Berita Bali

SOSOK Ni Luh Putu Sugianitri, Polwan yang Menemani Bung Karno Mendengarkan Musik Keroncong

Sosok Ni Luh Putu Sugianitri, Polwan yang Menemani Bung Karno Mendengarkan Musik Keroncong

Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Rizal Fanany
Fajar Rohita menjunjukkan foto semasa hidup Luh Putu Sugianitri bersama Presiden Soekarno di kediamannya Jalan Drupadi, Denpasar, Selasa 16 Maret 2021. Luh Putu Sugianitri merupakan sosok polwan dan ajudan terakhir Bung Karno. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Polwan yang juga ajudan terakhir Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno yakni Ni Luh Putu Sugianitri meninggal di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.

Ia meninggal dalam usia 72 tahun pada Senin, 15 Maret 2021 pukul 03.00 Wita.

Perempuan kelahiran Babahan Penebel Tabanan pada 1 April 1948 ini seharusnya merayakan ulang tahunnya yang ke-73 pada 1 April mendatang.

Menurut anak pertamanya, Fajar Rohita, sang ibu meninggal dikarenakan kista yang dideritanya sejak lama.

"Ibu meninggal sebelum sempat operasi kista dikarenakan HB-nya terlalu rendah," kata Fajar yang ditemui di rumah duka, Jalan Drupadi 99 X Denpasar, Selasa 16 Maret 2021.

Sugianitri dirujuk ke RS Bali Med pada 10 Maret 2021.

Saat pangerupukan, kondisinya semakin memburuk sehingga dirujuk ke RSUP Sanglah.

"Hari pertama di Sanglah, stabil dan dilakukan transfusi HB. Hari kedua juga stabil, dan hari ketiga drop dan meninggal jam 3 subuh," katanya.

Karangan bunga dari Guntur Soekarno.
Karangan bunga dari Guntur Soekarno. (Tribun Bali/Rizal Fanany)

Sebelum meninggal sang ibu juga sesak sehingga harus dibantu alat pernafasan.

"Kondisi ibu semakin melemah karena infeksi yang menyebar dari kista sehingga obatnya lambat bereaksi," katanya.

Fajar menceritakan bagaimana sang ibu saat menjadi ajudan Bung Karno.

Konon, saat Bung Karno tak punya uang, Sugianitri sempat meminjamkan uangnya.

Bahkan menurut Fajar, setiap Sabtu juga menemani Bung Karno mendengarkan lagu keroncong.

"Kalau ibu tidak datang pasti ditanya. Ada yang lebih penting ya?" tutur Fajar.

"Banyak kisah unik dan lucu tapi ada maknanya. Saya belajar tentang Soekarno, ia presiden, juga manusia biasa, bisa sakit, pernah tidak pegang uang dan suka seni," kata lelaki yang dekat dengan Guntur Soekarno ini.

Sementara itu, sebagai anak dirinya selalu ditekankan tentang kejujuran, peduli sesama dan memiliki prinsif.

"Ibu selalu bilang, kita harus jujur, baik sama orang. Kalau baik sama orang nanti akan ada yang baik sama kita," katanya.

Sampai saat ini, hubungan mereka ke keluarga Soekarno tetap baik.

"Ibu kenal semua, Bu Mega juga kenal. Ibu lebih dekat ke Bu Rachmawati. Belakangan juga dengan Bu Sukmawati karena sering dengan Pak Wedakarna," katanya.

Baca juga: KABAR DUKA: Ni Luh Putu Sugianitri Berpulang, Sosok Polwan dan Ajudan Terakhir Bung Karno

"Kalau saya lebih dekat ke Om Guntur, saya panggil Om, karena ayah saya teman main bandnya. Kalau ketemu selalu bicara tentang kesenian," katanya.

Fajar menambahkan, karangan bunga yang pertama diterima pun dari Guntur Soekarno.

"Om Guntur telepon paginya dan jam 10 karangan bunganya sudah sampai," katanya.

Sementara untuk prosesi upacaranya akan digelar Kamis 18 Maret 2021 di Krematorium Mumbul.

Setelah kremasi akan dilanjutkan dengan upacara ngelanus ke Tabanan.

Untuk diketahui, selama hidupnya Sugianitri menikah sebanyak dua kali.

Suami pertamanya yakni Memet Slamet dari Sukabumi dan memiliki tiga putra.

Ketiganya yakni Fajar rohita, Oki Kurniawan, dan Pria Kunta Biswara.

Suami keduanya yakni Tu Gde Parwatha dari Tainsiat Denpasar.

Dari pernikahannya yang kedua ia memiliki 4 orang anak.

Mereka yakni Putu Aliki, Kadek Damana, Komang Alia, dan Ketut Damesa.

Almarhum meninggalkan 5 orang cucu.

Bung Karno di Mata Nitri
Ni Luh Putu Sugianitri adalah sosok polisi wanita (polwan) dan menjadi ajudan terakhir Presiden Soekarno.

Sugianitri sempat hadir dan menceritakan pengalamannya menjadi ajudan Bung Karno dalamdiskusi buku Bung Karno: Kolektor dan Patron Seni Rupa di Bentara Budaya Bali Jalan Prof Ida Bagus Mantra No 88 A, Ketewel, Gianyar, Sabtu 12 April 2014 silam.

Menurut  Nitri, perpindahan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto dan suasana psikologis yang menyertainya, membuatnya menjadi satu-satunya polwan yang tidak pernah naik pangkat dari brigadir, tidak pernah dipecat, tidak pernah diberhentikan, dan tidak pernah menerima uang pensiunan.

Baca juga: Sosok Dan Profil Ni Luh Putu Sugianitri, Sosok Perempuan Bali Yang Menjadi Ajudan Terakhir Soekarno

"Saya satu-satunya wanita Bali yang menjadi ajudan terakhir Presiden Soekarno. Saya dari Desa Babatan, Penebel, Tabanan. Anak satu-satunya Ni Made Pajeng, pendiri sekolah di sana. Saya polisi angkatan ketiga di Sekolah Kepolisian Sukabumi," ujar Nitri malam itu.

Nitri juga menceritakan, setelah pendidikan, ketika polwan yang lain kembali ke daerah masing-masing, namun dia tidak boleh pulang.

Sebagai orang Bali, dia sering diminta menari. Dia kerap tampil menari di acara-acara resmi kepresidenan, hingga akhirnya Nitri kemudian menjadi ajudan Bung Karno.

KABAR DUKA: Ni Luh Putu Sugianitri Berpulang, Sosok Polwan dan Ajudan Terakhir Bung Karno
KABAR DUKA: Ni Luh Putu Sugianitri Berpulang, Sosok Polwan dan Ajudan Terakhir Bung Karno (Dok. Istimewa)

"Sebagai polisi ajudan, saya tidak pernah memakai seragam polisi. Waktu itu saya lebih sering menari daripada latihan karena penari masih jarang. Saya selalu memakai kebaya dan menari, sementara di dalam tas ada revolver. Dengan begitu, orang tidak tahu bahwa Soekarno dikawal oleh ajudan yang sedang menari," kisah ibu tujuh anak dari dua kali pernikahannya ini.

Pengakuan Nitri, sebagai ajudan dirinya hanya sebagai tukang beli kue, makanan, dan buah-buahan yang disenangi Bung Karno.

Bung Karno paling menyukai kue lemper, buah rambutan, dan jika makan harus ada kecap merek tertentu yang pabriknya ada di Blitar, kota kelahiran Putra Sang Fajar itu.

"Kalau ada yang bilang bahwa Bung Karno memiliki uang miliaran saat presiden, saya tertawa dalam hati. Mereka tidak tahu, pernah sekali waktu Bung Karno meminta saya membelikan seikat rambutan. Waktu itu saya bilang, mana uang untuk membelinya. Bung Karno nggak punya uang. Saya tahu persis karena saya yang biasanya memegang untuk membeli makanannya," kata Nitri.

Ni Luh Putu Sugianitri semasa hidup. POlwan yang juga ajudan terakhir Soekarno meninggal dunia di Denpasar, Bali, Senin 15 Maret 2021
Ni Luh Putu Sugianitri semasa hidup. POlwan yang juga ajudan terakhir Soekarno meninggal dunia di Denpasar, Bali, Senin 15 Maret 2021 (Tribun Bali/I Putu Darmendra)

Menurut Nitri, Bung Karno dikenalnya sebagai presiden yang senang mengoleksi lukisan dan memperhatikan para pelukis, terutama sejak masa kemerdekaan hingga tahun 1965 saat masa peralihan kekuasaan kepresidenan, juga hingga masa akhir hayatnya.

Bung Karno juga senang mendokumentasikan segala hal.

"Waktu detik-detik jelang penyerahan kekuasaan, saya masih mendampingi Bapak di tempat pengasingannya di Wisma Yaso. Waktu itu Bapak minta berfoto dengan saya. Saya enggak mau. Kenapa harus berfoto? Dia bilang, bodoh kamu, ini hari terakhir saya (Bung Karno) mengenakan pakaian kepresidenan. Akhirnya kami berfoto. Kalau tidak ada foto itu, mungkin orang sekarang tidak percaya bahwa saya ajudan Soekarno," katanya.

"Setelah G30S/PKI, saya mendampingi Bapak Presiden sampai diamankan. Setelah serah terima kekuasaan, Ibu Tien (Istri Soeharto) meminta supaya saya ikut menjadi ajudan beliau. Saya bilang pikir-pikir dulu. Saya enggak mau karena waktu itu Bung Karno dibilang PKI," kata Nitri. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved