Korea Utara

Negeri Kim Jong Un Diduga Telah Mengoperasikan Reaktor Nuklir

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tidak memiliki akses ke Korut sejak Pyongyang mengusir para pengawasnya pada tahun 2009.

Editor: DionDBPutra
AFP PHOTO/HANDOUT/KCTV
Foto tangkapan layar diambil dari tayangan stasiun televisi Korea Utara, KCTV pada 1 Agustus 2019, memperlihatkan siluet Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang melihat peluncuran rudal balistik di lokasi yang tidak diketahui. 

TRIBUN-BALI.COM, WINA - Korea Utara ( Korut) tampaknya telah mengoperasikan sebuah reaktor nuklir yang selama ini dipercaya memproduksi plutonium untuk senjata nuklir.

Demikian pengawas atom PBB dalam laporan tahunannya.

Badan Energi Atom Internasional ( IAEA) tidak memiliki akses ke Korut sejak Pyongyang mengusir para pengawasnya pada tahun 2009.

Negara yang dimpin Kim Jong Un itu kemudian meneruskan program senjata nuklirnya dan segera melanjutkan pengujian nuklir.

Baca juga: Berat Badannya Menurun Drastis, Korea Utara Mencari Pengganti Kim Jong Un

Baca juga: Berani Berkumpul Lebih dari 3 Orang di Korea Utara Akan Dikenakan Sanksi Kerja Paksa

Uji coba nuklir Korut terakhir dilakukan pada 2017.

IAEA kini memantau Korut dari jauh, sebagian besar lewat citra satelit.

"Tidak ada indikasi pengoperasian reaktor dari awal Desember 2018 hingga awal Juli 2021," sebut laporan IAEA tentang reaktor berkapasitas 5 megawatt (MW) di Yongbyon, sebuah kompleks yang menjadi pusat pengembangan nuklir Korut.

"Namun, sejak awal Juli 2021, ada sejumlah indikasi, termasuk keluarnya air pendingin, yang sejalan dengan pengoperasian reaktor."

IAEA menerbitkan laporan tahunan yang diunggah secara daring tanpa pengumuman, sebelum menggelar pertemuan dengan negara-negara anggotanya.

Laporan terakhir diterbitkan pada Jumat 27 Agustus 2021.

Pada Juni 2021, IAEA mengatakan ada indikasi tentang kemungkinan pekerjaan pemrosesan ulang di Yongbyon untuk memisahkan plutonium dari bahan bakar reaktor bekas yang dapat digunakan dalam senjata nuklir.

Laporan pada Jumat 27 Agustus 2021 mengatakan durasi pekerjaan yang terlihat dari pertengahan Februari hingga awal Juli menunjukkan adanya penanganan sekelompok penuh bahan bakar bekas.

Durasi selama lima bulan itu kontras dengan waktu yang lebih singkat untuk mengolah limbah.

"Indikasi baru tentang pengoperasian reaktor 5MW(e) dan Laboratorium (Pengolahan Ulang) Radiokimia itu sangat meresahkan," kata IAEA.

​​​​Laporan itu menyebut ada indikasi "dalam rentang waktu tertentu" bahwa apa yang diduga sebagai pabrik pengayaan uranium di Yongbyon tidak dioperasikan.

Ada pula indikasi tentang aktivitas penambangan dan konsentrasi di tambang uranium dan pabrik di Pyongsan. (antara)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved