Makna Purnama Sebelum Saraswati Dan Sesajen Yang Perlu Dihaturkan Dalam Ajaran Hindu Bali 

Umat diharapkan membuat persembahan sesuai kemampuan untuk dipersembahkan kepada para dewa, terutama Dewi Bulan.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/Rizal Fanany
Sejumlah Guru dan siswa menggelar persembahyangan Saraswati dengan menerapkan protokol kesehatan di Halaman Sekolah SMK Prada, Badung, Sabtu (4/7/2020). 

 Dewa Siwa berkata, bahwa ia hanya bisa dikalahkan oleh seseorang yang bertriwikrama berwujud kura-kura.

Singkat cerita, Watugunung melakukan tes terhadap kesaktiannya ini.

Ia masuk desa, dan melihat seorang gadis cantik dan ditariknya hingga menangis.

Raja Ukir yang mendapat laporan, memerintahkan untuk menangkapnya.

Pertempuran terjadi, namun sayangnya raja ukir dapat dikalahkan.

Setelah itu ke-26 raja lainnya juga dapat ditaklukkan.

Hingga akhirnya kerajaan Jalasanggara dapat ditaklukkan.

Kedua permaisuri, Dewi Sinta dan Dewi Landep pun diperistri oleh Sang Watugunung.

Suatu hari Dewi Sinta mencari kutu di kepala Sang Watugunung.

Tak dinyana, ada bekas luka mirip dengan kepunyaan anaknya, ketika dipukul dahulu kala.

 Ia pun sangat sedih, karena suaminya adalah anaknya sendiri.

Watugunung yang melihat itu, mendekatinya dan memohon agar Dewi Sinta tidak sedih.

Ia pun berjanji akan melakukan apa saja untuk membuat istrinya ini senang.

Dewi Sinta pun berkehendak ingin mengakhiri pernikahan yang dipenuhi dosa ini.

Dewi Sinta meminta kepada suaminya, agar memperistri Dewi Nawang Ratih, yang tak lain adalah istri Dewa Wisnu.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved