Berita Bangli
Kabar Duka, Ida Pandita Mpu Nabe Istri Raka Meninggal Dunia, Tidak Ada Penyakit Serius
Kabar duka, sulinggih Ida Pandita Mpu Nabe Istri Raka meninggal dunia pada 11 Februari 2021. Ida Pandita Istri meninggal dunia di usia 97 tahun.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI – Kabar duka, sulinggih Ida Pandita Mpu Nabe Istri Raka meninggal dunia pada 11 Februari 2021.
Ida Pandita Istri meninggal dunia di usia 97 tahun.
Saat masih walaka, Ida Pandita Istri dikenal sebagai sosok yang sangat gesit, ulet serta mengutamakan pendidikan bagi delapan putra putrinya.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang putra Ida Pandita Istri bernama I Ketut Kayana, Sabtu 13 Februari 2021.
Ia menceritakan, Ida Pandita Istri lahir di Desa Madangan, Gianyar, Bali Tahun 1924 silam.
Kemudian berpindah ke Desa Pakraman Sala, Kecamatan Susut, Bangli pasca menikah dengan Ida Pandita Mpu Nabe Paramayoga.
Dari hasil pernikahan tersebut, Ida Pandita Istri dikaruniai delapan putra-putri.
Baca juga: Tidak Mudah, Ini Syarat dan Tahapan Menjadi Sulinggih di Bali
Sebagai seorang ibu, Ida Pandita Istri sangat mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya.
Kendati suaminya hanya sebagai pegawai biasa di RSJ Bangli, tak jarang Ida Pandita Istri memberikan dukungan pada anak-anaknya.
Seperti mendukung menimba ilmu dengan merantau hingga ke tanah Jawa.
Meski zaman dulu cukup sulit, dan masih belum banyak orang yang menimba ilmu hingga ke luar pulau.
“Dalam kondisi sulit seperti zaman dulu, ada enam orang anak beliau yang menempuh pendidikan hingga ke Jawa. Sedangkan untuk di desa pada tahun 65-an, belum banyak warga di desa kami dan desa sekitarnya yang menyekolahkan anaknya hingga keluar Bali. Karenanya kami sangat kagum pada beliau,” kenangnya.
Kekaguman Kayana sebagai anak pun bertambah lantaran jerih payah orang tuanya membuahkan hasil manis.
Sebab delapan orang putra-putrinya menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Termasuk Kayana sendiri yang merupakan mantan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Bangli.
Pasca pensiun sebagai pegawai RSJ Bangli tahun 1980, orang tuanya sempat melakukan pengabdian pada masyarakat desa.
Mulai dari menjadi salah satu staf KUD Sulahan, Bendesa Adat, hingga Kelihan Subak.
Dan pada tahun 1990 di usia ke-64 tahun, Ida Pandita Istri melinggih mediksa mendampingi sang suami.
Tidak ada penyakit serius
Kayana yang kini juga merupakan Bendesa Adat Desa Pakraman Sala mengungkapkan, tidak ada penyakit apapun yang diderita oleh Ida Pandita Istri.
Namun karena faktor usia, sejak enam tahun belakangan Ida Pandita Istri hanya bisa duduk di kursi roda.
Kesehariannya pun lebih banyak dihabiskan di Griya Sala Simpati.
“Sejak enam tahun pula beliau sudah tidak aktif lagi membantu Ida Sri Mpu Lanang dalam memimpin upacara. Kemudian tiga hari lalu jam 14.00 wita, beliau menghembuskan napas terakhir (lebar),” ungkapnya.
Kayana mengungkapkan saat ini jenazah Ida Pandita Istri berada di Griya Sala Simpati.
Untuk selanjutnya, akan digelar prosesi ngaskara pada tanggal 23 Februari dan palebon pada tanggal 24 Februari.
“Prosesi selanjutnya yakni Atmawadana pada bulan Maret. Jadi prosesi atau rangkaian upacara ini tetap berjalan namun lebih dipersingkat. Begitupun dengan pelaksanaan protokol kesehatan sesuai dengan petunjuk, instruksi, dan arahan dari pemerintah,” tandas Kayana yang juga merupakan Ketua MDA Bangli. (*)