasi Covid-19.
Ia mengatakan, hal itu sebagai upaya untuk mencapai target Presiden Jokowi yang meminta vaksinasi rampung dalam 12 bulan.
"Kami sudah ajukan yang sudah diputuskan kami akan bekerja sama dengan Rumah Sakit Swasta, mana kita punya sekitar 10 ribu Puskesmas, kalau Rumah Sakit TNI Polri sama pemerintah itu mungkin 500-an, kalau ditambah dengan Rumah Sakit Swasta akan menjadi 3 ribuan yang akan kita pakai sebagai outlet-outle untuk vaksinasi," ujar Budi.
Selain itu, untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi di daerah-daerah yang kurang memadai fasilitas kesehatan, pihaknya berencana melakukan vaksinasi Covid-19 massal.
"Untuk beberapa daerah yang kita lihat masih terlampau panjang program vaksinasi yang kita akan melakukan intervensi program vaksinasi massal mungkin kita datang ke Stadion, kita datang ke sekolah, gedung pertemuan untuk melakukan injeksi vaksinasi massal ke beberapa daerah-daerah," jelas mantan wakil menteri BUMN ini.
Ia mengakui, pihaknya membuka berbagai kemungkinan bersama pihak mana pun untuk merampungkan vaksinasi ini.
"Vaksinasi ini secepatnya-cepatnya, sebanyak-banyaknya, semurah-murahnya anggaran negara. Any program masuk ke sana kita, okay.
Tapi ada catatan jangan sampai seperti yang terjadi di negara kaya, golongan kaya, dapat vaksin duluan dibandingkan dengan orang yang tidak mampu.
Sekali lagi ini sifatnya sangat sosialis ini bukan yang sesuatu yang sangat individualis," kata Menkes.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan wacana vaksin mandiri memang sangat diperlukan, hanya saja prosesnya masih butuh persetujuan DPR dan Kementerian Kesehatan.
Menurutnya, opsi vaksin berbayar ini bukan sebagai prioritas tapi perlu disediakan asalkan berbeda merek dengan yang disediakan pemerintah.
"Vaksin mandiri kenapa juga diperlukan. Karena itu kita membuka pembicaraan secara langsung tentu tupoksinya ini di Kemenkes. Kita hanya ditugasi," kata Erick.
Erick menyampaikan ada beberapa catatan terkait wacana vaksin mandiri.
"Vaksin mandiri harus berbeda jenis supaya tidak tercampur (dengan yang gratis). Yang kedua kita tetap mengutamakan vaksin gratis jadi masih harus berjalan 1-2 bulan terdepan dan vaksin mandiri setelah itu," ujar Erick.
Menurutnya, jika vaksin mandiri ini nantinya berjalan harus memiliki keputusan payung hukum yang jelas.
Erick menambahkan sejauh ini kebijakan dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sudah luar biasa bagaimana rakyat yang membutuhkan diberikan vaksin gratis seperti nakes, TNI/Polri, dan rakyat yang memang benar-benar membutuhkan.
"Jadi kami tinggal menjalankan tugas (vaksin mandiri) tetapi dengan catatan-catatan yang tadi," ujar Erick.(Tribun Network/nas/rin/yud/wly)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "WHO Bocorkan Calon Vaksin Covid-19 Generasi Baru: Ada yang Lewat Hidung dan Cukup 1 Suntikan"