Sebuah Pesan untuk Menjaga Kelestarian Alam dalam 'Tutur Korawisrama' di Bulan Bahasa Bali 2021
Sebuah sesolahan sastra bertajuk 'Tutur Korawisrama' menjadi salah satu garapan seni yang ditampilkan dalam perhelatan Bulan Bahasa Bali 2021.
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Noviana Windri
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sebuah sesolahan sastra bertajuk 'Tutur Korawisrama' menjadi salah satu garapan seni yang ditampilkan dalam perhelatan Bulan Bahasa Bali 2021.
Garapan seni dari Sanggar Seni Pancer Langit Art Production itu mengisahkan kelahiran atau awal munculnya kayu kepuh, kepah, pule dan beringin.
Sesolahan sastra ini sudah ditayangkan kanal YouTobe Dinas Kebudayaan Provinsi Bali sejak Sabtu, 13 Pebruari 2021.
Karya ini nampak tampil padu dalam teknik virtual yaitu unsur tari dan teater yany dipadukan dengan musik serta teknik videografi yang menarik ditonton.
"Garapan ini sarat pesan, yaitu upaya kita dalam menjaga kelestarian alam salah satunya adalah menjaga tumbuhan sebagai sumber oksigen. Melalui garapan seni kita harapkan pecinta seni, masyarakat untuk bersama-sama memperhatikan lingkungan kita," kata Art Director sesolahan sastra 'Tutur Korawisrama, Anak Agung Gede Agung Rahma Putra dalam siaran persnya, Senin (15/2/2021).
Baca juga: Tetap Laksanakan Bulan Bahasa Bali, Disbud Badung Minta Desa Adat Perhatikan Kondisi Saat Ini
Baca juga: 89 Lontar Prasi Disuguhkan dalam Pameran Bulan Bahasa Bali 2021
Pementasan berdurasi sekitar 33 menit menggunakan berlatarbelakang suara epic ethnik kolaborasi.
Selain menggabungkan unsur tari dan teater, karya seni tersebut juga dipadukan dengan musik dan teknik videografi.
Kisah 'Tutur Korawisrama' dipaparkan lewat ekspresi gerak yang masih bernuansa tradisional Bali yang dikemas baru.
Pesan yang ingin disampaikan begitu kuat, yakni tetap menjaga kelestarian alam salah satunya adalah menjaga tumbuhan sebagai sumber oksigen.
"Jumlah penari 13 dalam frame, sedangkan penabuh menggunakan iringan musik midi," ungkap Gung De Rahma yang juga seorang koreografer dan pendiri Yayasan Pancer Langit itu.
Kisah 'Tutur Korawisrama' berawal dari keinginan Dewa Siwa untuk menguji kesetiaan istrinya, Dewi Uma.
Dewa Siwa kemudian mengutus Dewi Uma untuk turun ke dunia mencari susu lembu yang akan digunakan untuk mengobati sakitnya.
Dewi Uma mendapatkan susu tersebut, namun dengan cara yang tidak benar sehingga Dewa Siwa mengutuknya menjadi sangat menyeramkan dengan nama Durga Bhairawi.
Setelah sekian lama menjalani kutukan menjadi Durga Bhairawi menyebabkan rasa rindu kepada Dewa Siwa.