Berita Badung

LOKASI Bandara Ngurah Rai Rawan Bencana Gempa Bumi & Tsunami, Begini Tanggapan Angkasa Pura I 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyiapkan sejumlah upaya mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Karsiani Putri
Zaenal Nur Arifin
Kondisi landasan pacu (runway) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali yang berbatasan dengan laut 

TRIBUN BALI.COM, MANGUPURA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyiapkan sejumlah upaya mengantisipasi bencana gempa bumi dan tsunami yang sewaktu-waktu dapat menghantam Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.

Hal tersebut dikarenakan lokasi Bandara tersibuk ketiga di Indonesia ini berada ini berada di ujung selatan Bali serta letak landasan pacu (runway) berbatasan langsung dengan laut.

Baca juga: Bandara Ngurah Rai Bali Rawan Tersapu Tsunami, BMKG Siapkan Mitigasi Bencana

Baca juga: TANGGAPAN Eks Pengacara Adam Deni Soal Uang Rp 15 M Terkait Kasus Jerinx SID untuk Damai

Baca juga: KASUS Omicron BA.2 Semakin Melonjak, Berikut Ini Kabar Baik & Kabar Buruknya

"Karena Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dekat pantai dan runway berbatasan langsung dengan laut tentunya potensi itu (gempa disusul tsunami) selalu ada. Dan tentunya tim BMKG telah menyiapkan langkah mitigasi mengantisipasi hal tersebut," ujar Stakeholder Relation Manager Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Taufan Yudhistira, Jumat, 11 Februari 2022.

Diakuinya bahwa kemarin-kemarin memang dari pihak BMKG dimana Kepala BMKG Dwikorita melakukan kunjungan ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, dan saat itu mereka memberikan serta memasang WRS New Generation atau sistem penerima informasi gempa bumi dan tsunami.

"Ketika mengklik link dari WRS itu kita bisa melihat data seluruh gempa bumi yang ada di Indonesia, dan kita bisa melihat gempa bumi mana menimbulkan potensi tsunami. Aplikasi atau link itulah yang memang sudah disiapkan BMKG, dan kami sudah mengintegrasikan WRS tersebut di AOCC untuk melihat informasi terkini gempa bumi," imbuhnya.

Baca juga: Bandara Ngurah Rai Bali Rawan Tersapu Tsunami, BMKG Siapkan Mitigasi Bencana

Baca juga: TANGGAPAN Eks Pengacara Adam Deni Soal Uang Rp 15 M Terkait Kasus Jerinx SID untuk Damai

Sehingga ketika ada bencana gempa bumi dan dirasakan guncangannya di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali tentunya akan dilihat apakah gempa tersebut menimbulkan potensi tsunami atau tidak.

Jika gempa bumi tersebut ada potensi tsunami, maka AOCC atau Airport Operation Control Center disini akan langsung menginformasikan peringatan dini tsunami kepada seluruh stakeholder Bandara dan pengguna jasa.

Pihaknya bersama stakeholder atau komunitas Bandara i Gusti Ngurah Rai Bali serta Komite FAL sudah memiliki mitigasi kebencanaan sendiri.

"Kami punya sebuah Komite (FAL) yang akan menindaklanjuti jika terjadi suatu bencana dan langsung mengaktifkan emergency operational center (EOC) di Bandara. EOC itu dulu pernah kita aktifkan saat bencana erupsi Gunung Agung, sama halnya jika gempa terjadi disana kita akan lakukan koordinasi apakah dilakukan penutupan Bandara atau lain sebagainya," jelas Taufan.

Ia menambahkan dalam EOC banyak komunitas Bandara yang tergabung didalamnya mulai dari Otoritas Bandara Wilayah IV, TNI-POLRI, maskapai, BMKG, AirNav Indonesia Cabang Denpasar dan instansi terkait lainnya.

"Dari kami pengelola Bandara beserta seluruh stakeholder sudah memiliki langkah mitigasi. Dan pihak BMKG sudah memiliki program untuk simulasi mitigasi atau drill kebencanaan sendiri. Memang sampai saat ini belum ada simulasi, tapi kedepannya mungkin tim dari BMKG akan memberikan simulasi tersebut," katanya.

Andaikan terjadi gempa bumi kemudian ada potensi tsunami, paling tidak seluruh pengguna jasa Bandara dan petugas diarahkan untuk segera menuju titik kumpul dengan posisi yang lebih tinggi dari daratan.

Disinggung apakah struktur bangunan dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali tahan gempa bumi atau tidak, Taufan menyampaikan dari beberapa kali ada gempa bumi di Bali selatan tidak terlalu berdampak signifikan terhadap struktur bangunan.

"Apakah tahan gempa atau tidak, yang pasti ketika dulu terjadi gempa bumi itu tidak terlalu berdampak signifikan terhadap kondisi bangunan kami atau terminal kami. Mungkin struktur bangunan kuat menahan gempa," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya Kepala BMKG Dwikorita mengatakan, risiko Bandara Ngurah Rai tersapu tsunami membayangi lantaran bandara tersebut terletak tepat di bibir pantai.

Baca juga: TANGGAPAN Eks Pengacara Adam Deni Soal Uang Rp 15 M Terkait Kasus Jerinx SID untuk Damai

Baca juga: Bandara Ngurah Rai Bali Rawan Tersapu Tsunami, BMKG Siapkan Mitigasi Bencana

“Jarak bandara dengan bibir pantai 0 meter dan ini sangat berpotensi besar tersapu tsunami jika sewaktu-waktu gempa besar melanda Bali,” ungkap Dwikorita seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (10/2/2022).

Sebagai langkah antisipasi, hal pertama yang dilakukan BMKG yakni meningkatkan akurasi pemodelan terkait dengan bahaya tsunami.

Ini dikarenakan posisi Bandara Ngurah Rai yang berada di pesisir pantai dan berhadapan dengan sumber gempa berpotensi tsunami/megathrust selatan bali.

Langkah kedua untuk meminimalisir dampak tsunami yang lebih serius yakni dengan memasang WRS New Generation atau sistem penerima informasi gempa bumi dan tsunami.

Sistem ini akan diintegrasikan ke dalam sistem yang ada di command center Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.

WRS memungkinkan masyarakat dan seluruh pengguna bandara mengetahui adanya gempa bumi dan potensi terjadinya tsunami dalam waktu kurang dari 5 menit atau sekitar 2-4 menit.

Langkah antisipasi ketiga, BMKG akan melakukan upaya edukasi kepada stakeholder dan petugas yang terkait dengan penyelamatan di bandara.

Edukasi tersebut termasuk di dalamnya melatih serta menyelenggarakan drill atau simulasi evakuasi terkait dengan respon informasi gempabumi dan tsunami secara cepat dan tepat untuk upaya penyelamatan di bandara.

“Mitigasi juga harus dilakukan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota setempat untuk semakin meminimalkan dampak kerugian dan korban jiwa. Mengingat di lokasi sekitar bandara juga terdapat banyak kawasan ekonomi dan permukiman penduduk,” jelas Dwikorita.

Ia pun menekankan, dalam pembangunan fasilitas publik baiknya diarahkan di wilayah yang aman dari bencana untuk menghindari korban jiwa dan kerugian.

Baca juga: TANGGAPAN Eks Pengacara Adam Deni Soal Uang Rp 15 M Terkait Kasus Jerinx SID untuk Damai

Baca juga: KASUS Omicron BA.2 Semakin Melonjak, Berikut Ini Kabar Baik & Kabar Buruknya

Pasalnya, wilayah Indonesia berada di lingkaran cincin api sehingga rawan terjadinya gempa bumi dan tsunami.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved