Berita Bali
KABAR DUKA: Ni Luh Putu Sugianitri Berpulang, Sosok Polwan dan Ajudan Terakhir Bung Karno
KABAR DUKA: Ni Luh Putu Sugianitri Berpulang, Sosok Polwan dan Ajudan Terakhir Bung Karno
TRIBUN-BALI.COM - Kabar duka datang dari salah satu ajudan Presiden Soekarno bernama Ni Luh Putu Sugianitri.
Ni Luh Putu Sugianitri dikabarkan meninggal dunia pada usia 72 tahun di Denpasar, Senin 15 Maret 2021.
Informasi yang dihimpun, sosok polisi wanita (polwan) yang menjadi ajudan terakhir Bung Karno itu meninggal karena penyakit kista dan anemia.
Saat ini Tribun Bali masih berusaha mencari informasi lebih lanjut terkait meninggalnya perempuan yang akrab disapa Nitri tersebut.
Selamat jalan, Ni Luh Putu Sugianitri. Dumogi Amor Ring Acintya.
Bung Karno di Mata Nitri
Ni Luh Putu Sugianitri adalah sosok polisi wanita (polwan) dan menjadi ajudan terakhir Presiden Soekarno.
Catatan Tribun Bali, Sugianitri sempat hadir dan menceritakan pengalamannya menjadi ajudan Bung Karno dalamdiskusi buku Bung Karno: Kolektor dan Patron Seni Rupa di Bentara Budaya Bali Jalan Prof Ida Bagus Mantra No 88 A, Ketewel, Gianyar, Sabtu 12 April 2014 silam.
Nitri mengungkapkan, perpindahan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto dan suasana psikologis yang menyertainya, membuatnya menjadi satu-satunya polwan yang tidak pernah naik pangkat dari brigadir, tidak pernah dipecat, tidak pernah diberhentikan, dan tidak pernah menerima uang pensiunan.
Baca juga: Selamat Jalan Ayu Djelantik, Maestro Tari Legong, Penari Bali Istana Presiden Bung Karno Berpulang
"Saya satu-satunya wanita Bali yang menjadi ajudan terakhir Presiden Soekarno. Saya dari Desa Babatan, Penebel, Tabanan. Anak satu-satunya Ni Made Pajeng, pendiri sekolah di sana. Saya polisi angkatan ketiga di Sekolah Kepolisian Sukabumi," ujar Nitri malam itu.
Dikisahkan Nitri, setelah pendidikan, ketika polwan yang lain kembali ke daerah masing-masing, namun dia tidak boleh pulang.
Sebagai orang Bali, dia sering diminta menari. Dia kerap tampil menari di acara-acara resmi kepresidenan, hingga akhirnya Nitri kemudian menjadi ajudan Bung Karno.

"Sebagai polisi ajudan, saya tidak pernah memakai seragam polisi. Waktu itu saya lebih sering menari daripada latihan karena penari masih jarang. Saya selalu memakai kebaya dan menari, sementara di dalam tas ada revolver. Dengan begitu, orang tidak tahu bahwa Soekarno dikawal oleh ajudan yang sedang menari," kisah ibu tujuh anak dari dua kali pernikahannya ini.
Baca juga: Kontroversi Supersemar, Ini Penjelasan Bung Karno dan Klarifikasi Soeharto
Nitri mengaku sebagai ajudan hanya sebagai tukang beli kue, makanan, dan buah-buahan yang disenangi Bung Karno.
Menurut Nitri, Bung Karno paling menyukai kue lemper, buah rambutan, dan jika makan harus ada kecap merek tertentu yang pabriknya ada di Blitar, kota kelahiran Putra Sang Fajar itu.
"Kalau ada yang bilang bahwa Bung Karno memiliki uang miliaran saat presiden, saya tertawa dalam hati. Mereka tidak tahu, pernah sekali waktu Bung Karno meminta saya membelikan seikat rambutan. Waktu itu saya bilang, mana uang untuk membelinya. Bung Karno nggak punya uang. Saya tahu persis karena saya yang biasanya memegang untuk membeli makanannya," kata Nitri.