Breaking News

Corona di Dunia

Kematian Akibat Covid-19 di AS Lebih dari Setengah Juta Orang, Paling Mengerikan di Dunia

Hingga kemarin virus corona di AS sudah merenggut 500.071 nyawa atau dua kali lipat kematian di Brasil dengan jumlah korban terbanyak kedua.

Editor: DionDBPutra
AFP/BRENDAN SMIALOWSKI
Presiden AS Joe Biden menyampaikan pidato pelantikannya pada 20 Januari 2021 di US Capitol di Washington DC. Presiden Joe Biden mencanangkan prioritas agar 100 juta orang divaksin dalam 100 hari pertama pemerintahannya. 

TRIBUN-BALI.COM, WASHINGTON DC - Wabah Covid-19 di Amerika Serikat (AS) telah menewaskan lebih dari 500.000 orang sejak pandemi awal tahun 2020.

Demikian menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins yang dirilis pada Senin 22 Februari 2021.

Angka kematian lebih dari setengah juta jiwa itu merupakan jumlah korban meninggal akibat virus corona tertinggi di seluruh dunia. Total kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia saat ini sekira 2,5 juta orang.

Hingga kemarin virus corona di AS sudah merenggut 500.071 nyawa atau lebih dari dua kali lipat kematian di Brasil dengan jumlah korban terbanyak kedua di dunia.

Baca juga: Amerika Tak Puas dengan Laporan WHO Soal Asal-usul Covid-19, China Minta AS Juga Diperiksa

Baca juga: WHO Eropa: Pandemi Covid-19 Akan Berakhir Awal 2022, Mutasi Virus Corona Hal yang Normal

"Ini mengerikan, tercatat dalam sejarah. Kami belum pernah melihat apa pun yang mendekati ini selama lebih dari 100 tahun, sejak pandemi influenza 1918," kata Anthony Fauci, kepala penasihat medis untuk Presiden Joe Biden, dalam program Meet The Press NBC Minggu 21 Februari 2021.

Kematian pertama pasien corona di AS terjadi pada Februari 2020, dan sekitar tiga bulan kemudian sudah menembus angka 100.000 orang. New York kala itu adalah yang paling terdampak keras.

Berselang empat bulan berikutnya tercatat 200.000 pasien meninggal, dan tak sampai tiga bulan setelahnya total 300.000 warga Negeri Paman Sam yang kehilangan nyawa.

Kasus Covid-19 di Amerika Serikat melonjak dratis pada musim dingin tahun ini, saat orang-orang berlibur di dalam ruangan. Total kasus virus corona di Amerika Serikat sampai Senin 22 Februari 2021 adalah lebih dari 28 juta.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan, lebih dari 61 juta orang telah disuntik setidaknya satu dosis vaksin di AS, dengan sekitar 18 juta warga yang sudah diberi dua dosis penuh.

Presiden Joe Biden mencanangkan prioritas agar 100 juta orang divaksin dalam 100 hari pertama.

Dari 100 juta target itu, dia merasa bakal mudah tercapai karena sekarang rata-rata dilakukan 1,7 juta vaksinasi sehari.

Presiden Biden berkata, dia tidak bisa memprediksi kapan wabah corona di Amerika Serikat bisa teratasi, tetapi 600 juta dosis vaksin yang cukup untuk sebagian besar rakyat diharapkan tersedia pada akhir Juli.

Tonggak Suram

Presiden Joe Biden berbicara mengenai nyawa yang hilang akibat virus itu hari Senin malam 22 Februari 2021 di Gedung Putih, diikuti mengheningkan cipta dan upacara penyalaan lilin.

“Orang-orang selama puluhan tahun dari sekarang akan berbicara mengenai hal ini sebagai tonggak buruk historis dalam sejarah negara ini, dengan begitu banyak orang yang meninggal akibat infeksi yang ditularkan melalui pernapasan,” kata Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka AS kepada CNN.

Untuk memperingati angka suram tersebut, New York Times mendedikasikan kolom-kolom utama di halaman depan edisi Minggu-nya dengan grafik yang memuat hampir 500 ribu titik, masing-masing mewakili individu di AS yang meninggal akibat virus mematikan itu.

AS juga memimpin di dunia dalam jumlah kasus infeksi Covid-19 dengan catatan lebih dari 28 juta.

Setahun silam Italia menjadi negara pertama di luar Asia yang mengukuhkan infeksi virus corona yang ditularkan secara lokal.

Paus Fransiskus dan Presiden Italia Sergio Mattarella menandai peringatan itu pada Minggu 21 Februari 2021 dengan menetapkan "Hari Personel Layanan Kesehatan Nasional", hari yang diperingati setiap tahun untuk menghormati para dokter, perawat dan penyedia layanan medis lainnya.

Di berbagai tempat di Eropa, peluncuran kampanye vaksinasi di beberapa negara anggota Uni Eropa terhalang oleh apa yang disebut pejabat kesehatan masyarakat sebagai informasi keliru mengenai keamanan dan keampuhan vaksin AstraZeneca.

Majalah Jerman Spiegel melaporkan pekan lalu bahwa angka-angka dari Robert Koch Institute negara itu menunjukkan dari 736 ribu dosis vaksin AstraZeneca yang dikirim ke Jerman, baru 64.869 dosis yang digunakan.

Sementara banyak orang di Uni Eropa, termasuk para petugas layanan kesehatan, menolak vaksin virus corona buatan AstraZeneca, dengan menyebut kekhawatiran mengenai keampuhan dan keamanannya.

Para pejabat kesehatan masyarakat menyatakan kekhawatiran itu tidak berdasar, tetapi kekeliruan informasi berlanjut, mempengaruhi tingkat vaksinasi di sejumlah negara.

Menurut laporan harian The Telegraph, Inggris yang menggunakan vaksin AstraZeneca, tetap melangsungkan program imunisasinya dengan 23,9 persen populasinya telah menerima dosis pertama vaksin.

Menurut surat kabar itu, hanya 3,2 persen dari populasi Uni Eropa yang telah menerima satu dosis vaksin.

“Virus ini berkembang karena kemiskinan, diskriminasi, perusakan lingkungan alam kita dan berbagai kegagalan HAM lainnya yang telah menciptakan kerapuhan luar biasa besar di dalam masyarakat kita,” tulis Sekjen PBB Antonio Guterres dalam esainya yang diterbitkan The Guardian edisi Senin 22 Februari 2021.

“Suatu tanggapan efektif terhadap pandemi harus didasarkan pada solidaritas dan kerja sama. Pendekatan yang memecah belah, keotoriteran dan nasionalisme tidak masuk akal dalam menghadapi ancaman global.”

CEO Serum Institute of India telah memperingatkan “negara-negara dan pemerintah-pemerintah” dalam twit di Twitter bahwa mereka mungkin tidak menerima vaksin virus corona tepat waktu karena perusahaan “telah diarahkan untuk memprioritaskan kebutuhan India yang sangat besar dan bersama dengan itu menyeimbangkan kebutuhan seluruh dunia. Kami berusaha melakukan yang terbaik.”

India memiliki lebih dari 11 juta kasus virus corona, ungkap laporan Hopkins. Hopkins melaporkan pada Senin pagi bahwa ada lebih dari 111 juta kasus Covid-19 dan hampir 2,5 juta kematian akibat virus itu di seluruh dunia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com  berjudul Covid-19 di AS Tewaskan 500.000 Orang Lebih, Terparah dalam 100 Tahun

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved