Ritual Maut di Pantai Payangan
UPDATE Ritual Maut Pantai Payangan Jember, Firasat Aneh Sri Wahyuni Sebelum Tewas: Rumah Banyak Tamu
Firasat aneh dirasakan salah satu keluarga korban Ritual Kelompol Tunggal Jati Nusantara yang diadakan di Pantai Payangan, Kecamatan Ambulu Jember
Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Irma Budiarti
Sementara anak sulung pasangan Syaiful-Sri, Siti Amelia Malik menuturkan, sebenarnya sang ibu sudah tidak mau ikut ritual itu.
"Ibu saya sedang tidak enak badan, tetapi diajak terus sama ayah, akhirnya ikut," tutur Amel.
Dalam keluarga itu, hanya anak-anak Syaiful yang mengetahui kegiatan pengajian kelompok tersebut. Sebab sang anak kerap diajak ikut pertemuan, juga beberapa kali ritual.
"Ada pengajiannya gitu, mengajari tentang istiqomah, juga ada ritual itu. Tujuannya saya tidak tahu. Bacaannya ada syahadat, Al-Fatihah, surat-surat pendek, dan Bahasa Jawa. Saya tidak tahu bacaan Bahasa Jawanya," terang Amel.
Dari informasi yang dihimpun SURYA, lirik bacaan Bahasa Jawanya antara lain 'pingin sugih tanpa kerja, tanpa banda' atau ingin kaya tanpa kerja, tanpa modal.
Kronologi Ritual Maut
Masih dilansir Tribun-Bali.com dari Surya.co.id pada Senin 14 Februari 2022 dalam artikel berjudul KRONOLOGI Warga Jember Terseret Ombak di Pantai Payangan, Korban Selamat: Saya Berdiri Terus Lari, ritual yang menewaskan 10 orang tersebut terjadi di Pantai Payangan Jember pada Minggu 13 Februari 2022.
Tragedi itu berawal saat 24 orang berangkat dari Desa Dukuh Mencek Kecamatan Sukorambi untuk menggelar ritual di area Pantai Payangan dan Watu Ulo di Jawa Timur.
Warga yang ikut ritual berasal dari berbagai kecamatan di Jember, dan tergabung dalam padepokan Jamaah Tunggal Jati Nusantara.
Mereka tiba di kawasan pantai pada Sabtu 12 Februari 2022 pukul 23.30 WIB. Rombongan kemudian mempersiapkan diri untuk melakukan ritual bersama di pinggir pantai.
Baca juga: FAKTA-FAKTA Tragedi Pantai Payangan Jember: Peserta Ritual Gandengan Tangan, Dua Kali Dihantam Ombak
Menurut Kapolsek Ambulu AKP Makruf, petugas pantai sudah memperingatkan warga agar tidak melakukan kegiatan di sekitar pantai karena ombak sedang tinggi.
Imbauan tak diindahkan, Minggu tengah malam sekitar pukul 00.25 WIB, 24 orang yang mengikuti ritual tersebut dihantam ombak.
Akhirnya, warga meminta bantuan pihak kepolisian untuk menyelematkan. Petugas kepolisian juga berkoordinasi dengan tim SAR hingga TNI untuk membantu korban.
Data sementara menyebutkan, ada 15 orang yang tersapu namun tiga di antaranya selamat.