Afghanistan

KISAH Asmara Tentara Afghanistan dan Perawat AS, Terpisah oleh Taliban, Antara Cinta dan Khawatir 

Mereka saling kontak lewat video dua tiga kali seminggu, juga lewat pesan singkat, membicarakan perang, keluarga dan masa depan

Editor: Bambang Wiyono
Pixabay
Foto ilustrasi tentara 

Di selang waktu tersebut, suami si perawat meninggal dunia dan pernikahan sang tentara juga berakhir dengan perceraian.

Waktu terus berlalu dan mereka saling kontak lewat video dua tiga kali seminggu, juga lewat pesan singkat, membicarakan perang, keluarga dan masa depan mereka.

Baca juga: Dikalahkan Taliban di Afghanistan, Biden Ingin AS Berhenti Jadi Polisi Dunia

Seiring berjalannya waktu, kemampuan bahasa Inggris tentara tersebut juga meningkat dan dia ditempatkan untuk bekerja dengan pasukan asing dari Inggris, AS dan Australia.

"Mereka melakukan misi bersama kami, dan bekerja bahu-membahu dengan pasukan Afghanistan. Mereka membangun tentara kami," kata sang tentara.

Pasangan ini berbicara mengenai rencana untuk bertemu, tapi sejauh ini belum kesampaian karena berbagai sebab.

Baca juga: Video Penyanyi Folk Afghanistan, Fawad Andarabi yang Ditembak Mati Taliban Setelah Pelarangan Musik

Pangkat sang tentara naik dengan cepat di jajaran Angkatan Bersenjata Afghanistan dan semakin banyak terlibat dalam misi-misi berbahaya.

Dan perang di Afghanisyan juga berubah.

Di pertengahan tahun 2021, Taliban mulai bergerak menguasai kawasan pedesaan dan kota-kota kecil, dalam usaha mereka untuk merebut ibu kota Kabul.

Pasangan ini mungkin tidak berani mengakuinya, tapi mereka sudah saling mencintai walau terpisah oleh jarak dan perang selama 20 tahun.

Taliban semakin mendekat

Di satu hari di bulan Juli, tentara tersebut tiba-tiba menghentikan pembicaraan telepon dengan si perawat, ketika sebuah roket meledak dekat kendaraannya di luar Istana Kepresidenan di Kabul.

Ledakan itu mengenai kepalanya yang membentur kaca jendela.

Hari itu adalah hari Raya Idul Adha, dan di dalam istana, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, tampak di layar televisi sedang salat di kebun istana ketika pasukan keamanan bergerak ke arah ledakan.

Sang tentara kemudian menelepon balik ke Amerika, masih terkejut walau dia tidak terluka, sementara mobilnya rusak.

Di hari-hari kemudian menjelang jatuhnya Kabul, sang tentara semakin jarang membuat berbicara lewat video.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved