Berita Nasional
Luhut dan Pebisnis Lainnya Diduga Terlibat Bisnis RT-PCR, Begini Tanggapan Jubir Menko Marves
Jubir Menko Marves batah adanya bisnis PCR yang melibatkan Luhut Binsar Pandjaitan dan pebisnis lainnya
Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM – Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan diduga terlibat dalam bisnis tes polymerase chain reaction (PCR).
Selain Luhut, diduga terdapat sejumlah pebisnis lainnya yang terlibat dalam bisnis tersebut.
Dugaan tersebut berdasarkan dua perusahaan yang terafiliasi dengan dirinya yakni, PT Toba Sejahtra dan PT Toba Bumi Energi.
Diketahui bila Koordinator PPKM Jawa-Bali itu mendirikan Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) Lab pada tahun 2020.
Baca juga: Luhut Binsar Panjaitan For Presiden RI 2024, Setujukah Jika Luhut Maju Pilpres?
Baca juga: Soroti Modus Pelanggaran PeduliLindungi hingga Bar di Bali, Luhut: Mohon Pemda Bali Perhatikan
Tujuan pendirian GSI Lab adalah untuk membantu pemerintah dalam mempercepat penanganan Covid-19.
PT Toba Sejahtra dan PT Toba Bumi Energi dikabarkan ikut memiliki saham di GSI.
Namun, Jubir Menko Manves, Jodi Mahardi membantah dugaan tersebut, dirinya menjelaskan bila tidak ada maksud bisnis RT-PCR dimana melibatkan sejumlah pebisnis termasuk Luhut.
"Tidak ada maksud bisnis dalam partisipasi Toba Sejahtra di GSI, apalagi Pak Luhut sendiri selama ini juga selalu menyuarakan agar harga test PCR ini bisa terus diturunkan sehingga menjadi semakin terjangkau buat masyarakat," katanya dalam pesan singkat dikutip Tribun-Bali.com dari ANTARA di Jakarta, pada Selasa, 2 November 2021.
Jodi menjelaskan Toba Bumi Energi adalah anak perusahaan Toba Bara Sejahtra.
Namun saham Menko Luhut yang dimiliki melalui Toba Sejahtra di Toba Bara Sejahtra sudah sangat kecil yaitu di bawah 10 persen.
"Jadi Pak Luhut tidak memiliki kontrol mayoritas di TBS, sehingga kita tidak bisa berkomentar terkait Toba Bumi Energi," katanya.
Pendirian GSI
Baca juga: Minta Pemda Tertibkan, Luhut Geram Banyak Klub dan Bar di Bali Tak Patuh Prokes
Baca juga: Biaya Tes PCR Diturunkan Jadi Rp 300 Ribu dan Berlaku 3X24 Jam, Luhut Soroti Mobilitas di Bali
Jodi menuturkan bila pendirian GSI berdasarkan atas ajakan teman Menko Marves Luhut dari teman-temannya di Grup Indika, Adaro, Northstar, yang berinisiatif untuk membantu menyediakan tes Covid-19 dengan kapasitas tes yang besar.
Pada kala itu, tes Covid-19 merupakan kendala terbesar ketika masa-masa awal pandemi muncul di Indonesia.
"Jadi total kalau tidak salah ada 9 pemegang saham di situ. Yayasan dari Indika dan Adaro adalah pemegang saham mayoritas di GSI ini," ujarnya.
Jodi menuturkan, karena kelompok bisnis tersebut sudah mapan dan bergerak utamanya di sektor energi, maka GSI tidak dibentuk untuk mencari keuntungan bagi para pemegang saham.
Sesuai namanya, GSI atau Genomik Solidaritas Indonesia merupakan aksi kewirausahaan sosial.
"Malah di awal-awal GSI ini gedungnya diberikan secara gratis oleh salah satu pemegang sahamnya, agar bisa cepat beroperasi pada periode awal dan membantu untuk melakukan testing COVID-19," katanya.
Tidak Ada Bagi Untung
Baca juga: Narapidana LP Kerobokan Tipu Korbannya dengan Mengatasnamakan Putra Siregar dan PS Store
Jodi kemudian menjelaskan bila tidak ada bisnis PCR apalagi melibatkan Luhut, hal itu karena dirinya memastikan tidak adanya pembagian keuntungan dalam bentuk dividen atau bentuk lainnya terhadap pemegang saham.
Bahkan dirinya menyebutkan bila keuntungan yang didapat dipergunakan untuk memberikan tes swab gratis kepada masyarakat.
"Saya melihat keuntungan mereka malah banyak digunakan untuk memberikan test swab gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan petugas kesehatan di garda terdepan, kalau tidak salah lebih dari 60 ribu tes yang sudah dilakukan untuk kepentingan tersebut, termasuk juga membantu di Wisma Atlet," katanya.
Jodi juga menyebut partisipasi Luhut di GSI merupakan bagian dari usaha purnawirawan TNI itu untuk membantu penanganan pandemi di awal, selain adanya donasi pemberian alat-alat tes PCR dan reagen yang diberikan kepada fakultas kedokteran di beberapa kampus.
Luhut juga disebutnya ikut membantu Nusantics, salah satu startup di bidang bioscience, untuk membuat reagen PCR buatan anak bangsa yang saat ini diproduksi oleh Biofarma.
Jodi menegaskan kebijakan tes PCR diberlakukan untuk mengantisipasi kenaikan kasus COVID-19, terutama pada periode Natal dan Tahun Baru.
Belajar dari pengalaman di negara lain yang mengalami lonjakan kasus yang signifikan, Indonesia harus terus mengetatkan 3M, 3T (testing, tracing, treatment) untuk bisa mengimbangi relaksasi aktivitas masyarakat.
Terlebih, saat ini tingkat vaksinasi dosis dua Indonesia baru mencapai kira-kira 35 persen.
"Sangat disayangkan upaya framing seperti ini. Ini berpotensi menyebabkan para pihak yang ingin membantu jika terjadi krisis berpikir dua kali. Ini akan membuat pihak-pihak yang ingin tulus membantu dalam masa krisis (jadi) enggan," kata Jodi.
Dugaan Bisnis PCR
Dilansir Tribun-Bali.com dari Tribunnews.com pada Selasa, 2 November 2021, jagat media sosial diramaikan dengan informasi yang beredar terkait keterlibatan sejumlah pejabat di lingkungan kabinet Joko Widodo terkait pengadaan alat kesehatan untuk penanganan pandemi Covid-19.
Baca juga: Penerbangan Jawa-Bali Kini Gunakan Antigen, PHRI Badung: Ini Baru Masuk Akal
Baca juga: 18 Negara Boleh Masuk Indonesia , Luhut: Singapura Belum Termasuk
Mantan Direktur Publikasi dan Pendidikan Publik Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Agustinus Edy Kristianto mengungkapkan sejumlah nama menteri yang disebut terafiliasi dengan bisnis tes Covid-19 baik PCR maupun Antigen.
Dalam Facebook pribadinya, Edy menyebut sejumlah nama yakni, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan; dan Menteri BUMN, Erick Thohir.
Kedua menteri ini diduga terlibat dalam pendirian perusahaan penyedia jasa tes Covid-19, PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Edy menerangkan, PT GSI lahir dari PT Toba Bumi Energi dan PT Toba Sejahtra, anak PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang sebagian kecil sahamnya dimiliki oleh Luhut.
Selain itu, PT GSI juga dilahirkan oleh PT Yayasan Adaro Bangun Negeri yang berkaitan dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO), 6,18 persen sahamnya dimiliki Boy Thohir yang tak lain adalah saudara dari Erick Thohir.
(*)