Berita Banyuwangi
Tangis Haru Nenek Supiyati, Saat Bupati Ipuk Jemput Anak Terancam Putus Sekolah
Nenek Supiyati tak kuasa menahan air mata haru setelah melihat langsung cucunya, Irmawati, dipastikan bakal menjadi pelajar di SMPN 3 Muncar.
TRIBUN-BALI.COM, BANYUWANGI - Nenek Supiyati tak kuasa menahan air mata haru setelah melihat langsung cucunya, Irmawati, dipastikan bakal menjadi pelajar di SMPN 3 Muncar.
Menjelang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang sedang berkantor di Desa Kumendung, Muncar, langsung ikut menjemput Irmawati dan mendampinginya untuk dipastikan masuk ke SMPN 3 Muncar.
"Ya Allah terima kasih. Cucu saya akhirnya bisa sekolah," kata nenek berusia 55 tahun.
Di Banyuwangi, menjelang PPDB yang akan dibuka pada awal Juni, Bupati Ipuk telah mengintruksikan kepada Dinas Pendidikan untuk jemput bola terutama kepada para pelajar kurang mampu.
Hal ini untuk memastikan mereka bisa mengakses PPDB dan tetap melanjutkan sekolah.
Baca juga: Pemkab Banyuwangi Buka Rekrutmen 3,937 ASN Periode Tahun 2021
Supiyati mengaku, setelah Irma lulus dari SDN 1 Kemendung, Muncar, dia bingung apakah cucu kesayangannya itu akan lanjut sekolah atau tidak.
"Setelah lulus SD, saya sudah bilang sama Irma, mungkin terpaksa tidak sekolah dulu. Saya sudah tua dan kesehatan menurun," kata Supiyati.
Irma adalah seorang anak yatim. Sejak lahir dia tinggal bersama neneknya. Di rumah berukuran sekitar 5x5 meter itu keduanya tinggal bersama.
Supiyati hanya membuka warung kecil yang menjual makanan ringan di samping rumahnya.
Penghasilannya tidak seberapa. Menjadi kian sulit karena kondisi kesehatan Supiyati mulai menurun.
Baca juga: Pemkab Banyuwangi Bakal Gelar Rekrutmen 3.937 ASN, Formasi Guru Terbanyak
Supiyati sebenarnya berharap pada ibu kandung Irmawati yang tinggal di kecamatan lain, namun juga tidak ada kepastian.
"Sejak kecil anak ini sudah saya rawat. Ibunya masih ada, tapi juga tidak bekerja," kata Supiyati.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," kata Supiyati sambil terus mengusap air matanya.
Irmawati sendiri juga terlambat sekolah beberapa tahun dibandingkan anak seusianya. "Senang rasanya akhirnya bisa sekolah," kata Irmawati.
Selama ini, meski sekolahnya jauh, Irma tetap semangat sekolah.