Berita Bali
Bali Daerah Rawan Gempa dan Tsunami, Pemerintah Antisipasi dengan Bangun Tempat Evakuasi Sementara
wilayah Bali diapit oleh dua zona tsunami yakni zona lempengan Indo-Australia yang berada di selatan dan Sesar Flores yang ada di utara
Penulis: Ragil Armando | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknolgi (BPPT) menyebutkan bahwa wilayah pesisir Bali baik di Bali Utara maupun selatan menjadi wilayah yang memiliki potensi ancaman bencana tsunami.
Pasalnya, wilayah Bali diapit oleh dua zona tsunami yakni zona lempengan Indo-Australia yang berada di selatan dan Sesar Flores yang ada di utara.
Bahkan, zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang menghujam ke bawah Lempeng Eurasia di dekat kawasan itu merupakan generator gempa kuat.
Keadaan itu, menurut Program Management Office InaTEWS BPPT, Alfi Rusdiansyah menjadikan hal yang wajar jika wilayah Bali merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.
Baca juga: Ombak Ganas di Pantai Lebih Gianyar, BPBD Gianyar Sebut Tidak Ada Kerusakan
“Bali, Lombok, Flores ini diapit oleh dua zona tsunami bagian selatan tumpukan, dan di utara ada Sesar Flores,” paparnya dalam webinar yang digelar BPPT yang bertajuk ‘Bersama Membangun Kesiapsiagaan Terhadap Ancaman Tsunami di Pulau Bali’, Kamis 3 Juni 2021.
Ia menjelaskan bahwa menurut penelitian dari Pusat Gempa Nasional (PGN) dari dua zona tersebut, di sekitar Bali-Nusa Tenggara terdiri dari empat wilayah segmen patahan.
Yakni, Segmen Bali sepanjang 84 km, segmen Lombok-Sumbawa sepanjang 310 km, segmen Nusa Tenggara Timur sepanjang 236 km, dan segmen Wetar sepanjang 216 km.
“Menurut pusat gempa nasional, segmen-segmen patahan yang menunjukkan tsunami dari barat ke timur itu ada 4 segmen,” jelasnya.
Berdasarkan data yang ada tersebut, pihaknya telah merancang dua skema bencana tsunami di wilayah Bali dan Lombok.
“Kami mencoba dari pemodelan tsunami kami mencoba tsunami di wilayah Bali-Lombok jika terhadi gempa,” paparnya.
Dari data pertama, Alfi Rusdiansyah menyebutkan bahwa dari data historis gempa terjadi di wilayah Segmen Bali maka rata-rata gempa di wilayah tersebut memilki kekuatan magnitude 7,4 SR.
Jika mengacu pada data tersebut, ia menjelaskan bahwa tinggi gelombang maksimum apabila terjadi bencana di wilayah pesisir Karangasem dapat mencapai 0,5 meter, dan pesisir Denpasar dan sekitarnya sebesar 1 meter.
Sementara di wilayah pesisir Pulau Gili Trawangan diperkirakan dapat mencapai 6 meter, serta pesisir Mataram dan sekitarnya 1,5 meter.
“Jarak gelombang tsunami sampai Karangasem 1 menit, Denpasar 25 menit setelah gempa terjadi, di trawangan 3 menit, Mataram 9 menit,” ujarnya.
Baca juga: Bersarang di Atap Plafon Rumah Warga di Denpasar, Ular Piton 3 Meter Dievakuasi BPBD
Ia melanjutkan dari data historis gempa terjadi di kawasan Segmen Lombok-Sumbawa yang memiliki panjang 310 km, maka rata-rata gempa di wilayah tersebut memilki kekuatan magnitude 8 SR.
Jika mengacu pada data tersebut, ia menjelaskan bahwa tinggi gelombang maksimum apabila terjadi bencana di wilayah pesisir Karangasem dapat mencapai 6 meter, dan pesisir Denpasar dan sekitarnya sebesar 1,5 meter.
Sementara di wilayah pesisir Pulau Gili Trawangan diperkirakan dapat mencapai 6,5 meter, serta pesisir Mataram dan sekitarnya 2,8 meter.
“Kalau menggunakan skema kedua jarak tempuh di Karangasem 21 menit, Denpasar 40 menit, trawangan 16 menit, mataram 22 menit,” paparnya.
Dirinya juga menyebut bahwa hal tersebut potensi gelombang tersebut, maka Kota Denpasar, dan wilayah sekitarnya seperti Kuta, Nusa Dua, ataupun Seminyak-Canggu menjadi wilayah yang cukup berbahaya.
Mengingat wilayah tersebut merupakan yang memiliki ketinggian rendah 4 mdpl.
“Dengan gelombang setinggi itu bahaya sekali Kota Denpasar, Kuta, karena rendah,” jelas dia.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Bali, Made Rentin mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Bali sendiri terus menyiapkan diri untuk menghadapi berbagai ancaman bencana.
Untuk mengantisipasi bencana tsunami sendiri pihaknya telah memiliki Tempat Evakuasi Sementara (TES) Tsunami berlokasi di Pulau Serangan, Denpasar.
Sebuah bangunan besar dengan 8 ruas anak tangga berdiri sejak 2016 lalu.
Baca juga: Gempa Guncang Blitar, Terasa hingga Kediri dan Jember, Warga Panik Keluar Rumah, Teriak: Lindu-lindu
Ia mengakui bahwa TES ini sendiri menjadi satu-satunya yang ada di Bali.
Ia menyebutkan bahwa Bali sebenarnya dijanjikan oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk membangun empat Tempat Evakuasi Sementara (TES).
Namun yang baru terealisasi hanya satu lokasi saja. Yaitu di Kota Denpasar, tepatnya Pulau Serangan berkapasitas 3.000 orang.
“Kita perencanaan 3-4 TES dibangun ada di Sanur, yang sudah eksis di Serangan, ada perencanaan di Sanur, kemudian di perbatasan Tabanan-Jembrana,” terangnya.
Meskipun hanya ada satu bangunan TES, tetapi Rentin mengungkapkan hotel-hotel di Provinsi Bali juga sudah mempersiapkan diri sebagai TES.
Bahkan, menurut dia kesiapan hotel sebagai tempat TES sendiri menjadi salah satu indikator penilaian sertifikat kesiapsiagaan bencana yang dikeluarkan pihaknya.
Ia menyebutkan bahwa untuk Bali sendiri sudah ada 64 hotel yang memiliki sertifikasi kesiapsiagaan bencana dan siap menjadi TES.
“Tetapi itu tidak mengecilkan semangat kita semua. Karena hotel-hotel yang ada di Provinsi Bali secara umum mereka menyiapkan beberapa lantai. Lantai atas ya,” katanya.
Masing-masing hotel telah menyusun prosedur tetap (Protap), bahwa lantai dua dan tiga disiapkan untuk TES. Apalagi hotel-hotel di Bali berada di tempat strategis.
“Jadi dilakukan evakuasi vertikal bukan dia bergerak menuju tempat yang lebih tinggi horizontal. Tetapi hotel-hotel di sana menyediakan lantai dua dan lantai tiganya, bahkan ada lantai empat untuk tempat evakuasi sementara,” jelas Rentin. (*)
Artikel lainnya di Berita Bali