Wawancara Tokoh
Bincang dengan Yenny Wahid, Yenny Wahid: Saya Sedih Meninggalkan Garuda
Yenny melihat aset paling berharga dari Garuda sendiri justru adalah para manusianya atau karyawan yang mengabdi, bukan pesawatnya.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Krisis yang dihadapi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memaksa perusahaan pelat merah itu merumahkan sebagian karyawannya hingga memensiunkan dini mereka.
Mantan Komisaris Independen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Yenny Wahid menegaskan, pengurangan karyawan itu tentu berpengaruh kepada kondisi keuangan dan beban yang ditanggung Garuda.
Yenny melihat aset paling berharga dari Garuda sendiri justru adalah para manusianya atau karyawan yang mengabdi, bukan pesawatnya.
"Menurut saya aset-aset paling berharga dari Garuda bukan pesawatnya, aset paling berharga dari Garuda adalah manusia-manusianya, awak kabinnya, pilot-pilotnya. Kembali lagi kita harus mengubah gaya hidup," katanya.
Baca juga: Bincang dengan Yenny Wahid, Lemas dan Gemes Lihat Garuda
"Awak kabin Garuda adalah contohnya. Saya sendiri juga mundur karena merasa malu juga nih kalau awak kabin saja mau berkorban, masa saya nggak berani berkorban," ujar Yenny, saat wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dan News Manager Tribun Network Rachmat Hidayat, Senin 16 Agustus 2021.
Berikut petikan wawancaranya:
Mengurangi kerugian, Garuda memberi peluang mereka yang ingin pensiun dini dan melakukan cuti di luar tanggung jawab perusahaan. Apakah ini berpengaruh dengan beban yang harus ditanggung PT Garuda Indonesia Tbk?
Apapun yang bisa dilakukan untuk memperkecil biaya, pasti ada pengaruhnya.
Apalagi kalau dilakukan dalam jumlah banyak.
Jadi human resources Garuda itu jauh melampaui kebutuhannya.
Ini faktanya.
Ada terlalu banyak kita punya karyawan.
Kemudian saya memutuskan untuk mengundurkan diri salah satunya adalah untuk menjadi simbol.
'Masa kita minta orang mundur, masa kita sendiri nggak mundur', kan nggak lucu.
Ya kita sama-samalah berkorban untuk Garuda.