Berita Denpasar
Tanaman Rosela Menjanjikan di Tengah Pandemi, Seminggu Kantongi Rp600 Ribu untuk 12 Are
Belakangan ini rosela semakin dikenal oleh pemburu teh. Pasalnya di beberapa cafe banyak yang menyediakan teh rosela ini.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Belakangan ini rosela semakin dikenal oleh pemburu teh.
Pasalnya di beberapa cafe banyak yang menyediakan teh rosela ini.
Hal itu pun menjadi sesuatu yang menjanjikan bagi petani tanaman rosela.
Seperti yang dilakukan oleh I Made Tanu (50), seorang petani asal Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar, Bali.
Di lahan sawah yang ditandunya (mengontrak) ia menanam tanaman rosela ini.
Baca juga: Menu Unik di Warung Diteba Jeger Denpasar, Perpaduan Bali dan Barat, Paling Favorit Rujak Gurita
Sebelumnya, selain menanam padi dan jagung, ia bermaksud menanami sawah yang dikontraknya dengan ubi kayu dan sereh.
Namun, ada seorang WNA Italia yang kebetulan jalan-jalan di persawahan tersebut dan menawarkan kepadanya untuk menanam rosela.
Dirinya pun menyanggupi setelah WNA yang sudah tinggal lama di Bali ini menjanjikan akan membantu memasarkannya.
"Akhirnya sejak 20 Februari 2021 saya mulai menanam rosela selain menanam padi dan jagung," katanya saat ditemui Selasa, 31 Agustus 2021.
Baca juga: Antisipasi Gangguan Kamtibmas dan Trek-Trekan, Polresta Denpasar Patroli Dini Hari
Awalnya ia menanam pada lahan seluas 70 meter persegi.
Dengan luas lahan tersebut, ia memanen kelopak buah rosela sebanyak 17 kali dan mendapat Rp3.2 juta.
Masa panennya pun singkat yakni hanya 9 minggu dari mulai dibibit sudah bisa dipanen.
Kini dirinya sudah menanam rosela pada lahan seluas 12 are.
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 di Denpasar Melandai, Hari Ini Bertambah 89 Orang
Sekali panen, untuk rosela basah ia bisa mengantongi Rp600 ribu perminggu.
Di mana harga rosela basah seharga Rp10 ribu perkilogram.
Sementara untuk rosela kering dirinya menjual Rp60 - 90 ribu perkilogram.
"Ini untuk keringnya digunakan sebagai teh, juga kosmetik, selai, sirup dan bisa dirujak. Bagus untuk kesehatan," katanya.
Ia mengatakan dalam sekali panen, bisa mendapat 3 sak kelopak buah rosela basah.
Untuk satu sak setara dengan 25 kg.
Dirinya merupakan pelopor pertama yang menanam rosela di wilayah Kesiman Kertalangu.
Hingga saat ini sudah ada 7 petani rosela di Kesiman Kertalangu.
Dirinya pun mengaku rosela ini lebih menjanjikan daripada padi maupun jagung.
"Padi 4 bulan untuk satu are dapat Rp250-270 ribu satu kali panen. Kalau rosela bisa dipanen beberapa kali dan sekali panen dapat Rp250 ribu," katanya.
Untuk saat ini memang ada sedikit permasalahan terkait pembelian rosela basah karena adanya PPKM.
"Karena PPKM jadi kesulitan pendistribusian rosela basah, sehingga diminta yang kering," katanya.
Sehingga pihaknya mengeringkan rosela ini terlebih dahulu sebelum diambil pengepul.
Selain itu, Tanu juga membuat produksi sirup rosela dan dijual sendiri.
Untuk satu botol sirup dijual seharga Rp20 ribu. (*)
Berita lainnya di Berita Denpasar