Memedi Hingga Leak, Ini Beberapa Mahluk Menakutkan di Bali yang Masih Banyak Dipercaya
Berikut nama-nama mahluk yang tak kasat mata, yang dikenal di tengah-tengah masyarakat Bali.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Berbicara hal mistis di Bali, nampaknya bukan hal yang tabu.
Karena hal mistis memang berdampingan dengan kehidupan masyarakat Bali.
Untuk itu, ada beberapa istilah makhluk-makhluk menakutkan yang dikenal di Bali sampai saat ini.
Hal itu dijelaskan Jero Rudra Agni kepada Tribun Bali, Senin 27 September 2021.
Berikut nama-nama mahluk yang tak kasat mata, yang dikenal di tengah-tengah masyarakat Bali.
Di antaranya, basang-basang.
Basang merupakan Bahasa Bali yang artinya perut, yang dalam hal ini bermakna usus.
Sehingga Basang-basang merupakan makhluk yang hanya terdiri atas usus saja.
Atau kalau di wilayah lain disebut Kuyang.
Lalu Memedi, yang dalam kehidupan masyarakat Bali, kerap dikenal dengan istilah engkebang (disembunyikan) Memedi.
"Engkebang Memedi berarti disembunyikan oleh memedi. Memedi merupakan makhluk halus yang dipercayai di Bali, dimana Memedi ini dipercaya akan mendiami semak-semak, pepohonan, ataupun batu besar," ujar praktisi spiritual ini.
Makhluk gaib ini, senang bermain dengan anak-anak dimana anak tersebut akan disembunyikannya sehingga tidak bisa ditemukan.
Biasanya untuk menemukan seorang anak yang disembunyikan atau engkebang memedi, maka warga secara beramai-ramai akan menabuh alat musik sehingga anak yang disembunyikan akan dikembalikan.
Makhluk ini, kata dia, juga biasanya berambut merah seperti api, kulit menyala merah.
Satu nama mahluk yang terkenal angker dan menyeramkan di Bali adalah leak.
Leak atau liak, jelas dia, berarti linggih aksara atau linuih ikang aksara yang termuat tersirat dan tersurat dalam lontar leputusan pengliakan karya sastra Tanting Mas atau Walu Nate Ing Dirah atau disebut juga Nyai Girah.
Hal itu tertera dengan tulisan Jawa Kuna dan gaya Saloka.
"Yang dimaksud linuih ikang aksara tersebut adalah Aksara Wreastra yang berjumlah 20 aksara. Aksara Dasa yang disebut Dasa Aksara, Aksara Swalalitta, dan Aksara Modre," sebutnya.
Jika semua aksara ini dipelajari baik linggihnya di alam semesta atau bhuana agung dan bhuana alit.
Maka selanjutnya adalah tahapan Pasuk Wetu atau keluar masuknya aksara itu dari dalam tubuh.
Kemudian diakhiri dengan pemuteran aksara itu sendiri.
"Bagi yang menekuni pengliakan itupun ada Tatwa, Susila, Upakara yang harus dilakukan dan dijalani sesuai tuntunan seorang guru atau praktisi," katanya.
Lalu setelah semua persyaratan terpenuhi, maka naik pada tahapan menjadi pengesengan atau melebur aksara tersebut menjadi Aksara Panca Gni dan sebagainya.
"Tentunnya semua itu membutuhkan segala proses waktu dan pondasi spritual seseorang," katanya.
Leak juga mempunyai aturan dan etika yang ekstrim yaitu diatur dalam Swadharmaning Ikang Pengeliakan.
Aturan yang tidak bisa dilanggar, adalah bhakti kepada ibu dan ayah yang melahirkan seseorang anak ke dunia dari rahimnya.
Bhakti kepada Dewa Widhi dengan melakukan persembahyangan rutin di kawitan, Bhatara Hyang Guru, Tri Kahyangan, Pura Mrajapati, dan Pamuhun Agung.
"Dilarang sombong, angkuh, dan mengikuti perbuatan duniawi berlebihan," sebutnya.
Pria yang juga dikenal dengan nama Jero Arimbawa ini, menjelaskan bahwa paradigma di masyarakat.
Leak kerap menjadi kambing hitam dalam perbuatan jahat atau negatif.
"Tetapi sesungguhnya tujuan leak sejatinnya adalah untuk bisa mencapai kelepasan pada saat kita mati agar bisa tersenyum menyambut kematian tersebut," imbuhnya.
Selanjutnya, ada mahluk yang dikenal dengan sebutan Rarung.
Dalam lakon Calonarang, Rarung juga biasa disebut sebagai antek-antek dari Rangda.
Dalam Calonarang, Rarung merupakan murid dari Walu Nateng Dirah.
Tak seperti Rangda yang disebutkan sebagai janda, Rarung digambarkan sebagai sosok yang lebih cantik dan lebih muda daripada Rangda.
Lalu Bake, yang merupakan makhluk yang mirip seperti manusia dengan tubuh hitam besar.
Tinggal di semak-semak dan keluar saat malam hari.
Lalu ada pula Celuluk, yang juga biasa disebut dengan leak gundul.
Hantu jenis ini merupakan hantu jadi-jadian dengan wujud yang sangat menyeramkan.
Celuluk memiliki rambut lebat dan botak pada bagian depan.
Payudaranya besar, bertaring, dengan mata membelalak. Dalam pementasan Calonarang, Celuluk ini disebut sebagai antek-antek dari Rangda.
"Nah kemudian Rangda, dimana ini dipercaya sebagai penjelmaan Dewi Durga yang memiliki manifestasi sebagai pemusnah atau pelebur," katanya.
Lawean biasanya memiliki wujud badan manusia. Akan tetapi tak memiliki lengan, tungkai, maupun, kepala. Biasanya muncul saat malam dan tinggal di semak belukar.
Tonya, atau yang sering dianggap sebagai penunggu sungai atau pohon besar seperti beringin, bunut, kepuh, rangdu dan sejenisnya.
Makhluk ini jarang berkeliaran dan saat pergi tak pernah jauh dari pohon tempatnya tinggal.
Kemangmang yang kerap disebut pula Kumangmang, merupakan makhluk halus yang hanya terdiri dari kepala saja dengan rambut menyala.
"Ia biasanya tidak memiliki badan, tangan, maupun kaki. Bentuk kepalanya pun bolong seperti kelapa yang digigit tupai," sebutnya.
Makhluk ini suka mengganggu seseorang yang memiliki hasil panen.
Ia tinggal di tegalan, dan di semak-semak. Berjalan dengan cara menggelinding.
Gregek Tunggek, atau hantu yang suka tinggal di tempat sepi dengan wujud menyerupai kuntilanak atau sundel bolong. Makhluk ini suka bermain dengan anak-anak di malam hari.
Tinggal di semak belukar, dekat danau, air terjun, sumur, payau, kuburan dan muncul di malam hari.
Bakis Botong, adalah mahluk yang menampakkan diri dengan wujud manusia kerdil atau kate, berkepala gundul, dan berkulit putih pucat.
Suka tinggal di rumah kosong tanpa penghuni. Tangan-tangan, merupakan makhluk yang hanya berupa tangan saja. Tinggal di semak-semak maupun tempat kosong.
Saat malam, tangan-tangan ini terbang di udara.
Wong Samar, mirip dengan manusia hanya saja tanpa lekukan pada bibir atas.
"Sebagaimana manusia, wong samar ini juga memiliki keluarga hidup layaknya manusia namun tidak dapat dilihat oleh manusia awam. Apabila berkehendak, ia bisa terlihat oleh manusia," imbuhnya.
Gamang, sama seperti halnya Tonya juga disebut tinggal di sungai atau kali.
Jika Tonya hidup berkelompok, maka Gamang hidup menyendiri dan terpisah.
Gamang ini merupakan jenis makhluk halus yang fisiknya buruk, kotor, rambut panjang tergerai tak terurus.
Papengkah, adalah mahluk yang biasanya memiliki perut buncit dan gendut, seperti manusia.
Biasa muncul siang maupun malam hari dan tinggal di sembarang tempat.
Anja-anja, adalah makhluk berkaki empat dan berkepala seperti raksasa.
Matanya melotot besar dengan mulut lebar bertaring panjang dan berambut terurai.
Brerong, adalah tuyul versi Bali.
"Walaupun tak sama dengan tuyul namun memiliki tugas yang hampir mirip dengan tuyul.
Makhluk ini biasanya dipelihara oleh seorang majikan dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan dengan jalan mencuri uang secara gaib," jelasnya.
Seseorang yang memelihara brerong biasanya akan menyiapkan tumbal, dan yang paling sadis tumbalnya berupa manusia.
Selain itu sang majikan juga harus membuatkan sesajen yang lengkap dan ada perjanjian tertentu yang harus dipenuhi serta dilaksanakan.
Jika janji tersebut dilanggar bisa membahayakan si majikan yang bisa saja berujung pada kematian.
Katugtug, adalah berupa kaki dari lutut ke bawah. Injakannya berbunyi tug tug tug.Menyukai rumah kosong dan keluar saat malam hari.
Ada juga Enjek Pupu atau mahkluk yang terdiri atas paha sampai kaki tanpa badan.
Bunyi injakan kakinya membuat bulu kuduk merinding karena halus dan berirama.
Suka pada tempat kosong, keluar malam hari dan suka mengitari pekarangan rumah.
Jerangkong adalah mahluk yang hanya terdiri atas rangka bergerak-gerak. Tinggal di rumah kosong. (*)