Corona di Bali
Alami KIPI Setelah Disuntik Vaksin Covid-19 di Buleleng Bali, Dwarsa Ngaku Trauma Divaksinasi
Tim medis kala itu menyatakan jika kondisi kesehatan Dwarsa cukup baik, sehingga ia langsung disuntik vaksin.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Seorang guru honorer di wilayah Kecamatan Gerokgak, Buleleng bernama Nyoman Mangku Dwarsa mengalami Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI), berupa Hipoglikemia atau kadar gula di dalam darah berada dibawah normal.
Kondisi ini lantas membuat pria asal Desa/Kecamatan Gerokgak ini trauma.
Ia memilih untuk tidak menjalani vaksin tahap kedua.
Kondisi yang dialaminya ini kemudian di-posting oleh Dwarsa di Instagramnya, dengan nama akun @dwarsanasentosa, pada 21 Mei lalu, hingga viral di sosial media.
Baca juga: Target Vaksinasi Rampung Juli 2021, Koster Mohon ke Presiden Jokowi Tambahan 3 Juta Vaksin Covid-19
Beberapa pengguna Instagram mengomentari postingan itu.
Mereka rata-rata memberikan support agar Dwarsa dapat segera pulih.
Dikonfirmasi Kamis 10 Juni 2021 Dwarsa menjelaskan, ia disuntik vaksin Covid-19 merek AstraZeneca pada Kamis (20/5/2021) lalu, di kantor Desa Gerokgak.
Sebelum divaksin, ia menjalani screening terlebih dahulu.
Dari hasil screening itu, Dwasa mengaku tekanan darahnya sebelumnya 90 mmHg.
Tim medis kala itu menyatakan jika kondisi kesehatan Dwarsa cukup baik, sehingga ia langsung disuntik vaksin.
Nahas, setelah 15 menit paska divaksin, Dwarsa tiba-tiba mengalami sesak napas bahkan nyaris kehilangan kesadaran.
Tekanan darahnya turun menjadi 75 mmHg.
Akibat kondisi ini, petugas medis langsung memberi bantuan oksigen.
Bahkan ia juga diberi makanan dan minuman manis, untuk meningkatkan tekanan darah dan kadar gula dalam darahnya.
Baca juga: Baru Tercapai 18,29 Persen, Vaksinasi Covid-19 di Kecamatan Negara Terus Digenjot
"Saya langsung diberikan oksigen di kantor desa, selama kurang lebih satu jam. Setelah kondisi mulai membaik, saya diizinkan pulang. Namun saat di rumah, saya mulai demam dan lemas selama satu minggu. Kalau riwayat diabates sih tidak punya," terangnya.
Kendati saat ini kondisinya sudah kembali normal, Dwarsa mengaku masih merasa trauma.
Ia enggan disuntik vaksin tahap kedua, yang rencananya akan dilaksanakan pada Kamis (12/8/2021).
"Saya sangat mendukung program vaksin, makanya saya mau disuntik vaksin tahap pertama. Namun setelah mengalami KIPI, saya merasa tubuh saya ini tidak kuat untuk menerima vaksin. Saya trauma," ujarnya
Sementara Sekda Buleleng, juga sebagai Sekretaris Satgas Penanganan Covid-19 Buleleng, Gede Suyasa mengaku baru mengetahui adanya warga di Desa Gerokgak yang mengalami KIPI ini.
Namun demikian, ia sudah memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan Buleleng untuk menelusuri KIPI yang terjadi.
Tidak hanya pada kasus yang dialami oleh Dwarsa, melainkan juga kasus-kasus KIPI lainnya yang ada di Buleleng.
Mantan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Buleleng ini juga menyebut, dalam pelaksanaan vaksinasi, dibutuhkan kecermatan dan ketelitian tim medis saat melakukan screening kesehatan.
Bahkan masyarakat yang divaksin juga harus diberikan informasi dan edukasi oleh dokter yang menangani.
Ini sudah menjadi SOP dalam pelaksanaan vaksinasi.
"KIPI itu case per case. Masing-masing tubuh memberikan reaksi yang berbeda-beda, pasca disuntuk vaksin. Tapi di Buleleng persentase KIPI masih sangat kecil. Saat pendaftaran vaksinasi, kan dicantumkan nomor telepon dan dokter yang menangani, Sehingga kalau ada keluhan, tinggal telepon dokternya. Kalau KIPI-nya berat, dokter akan langsung membawanya ke rumah sakit," terangnya. (*)
Artikel lainnya di Berita Buleleng