Serba Serbi

Karma yang Baik Dalam Menjalani Kehidupan Bertujuan untuk Mencapai Moksa, Ini Penjelasan Sulinggih

"Konsep moksa dalam Panca Sradha, adalah tujuan akhir agama Hindu di Bali. Yaitu bersatunya atman dengan Tuhan," kata Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Dok. Tribun Bali
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti 

Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Moksartham Jagadhita ya Ca Iti Dharma, adalah satu diantara keyakinan umat Hindu dan tujuan akhir setiap umat Hindu khususnya di Bali.

Maksud dari moksa adalah mencapai kebahagiaan dunia akhirat.

"Konsep moksa dalam Panca Sradha, adalah tujuan akhir agama Hindu di Bali. Yaitu bersatunya atman dengan Tuhan," kata Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, kepada Tribun Bali, Minggu 16 Mei 2021.

Ida menjelaskan bahwa moksa adalah kepercayaan, sebab susah dibuktikan. Tidak berbentuk tetapi akan dirasakan, karena moksa tidak lain adalah kebahagiaan itu sendiri.

Baca juga: Mengenal Pandita dalam Hindu Bali, Punya Tiga Jalan Moksa dan Harus Mampu Membimbing Sisya

"Dalam ajaran Hindu mengenal tentang moksa, tujuan akhir agama Hindu untuk mencapai moksa itu orang harus melakukan karma baik," jelas beliau.

Sehingga untuk mencapai kebahagiaan itu, manusia harus dan selalu melakukan perbuatan yang baik. Agar mencapai tujuan bersatunya atman dengan Brahman (Tuhan). Dan tidak lagi punarbhawa atau reinkarnasi.

"Dari sinilah muncul kata Amor Ing Acintya, jika ada yang meninggal di Bali," sebut beliau.

Ucapan itu adalah doa, agar atman bersatu dengan Tuhan sehingga mendapat kebahagiaan.

Sebab jika masih kembali ke dunia, atau lahir kembali, maka seseorang harus membayar karmanya. Itulah yang disebut punarbhawa.

Konsep moksa, kata ida, layaknya pendidikan kehidupan dan ujian yang harus dilewati untuk menuju kelepasan.

"Untuk itu, kita diharapkan melakukan sesuatu yang baik sehingga tidak kembali lagi lahir ke dunia," sebutnya.

Akhirnya moksa pun menjadi impian semua orang, sejak dahulu kala hingga saat ini.

Untuk itu, lahirlah konsep Pitra Yadnya. Mengubah petra menjadi pitra dengan proses ngaskara. Kemudian mamukur membersihkan pitra menjadi dewa Pitara.

"Nah ketika mamukur, atau nyekah selesai. Maka ada konsep ngelinggihang, yaitu menempatkan sang dewa pitara di rong tiga atau rong telu," jelas beliau.

Baca juga: Jasadnya Menghilang Tanpa Jejak, 5 Tokoh Legendaris Nusantara Ini Dikisahkan Mengalami Moksa

Rong telu atau kemulan, dan taksu adalah asal mula asal dari kehidupan. Leluhur dari anak dan cucu.

"Dari kita sendiri, dewa pitara yang berasal dari tempat itu. Ketika habis nyekah atau mamukur maka ngelinggihang. Roh yang sudah disucikan, diletakkan di dalamnya," jelas mantan jurnalis ini.

Yang pria diletakkan di luanan atau dihulu dan yang wanita di hilir atau teben. Hulu dan hilir ini tergantung dari masing-masing wilayah.

Apabila di Denpasar hulu di utara dan hilir di selatan. Namun di Bali Utara hulunya terletak di selatan.

"Kalau di Denpasar, utara itu disebut bapanta, selatan ibunta sedangkan di tengah-tengah raganta," sebutnya.

Oleh sebab itu, maka roh itu akan disebut dengan Dewa Hyang. Tetapi masih memiliki konsep jenis kelamin laki dan perempuan.

 Namun pantang menyebutkan nama orang yang telah meninggal.

Konsep raganta di tengah adalah konsep Tuhan. Tidak laki atau perempuan, dan disebut Bhatara Hyang Guru.

Sebab itu adalah konsep menyatukan antara atman dan brahman. Konsep ini ada di dalam berbagai tattwa.

"Karena dalam ajaran Hindu kita mengenal Tuhan itu atau Brahman yang disebut dengan saguna dan nirguna Brahman," kata beliau.

Baca juga: Memahami Sancita Karmaphala, Hasil Perbuatan Dahulu Dinikmati Sekarang, Ini Penjelasan Sulinggih

Nirguna artinya Tuhan yang diam tidak kemana-mana. Sang Hyang Embang atau kosong.

Oleh sebab itu ada pula ada upacara nilapati. Nila artinya kosong, dan pati artinya tempat terhormat.

Sehingga nilapati artinya mencari tempat terhormat yang kosong. Termasuk tujuan nilapati adalah moksa.

Namun semua kembali ke karma masing-masing manusia.

Walau semua memimpikan untuk moksa. Beliau menjelaskan atman yang baru masuk, akan berada pada Atma Tattwa.

Sebab pada Atma Tattwa, roh masih labil dan akan menuju Sada Siwa Tattwa.

 "Ini apabila dalam karmanya itu adalah melebihi daripada garis ketentuan," tegas ida.

Kalau tidak, dia akan kembali ke dunia dalam kelahiran reinkarnasi.

Namun apabila seseorang mampu menuju Sada Siwa Tattwa, maka seseorang itu masih harus berjuang lagi untuk menuju ke Prama Siwa Tattwa. Atau moksa yang sebenarnya.

 Karma adalah hal terpenting dalam menuju moksa. (*)

Artikel lainnya di Serba Serbi

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved