Berita Klungkung

WAWANCARA KHUSUS: Cara Pemkab Klungkung Atasi Masalah Sampah Secara Terintegrasi Lewat TOSS

Pemkab Klungkung dalam beberapa tahun terakhir tengah fokus dalam penuntasan permasalahan sampah di wilayahnya.

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Direktur Tribun Bali, Fauzan Marasabessy dan Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta saat melihat pengolahan sampah di TOSS Centre, Desa Kusamba, Klungkung, Rabu (17/2/2021). 

Sampah organik bisa dibuang pada hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu serta sampah non organik atau sampah plastik dibuang pada hari Senin dan Jumat.

Sosialisasi terus kita lakukan, masyarakat terus kami ingatkan agar masyarakat bisa memilah sampah dari sumbernya dan membuangnya sesuai jadwal.

Hasilnya dengan upaya terus-menerus seperti itu, masyarakat mulai patuh dan mau memilah sampahnya.

Selain itu kami di daerah kami juga mencetuskam progam aksi Gema Tansaplas, atau gerakan bersama puputan sampah plastik.

Masyarakat, aparat desa, pemerintah, dan semua lapisan masyarakat untuk ikut berpatisipasi menuntaskan masalah sampah.

Dalam program ini kami  menggandeng  Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) yang nantinya menyerap dan mengolah sampah plastik dari masyarakat.

 Karena pemerintah tidak boleh berbisnis, dan harus membentuk badan usaha, kami akan mendirikan Koperasi yang berkantor di TOSS Centre. Ini untuk membantu menyerap sampah plastik dari masyarakat, dan menyalurkannya ke APSI.

6. Apakah sejauh ini, semua program yang digagas ini sudah berdampak cukup signifikan dalam mengentaskan masalah sampah di Klungkung?

Menyelesaikan masalah sampah dari sumber, tidaklah semudah seperti yang dibayangkan. Jika program ini berjalan, tanpa adanya kesadaran dari masyrakat untuk ikut mendukung program ini.

Caranya dengan membantu kami melakukan pemilahan sampah sesuai sumber, dan membuang sampah sesuai jenis dan jadwal yang telah ditentukan.

Masyarakat pun jangan juga memandang sampah, misal sampah plastik yang dapat dijual kembali hanya dari sisi nilai ekonomi saja.

Kalau orientasinya melulu seperti itu, saya yakin tidak berkesinambungan. Oleh sebab itu banyak bank sampah yang tutup.

Saya mengajak masyarakat untuk mengubah pola pikir dan sederhana menilai masalah sampah. Jangan semata-mata melihat sampah secara provit oreinted.

Tapi cobalah berpikir sederhana, jika sampah tuntas dari sumbernya, lingkungan kita akan menjadi bersih. Jika lingkungan bersih, keluarga akan sehat.

Sementara jika ada penghasilan sedikit dari sampah, itu adalah bonus karena kita sudah berupaya membuat lingkungan kita bersih.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved