Sebabkan Kematian hingga 700 Ribu Orang, Banyak Masyarakat Belum Paham Penggunaan Antibiotik

Banyak masyarakat saat ini yang belum paham kapan waktu yang tepat untuk menggunakan antibiotik.

Ilustrasi antibiotik 

Laporan Wartawan, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Banyak masyarakat saat ini yang belum paham kapan waktu yang tepat untuk menggunakan antibiotik.

Hal tersebut membuat hingga Oktober 2021, angka kematian manusia akibat penyalahgunaan konsumsi obat antimikroba --salah satunya antibiotik -- mencapai 700 ribu orang. 

Bahkan diprediksi di tahun 2050 bisa mencapai 10 juta orang per tahun di seluruh dunia.

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Kementerian Kesehatan, dr Anis Karuniawati PhD SpMK(K)., mengatakan, Resistensi antimikroba (AMR) jadi ancaman kesehatan masyarakat yang mendesak saat ini. 

Baca juga: Tak Hanya Minum Antibiotik, Ini 4 Cara Mengobati Penyakit Tipes

"Karena paparan antibiotik tidak saja diperoleh dari antibiotik yang diminum oleh manusia ketika sakit, namun juga dari konsumsi daging dan air yang sudah terpapar antibiotik."

"Penyebab resistensi antimikroba ditinjau dari segi kesehatan mulai dari tidak adanya indikasi dalam penggunaan antimikroba, indikasi tidak tepat, pemilihan antimikroba tidak tepat, dan dosis tidak tepat," sebutnya pada, Sabtu 27 November 2021. 

Lebih lanjut dr. Anis menjelaskan Antimicrobial Resistance (AMR) menimbulkan ancaman kesehatan global yang signifikan bagi populasi di seluruh dunia.

Dengan pertumbuhan perdagangan dan perjalanan global, mikroorganisme yang resisten dapat menyebar dengan sangat cepat sehingga tidak ada negara yang aman.

Bahaya resistensi antimikroba berkaitan erat dengan perilaku pencegahan dan pengobatan, sistem keamanan produksi pangan dan lingkungan.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang masif untuk mengatasi kejadian resistensi antimikroba pada manusia saat ini. 

Baca juga: Antibiotik dan Obat Alami Untuk Tipes serta Saran Dokter Agar Cepat Sembuh

Karena dalam perkembangan kesehatan global saat ini, kejadian resistensi antimikroba tidak lagi hanya dilihat sebagai masalah yang berdiri sendiri tetapi juga terkait dengan berbagai sektor, seperti kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan (termasuk perikanan dan akuakultur), rantai makanan, pertanian dan sektor lingkungan.

Pengendalian resistensi antimikroba yang sudah dilakukan di Indonesia adalah dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman resistensi antimikroba, melakukan peningkatan pengetahuan dan bukti ilmiah melalui surveilans. 

"Saat ini ada 20 rumah sakit, termasuk RSUP Sanglah yang terpilih untuk melakukan surveilans antimikroba yang terdiri dari rumah sakit umum pemerintah pusat dan RSUD," tambahnya. 

Sementara itu Ketua Yayasan Orang Tua Peduli, Purnamawati Suriyut mengungkapkan kehadiran pihaknya untuk membangun kepedulian dalam mengurangi ketergantungan masyarakat dari antibiotik.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved