Menkes Sebut Varian Delta dari India Ada di Kudus, DKI Jakarta Dan Bangkalan, Virus Cepat Menular

Varian baru Covid-19 yang lebih menular dan memicu tingkat keparahan telah menyebar luas di sejumlah daerah sehingga menuntut antisipasi segera.

Editor: Eviera Paramita Sandi
Pixabay
Ilustrasi covid-19. 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA -  Munculnya varian baru corona B.1617.2 asal India atau yang saat ini dinamai varian Delta telah terbukti memiliki sifat penularan yang lebih cepat.

Hal ini dikemukakan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. 

Adanya peningkatan kasus Covid-19 di berbagai daerah menandai virus varian ini perlu diwaspadai. 

Varian India ini muncul di beberapa daerah di Indonesia seperti Kudus, DKI Jakarta dan juga di Bangkalan.

"Beberapa daerah seperti Kudus kemudian DKI Jakarta dan juga di Bangkalan memang sudah terkonfirmasi varian delta atau varian B1617.2 atau varian dari India yang mendominasi. Varian ini memiliki sifat penularannya lebih cepat, walaupun tidak lebih mematikan," kata Budi dalam konferensi virtual yang ditayangkan melalui Youtube Sekretariat Presiden, Senin 14 Juni 2021. 

Untuk itu, kedisplinan protokol kesehatan dan percepatan vaksinasi perlu dilakukan.

"Bapak Presiden menekankan sekali lagi bahwa protokol kesehatan harus dijalankan dengan disiplin sesuai dengan aturan PPKM Mikro yang telah dirumuskan," ujar mantan dirut Bank Mandiri ini.

Lebih jauh ia mengungkapkan, Presiden Jokowi menargetkan pada bulan Juni ini setiap hari dilakukan 700 ribu suntikan dan kemudian 1 juta vaksinasi per hari untuk bulan Juli.

Pembatasan Sosial Perlu Diperketat

Varian baru Covid-19 yang lebih menular dan memicu tingkat keparahan telah menyebar luas di sejumlah daerah sehingga menuntut antisipasi segera.

Perlunya dilakukan pembatasan sosial yang lebih ketat guna mencegah lonjakan kasus lebih tinggi yang akan menyebabkan kolapsnya layanan kesehatan.

Dilansir Kompas.id tren perawatan di ruang isolasi semakin meningkat dalam sepekan angkanya bertambah 27,43 persen. Pun demikian secara nasional keterisian ruang isolasi sudah 53 persen dan ruang perawatan intensif 48 persen. 

Hal ini pun dirasa akan terus meningkat. 

Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan mengkhawatirkan tren penularan ini semakin meningkat sehingga jumlah pasien tak bisa lagi tertampung di rumah sakit. 

”Saat ini tidak mudah lagi mencari tempat perawatan untuk pasien Covid-19 karena sudah mulai penuh, seperti saya alami minggu lalu saat mencarikan rumah sakit untuk saudara. Kasus didominasi kluster keluarga,” ujarnya. 

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved