Berita Denpasar
Jelang Nataru, Pedagang Art Shop di Pantai Sanur Kini Hanya Bisa Berhadap pada Wisdom
Kini para pedagang art shop Sanur hanya dapat berharap dengan kedatangan wisatawan domestik.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Luh Putu Wahyuni Sri Utami
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Warna-warni sandang, ukir-ukiran topeng, hingga gelang-gelang yang bergantungan di seluruh art shop pinggir Pantai Sanur memang menjadi pemandangan wisatawan setiap mengunjungi pantai yang berlokasi di Jalan Hang Tuah, Sanur, Denpasar, Bali, tersebut.
Art Shop yang ada di Pantai Sanur ini kurang lebih berjumlah 10 kios.
Biasanya dahulu ketika memasuki akhir tahun, seluruh art shop yang berada di sini selalu panen pembeli baik dari wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik.
Baca juga: Teknisi AC Mengalami Kecelakaan Kerja di Hotel di Sanur, Patah Tulang Paha
Namun keadaan berubah semenjak pandemi Corona melumpuhkan seluruh sektor pariwisata di Bali, yang sampai saat ini belum berakhir.
Kini para pedagang art shop Sanur hanya dapat berharap dengan kedatangan wisatawan domestik.
Salah satu pedagang art shop di Pantai Sanur, Eka yang sudah berjualan lebih dari 20 tahun mengatakan ini merupakan hantaman terhebat untuk pariwisata setelah kejadian bom Bali atau erupsi Gunung Agung beberapa tahun lalu.
Kini menjelang akhir tahun 2021, Eka hanya bisa mengandalkan kedatangan wisdom untuk membeli barang dagangannya.
Baca juga: Jukung Rusak hingga Senderan Jebol di Pantai Sanur, Waspada Banjir Rob hingga 9 Desember 2021
"Sepi sekarang gek (sebutan untuk perempuan). Ya gini saja hampir dua tahun. Kita optimis saja menunggu wisdom datang," ungkapnya pada Kamis 16 Desember 2021.
Wanita paruh baya yang berasal dari Sanur tersebut juga mengatakan, setidaknya di bulan Desember terdapat peningkatan penjualan jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
"Kalau dibandingkan dengan bulan sebelumnya ya untuk Desember ini ada peningkatan. Memang sekarang tamu wisdom saja yang dominan berbelanja. Tamu bule ada yang berbelanja, tapi cuma satu atau dua orang saja selama sebulan," tambahnya.
Baca juga: 20 Ribu Wisdom Datang Libur Nataru, Target PHRI Badung, Hasil Rakor Diusulkan ke Pemerintah
Tak jarang juga terdapat masyarakat lokal yang berbelanja di art shop-nya untuk sekadar membeli celana atau baju karena basah terkena air Pantai Sanur.
Harga barang-barang di art shop yang ditawarkan oleh Eka pun cukup terjangkau.
Mulai dari Rp15 ribu hingga paling mahal Rp100 ribu.
Untuk sandang seperti pakaian dan celana mulai dari Rp20 ribu hingga Rp50 ribu sedangkan untuk topi dijual mulai dari Rp35 ribu.
Art shop milik Eka ini juga buka setiap hari. Dengan dibuka setiap hari, Eka berharap setidaknya bisa mendapatkan pembeli untuk menyambung hidupnya.
Ketika disinggung mengenai pendapatannya, Eka mengatakan sangat jauh berbeda sebelum pandemi. Bahkan perbedaannya capai 90 persen.
"Benar-benar jauh (perbandingan pendapatan sebelum pandemi Covid-19). Sekarang ya paling tidak seminggu dapat Rp200 ribu saja sudah syukur," tandasnya.
Pada situasi pandemi Covid-19 ini, para pedagang art shop di Pantai Sanur tetap membayar sewa lahan art shop yang dikelola oleh pengelola Pura Desa Adat Setempat.
Namun untuk hal tersebut Eka tidak mempermasalahkannya karena uang tersebut digunakan untuk melakukan persembahyangan di Pura ketika terdapat kegiatan piodalan.
Salah satu wisdom yang berbelanja di Art Shop Eka, Putri, mengatakan harga yang ditawarkan di art shop sepanjang Sanur ini masih menjangkau kantongnya.
"Ini masih murah ya harganya gak jauh dengan harga di pasar. Kebetulan tadi anak saya lagi renang di pantai dan lupa saya bawakan ganti, jadi saya belikan celana dan baju di sini ya harganya murah satu pasang baju dan celana ini cuma Rp45 ribu," ujar perempuan asal Malang tersebut. (*)
Berita lainnya di Berita Denpasar