Analisis Ahli Soal Gempa 7,1 Magnitudo yang Mengguncang Jepang dan Kondisi Terkini Reaktor Fukushima

 Negara Jepang tepatnya di prefektur Fukushima diguncang gempa kuat pada Sabtu 13 Februari 2021 malam kemarin.

Editor: Ady Sucipto
Tribunnews/Richard Susilo
Guncangan gempa di Fukushima, Jepang, Sabtu (13/2/2021) malam terasa sampai di Kota Tokyo. Dinding ruangan retak akibat kerasnya guncangan. 

TRIBUN-BALI.COM – Negara Jepang tepatnya di prefektur Fukushima diguncang gempa kuat pada Sabtu 13 Februari 2021 malam kemarin.

Dari laporan otoritas setempat, gempa di Jepang ini tercatat berkekuatan 7,1 magnitudo dengan kedalaman 60 kilometer dari lepas pantai prefektur Fukushima, sekira pukul 23.08 waktu setempat.

Melansir dari media lokal setempat, Kyodo News, Badan Metorologi Jepang menyatakan bahwa gempa yang terjadi pada Sabtu kemarin malam sebagai gempa susulan dari gempa 10 tahun lalu.

Kala itu, Jepang diguncang gempa bumi kuat berskala 9,0 magnitudo pada 11 Maret 2011 silam, tercatat 7 skala tertinggi dan memicu terjadinya tsunami.

Baca juga: Gempa Dahsyat Guncang Jepang, Disebut Sebagai Gempa Susulan 10 Tahun Lalu, Mungkinkah?

Ini kemudian menyebabkan kerusakan inti di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.

Gempa dengan intensitas 6 dan 7 ke atas didefinisikan oleh badan sebagai membuat "tidak mungkin (bagi manusia) untuk tetap berdiri atau bergerak tanpa merangkak" dan orang-orang bahkan mungkin "terlempar ke udara."

Seorang profesor di Institut Penelitian Gempa Universitas Tokyo, Kenji Satake mengatakan, gempa pada Sabtu malam itu tidak mengherankan jika disebut gempa susulan.

"Karena (gempa tahun 2011) adalah gempa yang sangat besar dengan kekuatan 9.0, tidak mengherankan jika terjadi gempa susulan dengan skala ini 10 tahun kemudian," kata Kenji Satake, dikutip dari Kyodo News.

Meskipun gempa terbaru berukuran relatif besar dengan fokus di lepas Prefektur Fukushima, itu tidak mungkin menyebabkan tsunami.

Satake mengatakan, hal tersebut karena gempa ini memiliki episentrum yang dalam sekitar 55 kilometer di bawah permukaan laut.

Baca juga: Model Cantik Asal Jepang Ini Cari Pacar Sambil Kumpulkan Donasi Untuk Masyarakat Bali

Gempa bumi pada 11 Maret 2011 lalu, menyebabkan bencana nuklir terburuk di Jepang, ketika tiga reaktor di pembangkit nuklir Fukushima Daiichi meleleh.

Akibat hal tersebut, ketiga reaktor melepaskan bahan radioaktif ke udara dan memaksa lebih dari 100 ribu orang dievakuasi.

Sementara, lebih dari 20 ribu orang tewas atau hilang dalam gempa dan tsunami, sementara ratusan ribu lainnya kehilangan rumah.

Tidak Ada Kerusakan di Pembangkit Nuklir

PM Jepang Yoshihide Suga sedang fokus ke revitalisasi sosial ekonomi bersamaan pula dengan antisipasi pencegahan pandemi Covid-19 saat ini.
PM Jepang Yoshihide Suga sedang fokus ke revitalisasi sosial ekonomi bersamaan pula dengan antisipasi pencegahan pandemi Covid-19 saat ini. (Foto PBB)

Dikutip dari CNN, Perdana Menteri Jepang, Yoshide Suga meyakinkan publik bahwa setelah gempa pada Sabtu kemarin, 'tidak ada kelainan' telah dilaporkan di salah satu pembangkit nuklir.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved