Berita Nasional
Pergerakan IHSG Langsung Anjlok, Pasca Pengumuman Omicron Masuk Indonesia
Imbas dari diumumkannya pasien pertama yang tertular virus Covid-19 varian Omicron oleh Menteri Kesehatan RI, pergerakan IHSG langsung anjlok
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Imbas dari diumumkannya pasien pertama yang tertular virus Covid-19 varian Omicron oleh Menteri Kesehatan RI, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung anjlok.
Pada pembukaan pagi hari, IHSG sempat berada di zona hijau.
IHSG dibuka menguat ke posisi 6.648, di mana indeks sempat menyentuh level tertinggi mencapai 6.661 dan terendah 6.579.
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup melemah 0,47 persen atau 31,45 poin ke level 6.594.
Baca juga: Reshuffle Kabinet Bawa Angin Segar Bagi IHSG, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini, BCA hingga Astra
Adapun total volume transaksi sepanjang kemarin mencapai 23,33 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 12,76 triliun.
Terdapat 372 saham yang mengalami penurunan harga, 172 saham menguat dan 133 saham stagnan.
Sementara itu, performa terbalik justru dialami beberapa saham.
Di antara saham-saham yang menguat berasal dari emiten sektor kesehatan seperti farmasi, rumah sakit hingga laboratorium.
Kimia Farma (KAEF) misalnya terbang 6,8 persen di level Rp 2.650 per saham.
Lalu, PT Phapros Tbk (PEHA) naik 3,59% ke Rp 1.155, dan PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) naik 2,73% ke Rp 8.475.
Berikutnya, PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) naik 2,95% ke Rp 9.600 dan PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) naik 6,58% ke Rp 810.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut ada tiga faktor yang mempengaruhi pemulihan ekonomi Indonesia pada 2022.
Luhut mengatakan varian Omicron bukan satu-satu faktor yang membuat ketidakpastian pemulihan ekonomi pada 2022 mendatang.
"Dengan meningkatnya inflasi global termasuk di AS, The Fed dan Bank Sentral lainnya mulai mengurangi stimulus. Ini akan berujung pada ketersediaan likuiditas untuk pasar berkembang seperti Indonesia," ujarnya.
Berikutnya menurut Luhut, persoalan ekonomi dalam negeri di China, seperti krisis properti yang berpotensi berdampak pada Indonesia.