Wawancara Tokoh

Bincang dengan Menpora Zainudin Amali, Adopsi Aturan Olimpiade untuk PON Papua

MENTERI Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, akan mengadopsi aturan ketat Olimpiade Tokyo 2020

Tribun Bali/M Firdian Sani
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali - Bincang dengan Menpora Zainudin Amali, Adopsi Aturan Olimpiade untuk PON Papua 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - MENTERI Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali, akan mengadopsi aturan ketat Olimpiade Tokyo 2020.

Menurut dia, aturan ketat tersebut bisa diterapkan saat PON XX Papua.

"Kegiatan olahraga baik itu single event maupun multi event di tengah Covid-19 tidaklah mudah. Kesuksesan Olimpiade Tokyo 2020 merupakan sukses penyelenggara dan International Olympic Committee (IOC)," ucap Amali saat wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dan Manajer Pemberitaan Tribun Network Rachmat Hidayat, Jumat 13 Agustus 2021 malam.

Menpora menekankan ketaatan terhadap protokol kesehatan menjadi kata kunci agar kegiatan olahraga PON bisa berjalan lancar 2-15 Oktober mendatang.

Baca juga: KONI Pusat dan PB PON Mematangkan Buku Panduan Covid-19 PON Papua 2021

Penerapan sistem bubble yang membatasi mobilitas atlet dari tempat penginapan ke tempat pertandingan juga penting diterapkan di PON.

Selain itu, seluruh atlet juga harus dipastikan sudah divaksin.

Berikut petikan wawancara dengannya.

Olimpiade Tokyo 2020 akan menjadi referensi untuk penyelenggaran PON 2021. Apa hikmah dari perhelatan di tengah pandemi?

Kesuksesan Olimpiade Tokyo 2020 merupakan sukses penyelenggara dan International Olympic Committee (IOC).

Pesertanya juga hadir semua. Tidak ada atlet yang dinyatakan lolos kualifikasi mengatakan tidak mau ikut.

Jadi semua negara ikut ini seharusnya menjadi pelajaran buat kita.

Menyelenggarakan di tengah pandemi itu bisa asalkan kita kreatif dan disiplin dengan protokol kesehatan.

Pertama prokes itu luar biasa ketat setiap hari mereka dites saliva dan sebelum berangkat, kita diminta recordnya.

Tadinya saya mau berangkat sehingga seminggu sebelum berangkat harus tes PCR lalu dilaporkan ke panitia.

Sampai tiba di sana juga langsung masuk ke tempat yang sudah disiapkan.

Kedua adalah sistem penyelenggara menggunakan sistem bubble artinya atlet hanya boleh dari tempat penginapan ke venue atau tempat pertandingan.

Memang di satu sisi ini membuat jenuh, terutama tim bulutangkis yang sudah jalan duluan.

Niatnya ingin menyesuaikan situasi tetapi dampak psikologis membuat jenuh, karena biasanya kalau normal bisa lihat warung kiri kanan, nah ini tidak bisa.

Saya pun kalau jadi berangkat begitu hanya venue hotel, prosedur sangat ketat.

Ketiga setelah tanding tidak boleh lama-lama dua hari selesai pulang ke negerinya masing-masing.

Hal ini bisa jadi pelajaran buat kita.

Apalagi kalau pesertanya hanya antar warga bangsa sendiri.

Ini tentu mudah kita berkomunikasi kasih pengertian tolong jaga bersama.

Hikmah yang diambil dari penyelenggaraan Olimpiade di masa pandemi Covid-19.

Apakah sistem ini akan diadopsi ketika kita menggelar PON 2021 di Papua?

Saya sudah sampaikan ke penyelenggara kita bisa belajar dari Olimpiade Tokyo karena PB PON ini ketuanya Gubernur Papua.

Jadi kami hanya memfasilitasi, tidak ikut sampai detail.

Ada juga pengawasnya dari KONI.Yang paling utama kontingen dari provinsi lain harus benar-benar taat protokol kesehatan dan persyaratan yang diterapkan di Tokyo harus sudah divaksin.

Paling tidak orang sudah divaksin dia datang sudah terlindungi.

Walaupun kena, recoverynya cepat.

Pak Menteri punya keyakinan kuat penyelenggara bisa menerapkan SOP secara ketat?

Saya meyakini karena mereka tidak bekerja sendirian. Pihak TNI, Polri, Kementerian Kesehatan, BNPB, semua masuk ke sini. Ini bukan hanya tugas panitia saja.

Semua bergerak di pos masing-masing dan sadar betul bahwa ini menyelenggarakan event di tengah pandemi.

Atlet kita berhasil memeroleh lima medali (1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu) di Olimpiade Tokyo 2020, apa yang bisa dipetik dari hasil ini?

Penyelenggaraan di tengah pandemi sangat berbeda saat kita menyiapkan atlet, baik ketika kualifikasi, maupun pertandingan.

Dari apa yang kita hasilkan memang ini hasil dari pembinaan kita selama ini.

Artinya kita masih bertumpu pada cabang olahraga tertentu.

Dari olimpiade ke olimpiade ini konsisten dari cabor bulutangkis dan angkat besi.

Ke depan kita tidak bisa lagi seperti itu, kita harus memperluas basis-basis prestasi.

Berawal dari arahan Bapak Presiden pada peringatan Hari Olahraga Nasional yang ke-37 kepada saya ditugaskan untuk mereview total ekosistem pembinaan olahraga.

Kita lahirkan sekarang grand design.

Dari situ kita menetapkan olimpiade sebagai sasaran utama.

Asian Games dan Sea Games sasaran antara saja.

Kita harus cari, mana cabang olahraga yang dipertandingkan di olimpiade dan memungkinkan ada potensi kita bisa berprestasi.

Kita mencari cabang yang mengandalkan akurasi dan teknik.

Baca juga: KONI Bali Temui Gubernur Bali, Janji Akan Bawa Pulang 30 Medali Emas PON Papua

Bagaimana pandangan Pak Menteri terkait izin penyelenggaraan Liga 1 dan Liga 2 yang diberikan Polri mengacu pada penyelenggaraan Piala Menpora yang pernah dilaksanakan sebelumnya?

Pada saat penyelenggaraan pra musim turnamen Piala Menpora sebelum izin saya melakukan rapat koordinasi yang melibatkan PSSI, PT LIB, BNPB, Satgas Covid-19 dan Polri.

Saya undang mereka, saya dengarkan pemaparan dari PSSI dan LIB seperti apa rencana kegiatan.

Dua hal saya tekankan rencana kegiatan dan penerapan prokes.

Kita berkesimpulan kita bisa jalan. Sama halnya penyelenggaraan Liga 1 dan Liga 2, kompetisi yang menjadi harapan stakeholder sepakbola terutama masyarakat kita.

Waktu Piala Menpora menjadi penjamin karena kita lihat situasi sekarang sedang pandemi.

Masyarakat kita terkurung di rumah dan mereka perlu tontonan sebagai hiburan.

Dan hasil survei luar negeri rakyat Indonesia 70 persen suka bola.

Bayangkan kalau bola tidak jalan.

Dari pengalaman Piala Menpora ternyata kita bisa, suporter kooperatif tidak ada lagi nonton bareng.

Mereka sudah tahu yang boleh masuk ke stadion hanya maksimal 299 orang.

Di awal pertandingan persahabatan di Stadion Madya itu saya sampai pegang checklist.

Saya cek tanya ke panitia bus pemain stop di mana terus ke mana dan dimana kamar gantinya.

Jadi saya cek detail.

Saya ingin tunjukkan ke penyelenggara kalian jangan main-main saya pegang checklist sesuai pemaparan rakor.

Minuman pemain juga tidak boleh bergantian.

Memang agak boros tapi tidak apa-apa langsung buang.

Kalau untuk menghindari arak-arakan bagaimana Pak Menpora?

Saya kira pengalaman kita setelah Piala Menpora ditutup ada yang meluapkan kegembiraan berlebihan di Jakarta.

Dan juga ada yang meluapkan kekecewaan berlebihan di Bandung.

Jadi yang menang selebrasi yang kalah ada mess klub dilempari dan sebagainya.

Dari pengalaman ini saya kira durasinya panjang.

Kalau turnamen hanya satu bulan sehingga tempat atau daerah yang memiliki potensi arak-arakan akan gaduh sudah bisa diantisipasi.

Teman-teman dari Polri saya kira mereka sudah terlatih untuk hal itu.

Paling penting tidak ada yang terprovokasi.

Yang lalu itu kan melalui medsos ngajak emang tujuannya mau ngaco.

Dibilang ajakannya itu tim kesayangan akan datang ke air mancur dan ternyata itu tidak ada.

Tapi yang terlanjur gembira mereka datang.

Saya kira ini menjadi pelajaran pihak keamanan dan suporter kita.

Saya berencana akan lakukan kembali ngobrol bareng pemilik klub seminggu menjelang pembukaan.

Aspirasinya luar biasa.

Yang penting saya menjamin turnamen bisa jalan dan kalian tertib.

(tribun network/reynas abdila)

Kumpulan Artikel Wawancara Tokoh

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved