Corona di Dunia

Amerika dan Rusia Perang Sengit Soal Vaksin Covid-19, Saling Mendiskreditkan

Kabar teranyar, Rusia berbalik menuduh AS mempersiapkan kampanye disinformasi besar-besaran demi mendiskreditkan Sputnik V, vaksin buatan Rusia.

Editor: DionDBPutra
khybernews.tv
Ilustrasi. Dua negara yang menjadi sumbu kekuatan dunia, Amerika Serikat dan Rusia kini terlibat perang sengit soal vaksin Covid-19. Mereka saling mendiskreditkan. 

TRIBUN-BALI.COM, MOSKWA - Dua negara yang menjadi sumbu kekuatan dunia, Amerika Serikat ( AS) dan Rusia kini terlibat perang sengit soal vaksin Covid-19. Mereka saling mendiskreditkan.

Kabar teranyar, Rusia berbalik menuduh AS mempersiapkan kampanye disinformasi besar-besaran demi mendiskreditkan Sputnik V, vaksin Covid-19 buatan Rusia.

Dilaporkan, kampanye berita palsu dilancarkan kepada pemimpin Eropa dan negara-negara lain tempat dua kekuatan dunia ini mencari relasi yang lebih besar.

Hari Jumat 12 Maret 2021, US News menyebut hal itu disampaikan sumber anonim dari Kremlin yang mereferensikan laporan intelijen.

Baca juga: Kemenkes Tegaskan Vaksin Covid-19 Efektif Menangkal Mutasi Virus Corona Varian B117

Baca juga: Terawan Akhirnya Bicara Dan Tanggapi Soal Vaksin Covid-19 Nusantara, Sebut Sangat Aman 

Media pemerintah Rusia mengklaim adanya kampanye disinformasi skala besar akan dilancarkan Amerika Serikat.

Tujuannya jelas yaitu menciptakan bias terhadap perkembangan ilmiah dari vaksin buatan Rusia, sementara banyak negara yang sudah order.

Sumber itu juga menuduh AS mendorong negara-negara untuk setuju menerima vaksinnya sendiri, terutama yang dikembangkan oleh Pfizer.

Departemen Luar Negeri dan Pusat Keterlibatan Global Rusia tidak segera menanggapi permintaan klarifikasi atau komentar. Badan yang relatif baru ini bertugas melawan disinformasi kepada Rusia.

Klaim Rusia tersebut muncul setelah pernyataan serupa disampaikan pejabat AS dan dikonfirmasi oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price awal pekan ini.

Menurut AS, Moskwa berada di balik kampanye mendiskreditkan vaksin buatan AS.

"Sangat jelas Rusia menggunakan tipuan lamanya. Hal itu (disinformasi vaksin) jelas berpotensi menempatkan orang pada risiko. Padahal kita tahu itu (vaksin) dapat menyelamatkan nyawa setiap hari," kata Price, Senin 8 Maret 2021.

Mereka yang melacak kampanye disinformasi global mengatakan klaim Rusia pada Jumat 12 Maret 2021 berhubungan dengan tujuan nyata Departemen Luar Negeri AS.

"Ini pasti pesan yang mereka ingin Rusia dengar," kata Darren Linvill, s profesor di Clemson University dan sering menjadi penasihat pemerintah untuk penyalahgunaan media sosial dan kampanye disinformasi.

"Sepertinya ini lebih (menargetkan) tentang rakyat mereka daripada rakyat kita (AS), dan mungkin pada tingkat yang lebih rendah menargetkan Amerika Latin dan Afrika," katanya.

Efektivitas 90 Persen

Saling mendiskreditkan dua kekuatan dunia ini merupakan isu "diplomasi vaksin" ramai diperbincangkan.

Suatu upaya mengkapitalisasi kebutuhan inokulasi yang besar, demi melindungi manusia dari pandemi global selama satu tahun ini.

Rusia mengklaim menjadi negara pertama yang memenangkan pandemi setelah meluncurkan vaksin produksinya pada Agustus tahun lalu.

Vaksinnya diberi nama sesuai nama satelit pertama Soviet yang diluncurkan setengah abad sebelumnya, dan mengukuhkan kehebatan ilmuwan Rusia di dunia. Langkah itu lalu diikuti China setelah pengumuman vaksinnya sendiri.

Secara luas China dipandang sukses mendapatkan pengaruh soft power di sudut-sudut strategis dunia, khususnya di Afrika, Amerika Latin, dan sebagian Asia.

Kredibilitas vaksin Rusia awalnya dikritik karena diburu-buru dan secara luas dianggap sebagai propaganda belaka oleh Kremlin.

Namun seiring dengan peningkatan infeksi dan sedikitnya pilihan vaksin di seluruh dunia, kini kondisinya berbalik.

Sputnik V Rusia sementara melonjak mendahului AS dalam mendistribusikan vaksin ke negara-negara rentan yang belum mendapat vaksin.

Regulator Eropa masih menguji vaksin tersebut. Tapi sebuah studi sementara yang dicetak di The Lancet menemukan efektivitas vaksin Rusia mencapai 90 persen.

Pada hari Kamis 11 Maret 2021, Rusia mendapatkan kesepakatan dengan India untuk menjual lebih dari 100 juta dosis virus, menurut statista yang melacak distribusi vaksin.

Rusia sudah setuju untuk menjual lebih dari 7 juta dosis ke Meksiko. Beberapa negara Uni Eropa, termasuk Hongaria dan Slovakia, juga menerima penjualan sebelum blok ekonomi itu sendiri menyetujui penggunaan vaksin.

Sementara Presiden Joe Biden menghadapi tekanan baru untuk mendistribusikan lebih banyak vaksin buatan AS secara global, sambil tetap memperhitungkan kebutuhan populasi domestik yang belum mendapatkan suntikan.

"China dan Rusia sedang melancarkan diplomasi vaksin mereka dan memenangkan koalisi untuk memperluas lingkup pengaruh mereka," kata J Stephen Morrison, direktur Pusat Kebijakan Kesehatan Global di Pusat Kajian Strategis dan Internasional kepada The Washington Post pada Kamis 11 Maret 2021.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com berjudul AS dan Rusia Saling Tuding Sebar Berita Palsu Soal Vaksin

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved