Myanmar
Kembali Panas, Hampir Seluruh Myanmar Offline Demonstran Anti-Kudeta Aung San Suu Kyi Ditembaki
Seorang wartawan di tempat kejadian mengatakan, tidak diketahui berapa banyak yang terluka dalam penembakan itu, dan jenis peluru apa yang dipakai.
TRIBUN-BALI.COM, MYITKYINA - Militer Myanmar kini semakin tegas menindak massa anti-kudeta pemerintahan Aung San Suu Kyi.
Militer Myanmar bahkan memutus internet lagi pada Senin 15 Februari 2021 setelah menembaki para demonstran untuk membubarkan demo.
Myanmar kembali memanas akibat aksi protes berkelanjutan setelah terjadinya kudeta di negara tersebut.
Pada Minggu 14 Februari 2021, Milter Myanmar menembaki demonstran dan menangkap para jurnalis di utara Myanmar, dalam upaya meredam aksi protes.
Belakangan ini demo kudeta Anti Myanmar terus bergejolak dan memanas.
Hingga saat ini massa tetap menuntut pembebasan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi yang ditahan militer.
Dilansir AFP, tentara menembakkan gas air mata lalu menembaki kerumunan yang berkumpul di Myitkyina.
Seorang wartawan di tempat kejadian mengatakan, tidak diketahui berapa banyak yang terluka dalam penembakan itu, dan jenis peluru apa yang dipakai.
"Kami tidak tahu apakah polisi memakai peluru karet atau timah panas," ujar wartawan tersebut.
Polisi kemudian menangkap setidaknya lima jurnalis yang melaporkan langsung dari tempat kejadian, menurut kantor berita di kota tersebut.
Kendaraan lapis baja juga sempat terlihat lalu-lalang di ibu kota komersial Yangon pada Minggu sore.
Pernyataan bersama dari duta besar Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Uni Eropa mendesak pasukan keamanan untuk tidak membahayakan warga sipil.
"Kami menyerukan pasukan keamanan untuk menahan diri dari kekerasan terhadap demonstran, yang memprotes penggulingan sah mereka," kata para dubes tersebut dikutip dari AFP.
Aparat keamanan telah menangkap setidaknya 400 orang sejak hari pertama kudeta Myanmar, kata kelompok pemantau Assistance Association for Political Prisoners.
Namun, penangkapan itu tidak melunturkan semangat demonstran yang tetap menjalankan aksi unjuk rasa untuk hari ke-9 secara beruntun pada Minggu 14 Februari 2021.
Di kota Dawei selatan Myanmar, 7 polisi bergabung dengan pedemo anti-kudeta.
Kemudian di sejumlah wilayah Myanmar dalam beberapa hari terakhir ada brigade pengawas yang dibentuk warga setempat, guna mencegah penangkapan penduduk meski bertentangan dengan jam malam yang ditetapkan militer.
"Kami tidak percaya siapa pun sekarang, terutama yang berseragam," kata Myo Ko Ko, seorang anggota patroli jalan di Yangon.
Di dekat stasiun kereta pusat kota, warga menempatkan batang pohon untuk menutup jalan agar kendaraan polisi tidak bisa lewat, dan mencegah petugas menarik karyawan kereta yang mogok untuk bekerja.
Militer Myanmar sejauh ini tidak menggubris seruan internasional untuk menghentikan kudeta.
Mereka bersikeras kudeta militer Myanmar sudah benar, karena mengeklaim ada kecurangan di pemilu 2020.
Militer memerintahkan jurnalis tidak menyebutnya pengambilalihan kekuasaan melalui kudeta, juga menginstruksikan wartawan di Myanmar tidak menayangkan berita yang meresahkan publik saat melaporkan dari lokasi kejadian.
Seluruh Myanmar Offline
Kelompok pemantau jaringan internet NetBlocks mengatakan, pemutusan informasi yang diperintahkan negara membuat Myanmar hampir seluruhnya offline.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sependapat dengan seruan berbagai negara yang mendorong pihak berwenang untuk sepenuhnya menghormati hak protes dan tidak menindak keras para demonstran.
Melalui juru bicaranya, Guterres turut meminta militer Myanmar segera mengizinkan diplomat Swiss, Christine Schraner Burgener, berkunjung untuk menilai situasi secara langsung.
Pelapor khusus PBB Tom Andrews mengatakan, upaya militer Myanmar menindak demo yang memanas adalah tanda-tanda frustrasi dan sama dengan deklarasi perang terhadap rakyatnya sendiri.
"Perhatian para jenderal: Anda AKAN dimintai pertanggungjawabab," tulisnya di Twitter.
Pemutusan internet akhir pekan lalu gagal meredakan demo kudeta Myanmar, yang membuat massa besar memadati pusat kota-kota utama sampai desa-desa perbatasan yang terisolasi.
Para pekerja yang mogok memimpin demo, dan mereka termasuk ddalam sedikitnya 400 orang yang ditahan sejak kudeta militer, kata kelompok pemantau Assistance Association for Political Prisoners.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demo Myanmar Memanas, Militer Tembaki Massa, Kerahkan Kendaraan Lapis Baja"
