Berita Badung
22 Seniman dan Warga Desa Wadas Gelar Pameran Seni Lukis Pada Kemasan Kopi di Uma Seminyak
Jejaring solidaritas Jogja berkolaborasi dengan 22 seniman dan warga desa Wadas, menyelenggarakan rangkaian pameran seni rupa di 6 kota.
Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Pasalnya, perbukitan di sekitar pemukimannya masuk dalam lokasi rencana penambangan untuk material Bendungan Bener.
Dalam dokumen AMDAL, penambangan untuk material Proyek Strategis Nasional (PSN) itu akan menggunakan metode blasting (peledakan) dinamit sebanyak 5.300 ton selama 30 bulan.
Penambangan tersebut akan menjarah 15,53 juta meter kubik batuan andesit, pada lahan
seluas 114 Ha dengan kedalaman 40 m.
Warga menolak dan berupaya menggagalkan rencana tersebut melalui upaya-upaya legal; gugatan, audiensi, demonstrasi.
Namun, semua upaya itu menemui jalan buntu.
Sikap dan upaya warga bukan tanpa risiko.
Berbagai rupa tipuan, intimidasi, hingga kekerasan langsung, telah dialami warga.
Seperti yang terjadi dalam peristiwa 23 April 2021 di desa Wadas.
Saat itu, Badan Pertanahan Nasional (BPN) memaksa melakukan pengukuran terhadap lahan warga dengan membawa ratusan aparat kepolisian.
Pada waktu yang sama, warga berjaga di perbatasan desa.
Sisanya adalah rangkaian kekerasan dan penangkapan oleh aparat terhadap warga, pendamping hukum, dan jaringan solidaritas.
Baca juga: Lima Tradisi di Karangasem Diusulkan Jadi WBTB, Ada Tarian Abuang Loh Muani hingga Seni Lukis Perasi
Hal tersebut malah membuat warga semakin meyakini telah mengambil sikap yang tepat: ruang hidup dan kehidupan harus dibela!
Rencana penambangan batuan andesit dan rangkaian kekerasan yang menyertainya, berbahaya bagi kehidupan warga Wadas dan ekosistem di sekitar bukit Menoreh.
Sejarah, nilai, dan sumber penghidupan warga yang melekat pada tanah terancam runtuh jika pertambangan benar-benar beroperasi.
Beragam potensi krisis tersebut, menjadi titik berangkat bagi kami bahwa; inisiatif berbagai bentuk dukungan dan perjuangan mesti dilakukan.