Tanggapi Kritik Desain Istana Negara Baru, Nyoman Nuarta: Arsitek Bikin Patung Kalau Bisa Ya Boleh
Tanggapi Kritik Desain Istana Negara Baru, Nyoman Nuarta: Arsitek Bikin Patung Kalau Bisa Ya Boleh
Penulis: Ragil Armando | Editor: Widyartha Suryawan
TRIBUN-BALI.COM - Maestro patung asal Bali, Nyoman Nuarta buka suara atas beragam kritik yang diterimanya terkait desain atau konsep Istana Negara baru yang akan dibangun di Kalimantan Timur.
Kritik paling menohok berasal dari lima asosiasi profesional yang pada intinya menyebut bangunan istana negara yang berbentuk burung garuda tersebut tidak mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital.
Tak hanya kontroversi burung garuda, ada juga yang mempertanyakan kapasitas Nyoman Nuarta yang merupakan pematung dan bukan arsitek profesional.
"Mereka mungkin, kalau seorang arsitek bikin arsitek aja nggak boleh bikin yang lain-lain, dari mana itu? Kreativitas itu tidak bisa dibendung, misalnya seorang arsitek bikin patung kalau bisa ya boleh," kata Nyoman Nuarta kepada Tribun-Bali.com, Kamis 1 April 2021.
"Kebebasan kan dilindungi undang-undang, dan semua memang kemudian menjadi keputusan Presiden untuk memilih mana konsep desain yang dianggap memenuhi syarat. Mungkin kemudian kebetulan konsep saya yang dinyatakan sebagai pemenangnya dan kemudian diumumkan pada 29 Maret 2021 kepada publik melalui media," imbuh pematung asal Bali yang juga perancang patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) tersebut.
Nuarta menjelaskan, dirinya bersama beberapa arsitek diundang oleh Kementrian PUPR untuk mengikuti sayembara terbatas pada 27 Februari 2020.
Mereka diberikan waktu hanya 12 hari untuk mewujudkan konsep gagasan desain dalam bentuk visual.
Dalam waktu singkat itu pula, mereka harus membuat sekaligus 12 konsep desain termasuk untuk rancangan istana, gedung DPR, tempat-tempat ibadah, termasuk juga istana wakil presiden.
Baca juga: Wawancara Nyoman Nuarta Pemenang Desain Istana Negara IKN: Presiden Akan Berkantor di Tubuh Garuda
"Setelah menemukan ide dari konsep desain, kami bersama tim, memvisualisasikan 12 konsep gagasan gedung-gedung yang disayembarakan. Secara tepat waktu, pada tanggal 5 Maret 2020, saya telah mengirimkan desain-desain gedung khusus IKN ke Kementerian PUPR di Jakarta," kata Nuarta.
"Kementerian PUPR kemudian meminta kelima arsitek dan ahli untuk mempresentasikan konsep desain gedung-gedung khusus IKN pada 10 Maret 2020. Waktu itu, ada yang diwakilkan oleh tim mereka. Kami presentasi di depan Menteri PUPR Pak Basuki Hadimuljono secara bergantian," imbuhnya.

Nyoman Nuarta juga mengklarifikasi bahwa meskipun dirinya seorang pematung, tetapi sejak bertahun-tahun dirinya sudah memiliki biro arsitek.
Dalam merancang desain Istana Negara, Nuarta dibantu oleh sejumlah tenaga ahli yang mengerti soal arsitektur.
Lagi pula, dalam waktu terbatas yang ditargetkan oleh Kementerian PUPR saat sayembara, Nuarta tak mungkin mengerjakan 12 rancangan desain visuali itu seorang diri.
Namun, ide dan konsepnya tetap diberikan oleh Nuarta.
"Kita ngebutlah, karena kebetulan saya punya biro arsitek, karena di studio itu saya ada NuArt Sculpture Park, ada namanya Studio Nyoman Nuarta ada NuArt Consultant, terus Maha Cakra. Ini barangkali anak-anak pematung ngerjain arsitek. Saya ketawa aja.
Padahal saya sudah mendirikan biro arsitek itu tahun 75, saya masih sekolah saat itu. Nggak mungkin ngerjakan sendiri, tapi basic ide dari saya. Jadi saya sudah biasa, jadi sama seperti GWK, saya arsiteknya, saya pematungnya, dan yang ngerjakan detailnya tentu ahli-ahlinya," tutur Nuarta.
Bantah Tidak Ramah Lingkungan
Selain menanggapi kritik atas kapasitas Nuarta yang disebut sebagai bukan arsitek profesional, ia juga membantah tudingan bahwa bangunan yang dirancangnya tidak ramah lingkungan.
Menurut Nuarta, gedung yang dia rancang justru bakal ramah lingkungan yang berbeda dengan gedung-gedung di Jakarta dimana matahari langsung menerpa kaca, sehingga ruangan menjadi gerah dan panas, karena radiasi.
Ia pun memperhitungkan letak geografis Kalimantan yang dekat dengan equator. Sehingga nantinya gedung-gedung yang dibangun di sana akan dibikin nyaman dengan pilihan material yang terbaik.
"Saya diserang dibilang membangun gedung yang tidak ramah lingkungan. Saya juga bingung, dia belum tahu dan nggak nanya saya sudah bilang begitu," ujar Nuarta
Untuk diketahui, Istana Negara baru di Kalimantan nantinya memiliki luas 4 hektare dengan rencana 9 lantai.
Bangunan Istana Negara baru tersebut hanyalah bangunan inti dari seluruh kawasan seluas 32 hektare.
Berdasarkan rancangan, dalam kawasan tersebut nantinya bakal terdapat Plaza Nusantara seluas 10 hektare, yang akan meliputi area rekreasi, area duduk outdoor, jogging trek, jalur pejalan kaki, serta jalur buggy.
"Dalam tubuh patung Garuda, presiden akan berkantor, ditambah dengan unsur-unsur pendukung seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor staf presiden. Inilah perpaduan antara unsur-unsur estetika dan desain," ujar Nuarta mantap.
Baca juga: Desain Istana Negara Gagasan Nyoman Nuarta Tuai Kritik, Dianggap Pematung Bukan Arsitek Profesional

Seperti diberitakan sebelumnya, desain yang ditawarkan Nyoman Nuarta tersebut mendapat kritik dari lima asosiasi profesional dan memberikan rekomendasinya atas karya desain metafora burung garuda tersebut.
Kelima asosiasi profesional itu adalah Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP), dan Green Building Council Indonesia (GBCI).
Menurut Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) I Ketut Rana Wiarcha, bangunan istana negara yang berbentuk burung garuda atau burung yang menyerupai garuda merupakan simbol yang di bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital.
"Sangat tidak mencerminkan kemajuan peradaban bangsa, terutama di era digital, dan era bangunan emisi rendah dan pasca-Covid-19 (new normal)," kata Rana dalam pernyataan sikap seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (28/3/2021).
Sikap serupa dinyatakan Anggota Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBCI) Prasetyoadi.
Menurut Tiyok, sapaan akrabnya, desain istana negara berbentuk burung garuda tidak fungsional.
Tiyok juga mempertanyakan kapasitas Nyoman Nuarta yang merupakan pematung dan bukan arsitek profesional.
"Saya dan teman-teman profesional tentu resah, karena dibangunnya istana negara ini dengan proses yang tertutup dan dirancang oleh pematung Nyoman Nuarta. Dia bukan arsitek profesional maupun disiplin-disiplin lain yang berhubungan," kata Tiyok kepada Kompas.com, Sabtu (28/3/2021).
Sementara Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Diana Kusumastuti membenarkan konsep rancangan istana negara yang berbentuk burung garuda.
"Pre basic design, itu kan masih gagasannya, belum final jadi masih proses. Jadi setelah pre basic design itu ada namanya basic design, baru setelah itu kita lakukan, dengan perencanaan lagi, jadi masih panjang prosesnya jadi kami masih mengatur itu," jelasnya. (*)