Berita Denpasar
LIPSUS IMLEK: Etnis Tionghoa di Kawasan Gajah Mada Denpasar, Toko Bhineka Djaja Jadi Bukti Sejarah
Kedai kopi Bhineka Djaja sekaligus menjadi simbol atau bukti sejarah keberadaan warga Thionghoa di Gajah Mada.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Mayoritas kawasan ini menjadi tempat tinggal warga Tionghoa termasuk usaha mereka.
Namun yang unik, menurut Tio, antara pedagang di Pasar Badung dengan etnis Tionghoa yang berjualan di kawasan Gajah Mada maupun Kartini tak pernah ada persaingan.
“Kami saling melengkapi dan tidak ada persaingan,” katanya.
Setelah itu, banyak permasalahan yang timbul dan beberapa toko mulai dijual dan diambil alih oleh warga Arab dan India.
Penduduk etnis Tionghoa di sana pun berpencar ke beberapa daerah dan banyak juga yang kembali ke Kuta.
“Jadinya Kuta kan ramai sekarang dengan etnis Tionghoa. Kalau dihitung-hitung di sini hanya tersisa 30 sampai 40 persen warga Tionghoa,” paparnya.
Kejadian yang paling buruk dialami saat masa pemerintahan Soeharto.
Saat itu banyak pemuda etnis Tionghoa yang kembali ke China karena tidak diizinkan sekolah di Indonesia.
Mereka juga mengganti nama termasuk nama toko agar tak menggunakan nama yang berbau China.
“Sekolah Tionghoa ditutup dan aset mereka banyak diambil. Kelenteng juga tutup dan banyak pemuda yang pulang ke China,” katanya.
• Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek 2021, Cocok Kirim via WhatsApp, Status Facebook & Instagram Stories
• Arti Gong Xi Fa Cai Bukan Selamat Tahun Baru Imlek, Berikut Ini Arti Sebenarnya dan Ucapan Imlek
Setelah pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), warga Thionghoa mulai bisa bernapas lega.
Usaha mereka pun mulai menggeliat hingga saat ini.
Namun, karena masa pengekangan tersebut, menurut Tio banyak anak muda etnis Tionghoa yang hampir melupakan tradisi leluhurnya.
“Karena ada yang tua-tua, makanya adat istiadat dari leluhur kami masih tetap bertahan,” paparnya.
Walaupun etnis ini masih bertahan di kawasan Gajah Mada, namun jumlah mereka sudah tidak banyak.