Kapal Selam Hilang Kontak

Temukan Hydrophone dan Visual Torpedo, Evakuasi KRI Nanggala-402 Terus Dilakukan

Upaya proses evakuasi KRI Nanggala-402 yang dinyatakan tenggelam di perairan utara Bali masih dilakukan

pixabay
Ilustrasi kapal selam - Temukan Hydrophone dan Visual Torpedo, Evakuasi KRI Nanggala-402 Terus Dilakukan 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Upaya proses evakuasi KRI Nanggala-402 yang dinyatakan tenggelam di perairan utara Bali masih dilakukan sampai saat ini oleh TNI AL dan dibantu sejumlah negara sahabat.

"Pelaksanaan evakuasi di laut Bali tetap dilaksanakan sampai sekarang. Jadi sampai sekarang masih ada KRI kita masih banyak di sana, kemudian MV Swift Rescue dari Singapura juga membantu untuk pengangkatan," kata Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal, Laksamana Muda TNI Muhammad Ali dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 27 April 2021.

M Ali mengatakan, informasi terbaru kita sudah menemukan dan mengangkat memakai ROV (Remotely Operated Vehicle) hydrophone atau alat komunikasi bawah air dari KRI Nanggala-402, beberapa foto visual terkini, kemudian ditemukan torpedonya.

Pihaknya sebisa mungkin akan mengangkat bagian-bagian kecil dari KRI Nanggala-402 yang dapat diangkat oleh ROV.

Baca juga: Beredar Isu Kapal Selam KRI Nanggala 402 Ditembak Kapal Asing, Ini Klarifikasi TNI AL

"Sebisa mungkin kita akan mengangkat bagian per bagian kecil, karena kemampuan ROV itu mengangkat hanya 150 kilogram. Tetapi nanti kita koordinasikan untuk mengangkat yang lebih besar," jelas Asrena Kasal.

M Ali menyampaikan, metode pengangkatan kapal selam bergantung dari kedalaman posisi kapal itu di kedalaman berapa.

Posisi kedalaman ini sangat mempengaruhi tingkat kesulitan pengangkatan kapal tersebut.

"Mengangkatnya ada yang mengangkat menusuk, kemudian mengait sehingga mengangkat secara perlahan, kemudian ada yang menggunakan balon udara dan macam-macam. Ada yang menggunakan selang, selang ini dihubungkan dengan tangki pemberat pokok kemudian baru diembuskan udara ke dalamnya sehingga air itu terbuang. Tapi itu tergantung kondisi kapal di bawah laut. Kalau sudah hancur agak sulit untuk mengangkat," jelas M Ali.

Rencana mengangkat KRI Nanggala-402 masih didiskusikan bagaimana caranya, karena kedalamannya ini tidak dangkal dan ini termasuk yang dalam. Lebih dalam dari kejadian kapal selam Argentina.

Sebelum terjadinya peristiwa KRI Nanggala-402 tenggelam, Pemerintah sudah memiliki program pengadaan Kapal Rescue.

"Sudah diprogramkan dengan Bapennas, dengan Kemhan. Sudah diprogramkan satu kapal rescue," imbuh Asrena Kasal.

M Alimengatakan, KRI Nanggala-402 mengalami fase sub-miss hingga fase sub-sunk di utara perairan Bali dan sebanyak 53 awak yang onboard dinyatakan gugur serta kapal selam terbagi tiga bagian diduga karena faktor alam.

"Masalah faktor alam ini tentunya pada saat kapal selam di permukaan mungkin hampir sama dengan faktor alam yang dialami kapal atas air. Tapi pada saat kapal selam menyelam mungkin yang paling berpengaruh adalah faktor arus bawah laut," ujar M Ali.

Faktor arus bawah laut ini di beberapa tempat berbeda tergantung kondisinya, tapi biasanya seorang awak kapal selam sebelum beroperasi dia melihat buku panduan yang menyampaikan bahwa kondisi daerah tersebut seperti apa, baik itu kondisi faktor oceanografi (permukaan) maupun hidrografi (bawah laut) dan ada juga internal solitaire wave atau arus bawah laut.

Berdasarkan beberapa pakar dan ahli oceanografi menyatakan arus bawah laut yang cukup kuat, yang bisa menarik secara vertikal.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved