Berita Tabanan
Pak Jojon Puluhan Tahun Bergelut Dengan Senapan Angin, Jadi Mekanik Sejak 1982
Seorang pria paruh baya tampak sibuk membongkar sebuah senapan angin di bengkelnya di Banjar Lebah Baleran, Desa Dajan Peken, Tabanan, Jumat 18, Febru
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Seorang pria paruh baya tampak sibuk membongkar sebuah senapan angin di bengkelnya di Banjar Lebah Baleran, Desa Dajan Peken, Tabanan, Jumat 18, Februari 2022.
Ia adalah I Putu Suarnata (58) yang merupakan seorang mekanik senapan angin asli Tabanan.
Namanya sudah sangat dikenal di dunia senapan angin terutama wilayah Tabanan.
Ternyata ia sudah menjadi mekanik senapan angin sejak tahun 1982 silam.
Baca juga: Termasuk Bali, WHO Sebut 3 Provinsi di Indonesia Berada di Tingkat Penularan Covid-19 Sangat Tinggi
Baca juga: Program Kartu Prakerja Gelombang 23 Secara Resmi Dibuka, Sediakan Kuota Sebanyak 500 Ribu
Cuaca saat itu sedikit mendung.
Pria yang lebih akrab disapa Pak Jojon ini kemudian menceritakan kisahnya sehingga dikenal sebagai mekanik senapan angin.
Sejatinya, ia memang memiliki hobi dengan senapan angin sejak tahun 1970-an lalu.
Hobi itu merupakan warisan dari orang tuanya juga kakak kandungnya.
Sejak tahun 70an tersebut, ia sangat gemar berkelana untuk memburu tupai.
Tupai kala itu disebut sebagai hama karena kerap merusakan tanaman buah terutama kelapa.
Bahkan saat itu ia dengan temannya membentuk sekaa semal (komunitas pemburu tupai).
Tak hanya di Tabanan, Jojon bersama dengan teman-temannya juga kerap berkalana di wilayah lain seperti Jembrana, Gianyar, Buleleng hingga Karangasem.
Baca juga: Program Kartu Prakerja Gelombang 23 Secara Resmi Dibuka, Sediakan Kuota Sebanyak 500 Ribu
Baca juga: Termasuk Bali, WHO Sebut 3 Provinsi di Indonesia Berada di Tingkat Penularan Covid-19 Sangat Tinggi
Baca juga: Siap Bentuk Panwas Kecamatan Songsong Pemilu 2024, Bawaslu Kunjungi Camat se-Tabanan
Tujuannya adalah untuk berburu tupai, hewan kaki empat yang menjadi musuh bagi petani kelapa waktu itu.
Bahkan, memburu tupai tak hanya keinginan dirinya dengan para komunitasnnya, melainkan sering mendapat undangan agar bisa memburu tupai di kebun warga.
"Saya awalnya memang penghobi, itu dari tahun 70an sudah. Kala itu saya bersama teman-teman juga punya sekaa (komunitas) pemburu tupai," kata Suarnata saat ditemui di bengkelnya, Jumat, 18 Februari 2022.
Sejak saat itu, Jojon telah menjarah berbagai wilayah di Bali dan tentunya itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan di masa mudanya.
Selain tupai, dulunya juga ia kerap berburu landak.
Beberapa tahun menekuni hobi itu, ia kemudian sedikit demi sedikit belajar memperbaiki senapan angin tersebut.
Ia belajar secara otodidak tanpa ada yang mengajari ataupun lewat Google.
Baca juga: GOOGLE CHROME Ganti Icon Baru Pasca Alami Perubahan Terakhirnya di Tahun 2014, Ini Perbedaannya
Baca juga: Termasuk Bali, WHO Sebut 3 Provinsi di Indonesia Berada di Tingkat Penularan Covid-19 Sangat Tinggi
Baca juga: Program Kartu Prakerja Gelombang 23 Secara Resmi Dibuka, Sediakan Kuota Sebanyak 500 Ribu
Berbeda dengan sekarang, para mekanik senapan angin lebih banyak belajar dari YouTube.
"Saya otodidak dari dulu itu. Tahun 1982 baru mulai saya perbaiki senapan angin milik teman, kemudian seiring waktu berjalan mulai memperbaiki teman yang lebih jauh seperti Penebel dan sekitarnnya," tuturnya.
Suarnata mengingat, saat itu informasi begitu cepat menyebar dari mulut ke mulut.
Selain itu, ia juga banyak memiliki teman karena dulunya berkelana berburu tupai.
Seringkali, ia mendapat pasuh (kerjaan) dari rekannya yang berasal dari luar Tabanan.
Terutama Jembrana yang memang banyak penghobi senapan angin karena tujuan memburu hama tupai.
"Saya ini orangnya tidak berani macam-macam. Ketika dapat kerjaan, misalnya senapan milik teman saya pasti usahakan perbaiki dengan semaksimal mungkin. Disini saya mempertahankan kualitas karena itu menjadi kepuasan tersendiri," tegasnya.
Sejak saat itu ia semakin banyak menerima permintaan servis senapan angin.
Bahkan tak hanya di Bali, warga dari Jawa juga rela datang ke Tabanan hanya untuk memperbaiki senapannya agar kembali berfungsi optimal.
Sehari, ia kerap menerima hingga 5 orang bahkan lebih.
Tapi itu saat sebelum pandemi, mulai pandemi ini ia lebih jarang menerima kerjaan servis senapan angin karena kondisinya yang tak memungkinkan.
"Orang yang memperbaiki kesini sangat banyak. Tapi sehari sekarang tidak menentu karena pandemi. Jika dulunya sehari pernah sampai 5 orang datang bahkan lebih. Berbagai jenis dan merk senapan angin sudah pernah saya perbaiki," ungkapnya.
Karena memang penghobi sejak puluhan tahun lalu, kini ia juga masih memiliki sejumlah koleksi.
Koleksi tersebut ia pajang di dinding bengkelnya.
Senapan angin yang dikoleksi tersebut dengan berbagai merek dan jenis.
Sebagian juga telah ia jual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baca juga: Termasuk Bali, WHO Sebut 3 Provinsi di Indonesia Berada di Tingkat Penularan Covid-19 Sangat Tinggi
Baca juga: Program Kartu Prakerja Gelombang 23 Secara Resmi Dibuka, Sediakan Kuota Sebanyak 500 Ribu
Paling Sering Perbaiki Kebocoran Senapan
I Putu Suarnata menceritakan, selama puluhan tahun bergelut di dunia senapan angin ini, keluhan atau kerusakan yang paling banyak terjadi adlah kebocoran.
Itu biasanya dipengaruhi oleh usia sehingga seal pada tabung angin senapan itu sendiri sudah tak layak pakai.
"Biasanya yang paling banyak itu rusak seperti bocor atau lepas patrinya. Sisanya paling modifikasi saja, atau kalau istilahnya disini adalah ngecun. Ngecun agar tembakannya lebih kuat," katanya.
Disinggung mengenai bahan atau onderdil perbaikan senapan angin ini, Jojon mengaku dirinya membeli secara online.
Namun, pembelian itu dilakukan dengan bantuan temannya.
Karena ia malas belajar gunakan hp canggih saat ini, Jojon dibantu oleh rekannya untuk memesan secara online.
"Ada teman yang pesenin barang ini (onderdil) melalui online. Ketika datang tinggal bayar saja. Maklum saya gak bisa pakai hp canggih, hp saya masih tulat tulit," ujarnya sambil bergurau.
Bagaimana dengan biaya servis?
Suarnata alias Jojon ini hanya tersenyum ketika ditanya seperti itu.
Dia hanya menjawab karena hobi, ia hanya meminta sedikit.
Dirinya tak banyak mengambil keuntungan dari onderdil karena sangat hobi dengan senapan.
"Gak banyak saya minta (uang jasa) karena saya memang penghobi. Biasanya juga seiklasnya saja atau bayar onderdilnya saja," kenangnya sembari sibuk memperbaiki sebuah senapan angin milik pelanggan.
Baca juga: Program Kartu Prakerja Gelombang 23 Secara Resmi Dibuka, Sediakan Kuota Sebanyak 500 Ribu
Baca juga: Termasuk Bali, WHO Sebut 3 Provinsi di Indonesia Berada di Tingkat Penularan Covid-19 Sangat Tinggi
Jojon juga memberikan sebuah pesan yang patut disimak, ketika sebuah hobi yang kitaa tekuni dengan baik, nantinya itu akan menjadi berkah bagi diri sendiri.
Menurutnya ada kepuasan tersendiri ketika diirinya menggeluti hobinya ini bisa menghasilkan uang.
Terbukti, dirinya sudah berhasil menamatkan dua orang anaknya dan sekarang sudah bekerja.
Dua orang anaknya ini sudah pernah mengenyam pendidikan perguruan tinggi meskipun setahun saja.
(*)