Tragedi Kematian Guru Samuel Paty Bermula dari Kebohongan Siswi Berusia 13 Tahun
Lantaran tidak mau keluarganya tahu kalau dia diskors sekolah, siswi tersebut mengarang cerita kepada ayahnya, Brahim Chnina.
Pada 6 Oktober 2020, Samuel Paty mengajak para murid berdiskusi dan mengajukan pertanyaan "menjadi atau tidak menjadi Charlie?".
Tema itu dia angkat Mengacu pada tagar #JeSuisCharlie yang digunakan untuk menyatakan dukungan untuk Charlie Hebdo setelah serangan teroris di kantornya pada Januari 2015 yang menewaskan 12 orang.
Dua hari kemudian, gadis itu memberi tahu ayahnya Brahim Chnina bahwa Samuel Paty telah meminta siswa Muslim meninggalkan kelas sebelum menunjukkan karikatur tersebut.
Dia berkata bahwa dia telah menyatakan ketidaksetujuannya dengan guru dan dia telah menskorsnya dari kelas selama dua hari.
Setelah mendengar cerita itu, Chnina, kelahiran Maroko, berbagi video di Facebook, dia mencela Samuel Paty dan meminta agar dia dipecat dari sekolah.
Dia mengunggah video kedua dan mengunggahnya di media sosial tersebut dengan menuduh Samuel Paty telah melakukan diskriminasi.
Brahim Chnina juga mengadu ke sekolah dan polisi. Dia bahkan mengeklaim bahwa Samuel Paty bersalah karena telah “menyebarkan gambar porno" dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah. Media sosial mulai gaduh.
Abdullakh Anzorov, seorang migran dari Chechnya yang tinggal di Normandia, termakan amarah oleh video yang disebarkan Chnina di media sosial.
Pada 16 Oktober 2020, Abdullakh Anzorov melakukan perjalanan ke Conflans-Sainte-Honorine. Di sana, dia menyogok dua murid untuk menunjukkan ciri-ciri Samuel Paty.
Ketika Samuel Paty melakukan perjalanan pulang ke rumah, dia dibunuh Abdullakh Anzorov.
Akhirnya mengaku
Sementara itu, Z tetap berpegang pada kebohongannya. Hingga akhirnya, polisi memberi tahu Z bahwa beberapa teman sekelasnya sudah mengkonfirmasi bahwa Z tidak hadir di kelas.
Para siswa lain juga mengatakan, Samuel Paty tidak menginstruksikan siswa Muslim lain untuk meninggalkan kelas seperti yang dia klaim.
Saat itu Z akhirnya mengakui kebohongannya yang berujung pembunuhan keji terhadap sang guru sejarah.
Para penyelidik dilaporkan mengatakan Z menderita inferiority complex dan mengabdi pada ayahnya.