BI Antisipasi Kenaikan Inflasi di Tengah Pandemi yang Penuh Ketidakpastian

Ia menilai kondisi pandemi covid-19 saat ini penuh ketidakpastian dan harus disikapi secara cermat.

Editor: DionDBPutra
kontan.co.id
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan perlu langkah antisipatif menjaga tingkat inflasi tahun 2022.

Ia menilai kondisi pandemi Covid-19 saat ini penuh ketidakpastian dan harus disikapi secara cermat.

"Risiko kenaikan inflasi pada tahun 2022 perlu kita antisipasi. Ini menyusul naiknya permintaan domestik dan kenaikan harga komoditas dunia," ujar Perry saat Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2021, Rabu 25 Agustus 2021.

BI memperkirakan tingkat inflasi nasional pada tahun 2021 dan 2022 akan tetap terjaga di kisaran 3 persen hingga 1 persen.

Baca juga: Kota Denpasar Alami Deflasi Sebesar 0,07 Persen, Singaraja Inflasi 0,19 Persen

Baca juga: Inflasi Bali pada April 2021 Melandai, Komoditas Utama Penyumbang Inflasi dari daging Ayam dan Babi

Posisi inflasi hingga Juli 2021 di seluruh daerah maupun secara nasional masih terkendali.

Perry menjelaskan capaian ini sejalan terjaganya ekspektasi inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah, belum kuatnya permintaan, serta ketersediaan pasokan.

"Inflasi tahun ini per Juli tercatat terjaga rendah di angka 1,52 persen year on year (yoy)," jelas Perry.

BI juga berkomitmen memperkuat peran UMKM pangan dalam struktur perekonomian nasional sekaligus meningkat kesejahteraan masyarakat.

“Seluruh kebijakan Bank Indonesia kita arahkan untuk pertumbuhan pro growth,” imbuhnya.

BI mengapresiasi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto selaku Ketua Tim Pengendalian Inflasi Pusat, para Menteri, Gubernur Provinsi dan Bupati atau Wali Kota atas sinergi yang erat dalam mewujudkan stabilitas harga.

"Sinergitas ini mendukung upaya pemulihan ekonomi Indonesia dan menjaga kesejahteraan rakyat," kata Perry.

Menurutnya, penguatan peran UMKM pangan dalam ekosistem ekonomi secara terintegrasi menjadi penting.

Ia berharap UMKM pangan dapat terus beradaptasi dengan teknologi digital.

"Dari hulu hingga hilir termasuk akses pasar yang lebih luas bagi UMKM pangan. Kami di Bank Desa berkomitmen penuh untuk bersinergi dengan pemerintah," tukasnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat inflasi pada Juli 2021 sebesar 0,08 persen.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, inflasi 0,08 persen terjadi karena beberapa komoditas mengalami kenaikan harga seperti cabai rawit, sapi, cabai merah, tomat, bawang merah, dan udang beku.

"Komoditas yang memberikan andil ke inflasi berasal dari cabai rawit 0,03, dan komoditas lain," kata Margo.

Berdasarkan wilayah, inflasi terjadi di 61 kota dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), dan 29 kota lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,51 persen dan inflasi terendah di Sampit 0,01 persen.

Sementara deflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar minus 0,6 persen, dan deflasi terendah di Maumere serta Samarinda 0,01 persen. (tribun network/nas/yat)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved