Berita Bali
Warga Jepang Tak Sabar ke Bali, 300 Ribu Wisman Antre Datang Jika Rute Internasional Dibuka
Nobue sudah mengetahui tentang akan adanya aturan karantina delapan hari untuk wisatawan mancanegara yang datang ke Bali.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wacana akan dibukanya pariwisata internasional Bali untuk sejumlah negara, satu di antaranya Jepang, disambut baik oleh warga Jepang.
Hal itu karena mereka sangat merindukan budaya Bali. Satu di antaranya adalah bermain gamelan gender wayang.
Seperti diketahui, selama ini banyak warga Jepang yang datang ke Bali bukan hanya untuk berlibur, namun lebih banyak dari mereka menghabiskan waktu liburan di Bali dengan mempelajari kesenian Bali.
Hal tersebut dikatakan oleh seorang warga Jepang, Nobue Tani.
Baca juga: Biaya Karantina Wisman Selama 8 Hari di Bali Dibanderol Mulai Dari Rp 10 Juta Hingga 25 Juta
Perempuan yang karib disapa Nobue, saat dikonfirmasi via Facebook Messenger, Rabu 6 Oktober 2021 mengatakan, pihaknya telah mengetahui kabar pariwisata internasional Bali akan dibuka.
Dia juga sudah mengetahui tentang akan adanya aturan karantina delapan hari untuk wisatawan mancanegara yang datang ke Bali.
Menurut dia, hal tersebut tentu memberatkan bagi sebagian orang Jepang.
Sebab kata dia, warga Jepang yang hanya datang untuk berlibur, mereka hanya menghabiskan waktu paling lama sepekan.
Namun tidak bagi dirinya, dimana Nobue mengatakan, ia biasa tinggal di Bali selama satu sampai dua bulan.
"Untuk sebagian orang Jepang, aturan karantina delapan hari akan memberatkan, dan tidak ada orang Jepang yang mau menghabiskan waktu liburannya untuk itu. Tapi saya, karena biasa di Bali satu sampai dua bulan, saya tidak masalah," ujarnya.
Nobue mengatakan, saat ini di Jepang sedang memasuki musim dingin.
Karena itu, penularan Covid-19 akan semakin rawan. Karena itu, ia pun ingin terbang ke Bali.
"Sudah sangat rindu dengan Bali, bermain gender wayang bersama teman-teman di sana," ujarnya.
Nobue mengatakan, dia sudah menginjakkan kaki di Bali sejak belasan tahun lalu.
Selama di Bali, ia lebih banyak menghabiskan waktunya belajar dan bermain gender wayang.