Breaking News

Ramadhan 2021

Cerita Awal Mula Kampung Muslim Angantiga Bali: Sosok Pendekar Sakti Wak Daen & Kisah Seorang Gadis

Kampung muslim di Bali yang dihuni komunitas muslim asal Sulawesi Selatan suku Bugis Makassar cenderung berada di wilayah pesisir pantai.

Penulis: Kambali | Editor: Kambali
Istimewa Humas Polres Badung
Suasana di Masjid Baiturrahman Banjar Angantiga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali, Jumat, 31 Juli 2020. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Simak cerita awal mula kampung muslim di Bali di artikel ini.

Kampung muslim di Bali yang dihuni komunitas muslim asal Sulawesi Selatan suku Bugis Makassar cenderung berada di wilayah pesisir pantai.

Namun ada beberapa yang lokasinya tidak di pesisir pantai.

Berikut cerita kampung muslim di Bali tepatnya di Desa Angantiga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali.

Baca juga: Cerita Awal Mula Kampung Muslim di Bali: Tanah Angker Pegayaman, Sosok Dalem Solo dan Panji Sakti

Kampung Muslim Angantiga berada di Desa Angantiga.

Komunitas muslim yang mendiami daerah itu berasal dari Bugis.

Lokasi desa ini berada di lereng perbukitan dan jauh dari pesisir pantai.

Drs. H. Bagenda Ali, MM dalam bukunya “Awal Mula Muslim Di Bali” yang dicetak pertama pada Januari 2019, menguraikan ada dua versi sejarah kampung muslim Angantiga.

Baca juga: Cerita Awal Mula Kampung Muslim di Bali: Dari Pelaut Bugis Sebut Serangan & Sosok Pangeran Isa Rappe

Pertama menyebutkan komunitas itu berasal dari Kampung Serangan.

Diceritakan bahwa di daerah itu adalah daerah yang tidak aman baik dari perampok maupun dari gangguan makhluk aneh.

Untuk mengamankan daerah itu maka penguasa di daerah itu Puri Carangsari meminta kepada Puri Mengwi untuk menempatkan pengaman.

Lalu diutuslah beberapa orang pendekar untuk tinggal di daerah itu dari Pulau Serangan.

Para pendekar dari Pulau Serangan terkenal dengan ilmu dan kesaktiannya.

Baca juga: BACAAN Doa Ziarah Kubur, Tahlil, Doa Arwah & Suasana di Pemakaman Muslim Bali Jelang Ramadhan 2021

“Di antaranya bernama Daeng Mapilin yang lebih terkenal dengan Wak Daen, H. Jamaluddin (keduanya dari Bugis) dan seorang lagi asal Lombok yang tidak diketahui namanya,” tulis Bagenda Ali. 

Ia melanjutkan dalam tulisannya, versi lainnya adalah berasal dari cerita tetua Angantiga.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved