Berita Gianyar
Kegiatan Tukar Sampah Plastik dengan Beras di Gianyar Masih Tetap Bertahan di Tengah Krisis Ekonomi
Kegiatan plastik exchange atau tukar sampah plastik dengan beras, masih tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Kegiatan plastik exchange atau tukar sampah plastik dengan beras, masih tetap bertahan di tengah kesulitan ekonomi yang melanda hampir semua lapisan masyarakat, tak terkecuali kaum pejabat di Pemerintahan Kabupaten Gianyar.
Keberadaan plastik exchange ini pun menjadi salah satu angin segar bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.
Seperti terjadi di Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali, Minggu 29 Agustus 2021.
Di sini, kegiatan tersebut dilakukan oleh masyarakat setempat, dengan mengambil lokasi di bale banjar setempat.
Baca juga: DLH Ajak Masyarakat Olah Sampah Mandiri, Mimpi Wujudkan Tabanan Tanpa TPA Masih Jauh
Kegiatan yang dimulai pukul 10.00 Wita hingga 12.00 Wita tersebut sangat dinantikan warga.
Di mana mereka sudah datang ke bale banjar sebelum kegiatan dimulai.
Hingga kegiatan berakhir, total sampah yang terkumpul sebanyak dua ton.
Menariknya, masyarakat yang datang untuk menukarkan sampah plastik, saat ini sudah membawa sampah terpilah.
Tidak seperti awal pertama kegiatan ini berlangsung beberapa bulan lalu, masyarakat masih membawa sampah asal-asalan atau belum terpilah dan kondisinya masih kotor.
Namun karena pemahaman yang diberikan pihak penyelenggara, akhirnya masyarakat pun mulai menyadari aturan yang berlaku dalam kegiatan ini.
Kordinator plastik exchange Banjar Banda, Ketut Suardita mengungkapkan, mempertahankan kegiatan di tengah krisis ekonomi yang cukup hebat ini bukan hal yang mudah.
Sebab saat ini, hampir sebagian besar masyarakat mengalami kesulitan ekonomi.
Namun bagaimana pun, keberadaan kegiatan plastik exchange ini memang bertujuan untuk membantu masyarakat di tengah krisis, sehingga ia bersama pihak donatur selalu berupaya mengajegkan kegiatan ini.
"Saya tetap berkomunikasi dengan donatur, agar tidak gertak sambel, tapi terus berlanjut sambil mengedukasi masyarakat. Astungkara kegiatan ini tetap bisa berlanjut," ujarnya.
Dari data yang tercatat, dalam setiap kegiatan, jenis plastik yang banyak dibawa oleh masyarakat adalah kantong plastik sekali pakai.
Ada juga botol plastik minuman, botol kaca, dan barang elektronik yang sudah tidak terpakai.
Selanjutnya, sampah plastik tersebut dikirim ke pengepul dan hasilnya dikembalikan ke masyarakat dalam bentuk beras.
"Beras yang kami berikan ini bukan hanya berasal dari donatur, tetapi juga hasil jualan sampah yang dikumpulkan masyarakat. Adapun donatur yang membantu kami adalah dari Bali Berbagi, Ketut Yudani yang menyalurkan bantuan dari donatur di Denmark dan Swan Villa," ujarnya.
Kelian Dinas Banjar Banda, Kadek Merta Anggara mengatakan, kegiatan ini bukan hanya membantu kebutuhan pokok masyarakat, namun semenjak adanya program plastik exchange ini prilaku masyarakat sedikit berubah.
Di mana sebelumnya, masyarakatnya tidak terbiasa memilah sampah di rumah tangga, saat ini kebiasaan tersebut mulai tumbuh.
"Hingga kini pikiran masyarakat kalau sudah sampah plastik pasti dipilah dan dikumpulkan, selanjutnya ditukarkan. Bahkan ada masyarakat saya setiap hari memulung plastik di jalan-jalan," jelasnya.
Baca juga: Warga Bekasi Sempat Geger Benda Berisi Kabel Dan Paku di Tong Sampah Dikira Bom
Inisiator plastik exchange, Wayan Janur mengatakan, di sejumlah daerah kegiatan ini masih tetap berlangsung.
Ia tak memungkiri, dalam mencari donatur bukanlah hal mudah.
Namun ia bersyukur, masih ada masyarakat yang berbagi rezeki untuk melanjutkan kegiatan ini.
"Selain di sini, yang konsisten juga di Lembongan, Kerambitan Tabanan, Lodtunduh Ubud, Amed Karangasem, Pemuteran Buleleng, Tegalalang, Negara Jemberana, Sidemen dan lainya juga," ujarnya. (*).
Kumpulan Artikel Gianyar