Berita Denpasar
Simak Sistematika Dalam Pembuatan Kalender Bali, Berisikan Ciri Matematis Hingga Ciri Geografis
Praktisi Wariga, I Gede Marayana, menjelaskan ihwal tata cara pembuatan sebuah kalender Bali.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Karsiani Putri
Ada pula ciri religius, yaitu ciri-ciri dan isyarat pekan yang diikat oleh pangider Sang Hyang Surya, Sang Hyang Candra, dan Sang Hyang Wintang.
"Keempat ciri inilah yang digunakan sebagai aturan-aturan, saat menyusun dan menulis sebuah kalender Bali," sebutnya.
Artinya, tambah dia, ciri matematis untuk mengetahui tahun.
Ciri sistimatis untuk mengetahui tahun dan tatanan bulannya.
Ciri geografis untuk tatanan pengganti tahun.
Kemudian disempurnakan dengan sejarah yang ada.
"Inilah yang dijadikan dasar menyusun sebuah kalender Bali, dari dahulu hingga sekarang," sebutnya.
Tentu saja agar kian paripurna, kalender Bali didiskusikan dengan para ahli seperti pada paruman (rapat) sulinggih di PHDI pada tanggal 18 September 2001 bertempat di Pura Batukaru, Tabanan.
Kala itu dipimpin mendiang Ida Peranda Made Gunung dengan narawakya I Gede Marayana.
Maka ciri aturan-aturan kalender Bali itu, kata dia, memakai aturan sasih (bulan), mala-masa, mala jhista dan mala sadha.
Seperti Tilem Kesanga ada di bulan Maret untuk tahun Masehi.
Sebagai tanda hari Nyepi, atau tahun baru Bali (Icaka) dalam kalender Bali.
Ida Pedanda Nabe Gede Buruan dari Gria Sanding Pejeng, menjelaskan tentang ala ayu padewasan wewaran yang memang banyak dijelaskan dalam cakepan lontar.
Bahkan banyak cakepan lontar yang telah disalin ke dalam aksara latin.
Beliau juga menjelaskan wariga, berasal dari kata warah + ing + raga.