Wawancara Khusus
Mantan Dubes RI untuk Rusia Wahid Supriyadi, Ukraina dan Rusia Itu Bersaudara
Mantan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi menilai kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir
TRIBUN-BALI.COM- Mantan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi menilai kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki kesamaan dengan Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto.
Presiden Putin mendirikan United Russia (Partai Rusia Bersatu), sedangkan Soeharto mendirikan Partai Golongan Karya.
"Partai United Russia itu mirip dengan Partai Golkar. Didirikan salah satunya oleh Putin. Kemudian dia bikin partai oposisi, tapi sering bantuin pemerintah, meskipun terkadang juga kritik saat bicara ketimpangan," kata Wahid di kantor Tribun Network, Senin (28/2).
Baca juga: Harga Mi Instan Hingga Roti di Dalam Negeri Berpotensi Naik Akibat Perang Rusia-Ukraina
Baca juga: Harga Gas Elpiji 5,5 Kg dan 12 Kg Resmi Naik, Berikut Ini Harga yang Berlaku
Baca juga: Proses Melepas Mala, Melasti di Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, Buleleng
Penerima gelar anugerah Profesor Kehormatan ini menyebut Presiden Putin mampu memperbaiki perekonomian Rusia.
Berikut petikan wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Mantan Duta Besar RI untuk Federasi Rusia M Wahid Supriyadi:
Mengapa Presiden Putin sangat kuat di Rusia kalau dihitung-hitung dengan jabatan perdana menteri sudah 23 tahun menjadi pemimpin?
Masyarakat Rusia memorinya sangat kuat. Ketika disintegrasi kemudian Boris Yeltsin (Mantan Presiden Rusia) mengambil posisi ekonomi liberal.
Kondisi ini menciptakan oligarki sehingga terjadi ketimpangan luar biasa.
Banyak perusahaan multinasional yang kala itu menyedot sumber daya dari Rusia.
Putin orang yang sangat loyal kepada pimpinan, dia ditarik oleh Yeltsin dari Moskwa ketika itu karena saat jadi Deputi Wali Kota St Petersburg.
Putin juga sangat berambisi mengembalikan kejayaan Rusia. Setelah Putin melakukan reformasi dalam waktu singkat ekonomi Rusia meningkat.
Bahkan sekarang masuk 14 besar dunia. Kalau kita lihat Moskow sudah betul-betul glamour.
Selama Anda bertugas sebagai Dubes, bagaimana kepemimpinan Putin?
Saya khawatir Rusia meniru Pak Soeharto.
Jadi gini Partai United Russia itu mirip dengan Partai Golkar.
Didirikan salah satunya oleh Putin. Kemudian dia bikin partai oposisi, tapi sering bantuin pemerintah, meskipun terkadang juga kritik saat bicara ketimpangan.
Tapi kita tidak tahu sampai kapan bertahan, Pak Harto 34 tahun, Putin baru 23 tahun.
Masyarakat Rusia sudah kritis dan media The Russia Times juga pernah mengkritik pemerintahan hanya saja menggunakan Bahasa Inggris.
Jadi tidak semua kalangan mengerti. Kritik itu dibaca terbatas oleh diplomat, pebisnis sama dengan kita The Jakarta Post saat itu.
Bisa diceritakan hubungan Rusia dan Ukraina saat itu?
Bangsa Ukraina dan Rusia ini sebetulnya bersaudara. Bahkan ibu kota kuno Rusia pernah dipindahkan ke Kiev pada 1882.
Jadi memang dari awal mereka sudah satu bangsa.
Pada 1990 ada pertemuan antara pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dengan Menteri Luar Negeri AS.
Di situ ada semacam janji tidak tertulis bahwa NATO tidak akan memperluas wilayah aliansi.
Ketika akhirnya Hongaria, Rumania, Polandia masuk ke NATO, dari situ Soviet sudah protes mengapa janji tidak tertulis itu diingkari.
AS berargumen janji itu tidak tertulis.
Tahun 2000 sampai 2007 sebetulnya Presiden Rusia Vladimir Putin tidak pernah ganggu barat, Bahkan tahun 2020 ingin bergabung dengan NATO, tapi ditolak.
Dari situ Rusia dianggap musuh bersama. Ketika beberapa negara pecahan masuk NATO, sudah mulai tidak nyaman.
Ketika 2008, Georgia masuk NATO, Rusia mulai marah besar.
Karena tersisa dari buffer state-nya tinggal tiga negara tadinya yaitu Ukraina, Belarus, dan Georgia.
Akhirnya memang senyap ke NATO sudah tidak ada lagi.
Kalau Belarus dari awal memang pro Rusia.
Ukraina kalau sampai masuk NATO, itu berarti persenjataan NATO ditaruh di depan pintu perbatasan Rusia. Jadi secara geostrategi siapa pun pemimpinnya merupakan sebuah ancaman.
Saya kira latar belakangnya, kemudian juga Donetsk dan Luhansk merdeka.
Ini dianggap mengingkari perjanjian Minsk tahun 2014-2015.
Menurut saya Putin salah perhitungan.
Kelihatannya dia ingin ini cepat, kalah dan pro Rusia.
Kira-kira ide besarnya begitu. Bukan berarti saya membenarkan, tapi sama saja seperti Amerika invasi ke Irak dan Suriah yang juga melanggar hukum internasional.
Terkadang negara super power ya seperti itu.
Bisa diceritakan saat Rusia melakukan aneksasi ke Krimea?
Padahal Krimea wilayah yang sangat pro Rusia sebenarnya?
Sejarahnya dulu Krimea mayoritas penduduk Tatar keturunan Turki dan Mongolia yang beragama Islam.
Mereka kemudian diusir oleh Joseph Stalin (Mantan Kepala Pemerintahan Uni Soviet).
Krimea itu dulu dititipkan administrasinya di zaman kepemimpinan Nikita Khrushchev karena terlalu jauh ke Moskow.
Dan Khrushchev ini sebetulnya keturunan Ukraina.
Ada juga Leonid Brezhnev (Mantan Sekjen Partai Komunis Uni Soviet) yang juga keturunan Ukraina.
Makanya saya bilang Ukraina dengan Rusia ini bangsa yang bersaudara. Dengan referendum saja sudah pasti menang.
Baca juga: Harga Mi Instan Hingga Roti di Dalam Negeri Berpotensi Naik Akibat Perang Rusia-Ukraina
Baca juga: Harga Gas Elpiji 5,5 Kg dan 12 Kg Resmi Naik, Berikut Ini Harga yang Berlaku
Baca juga: Proses Melepas Mala, Melasti di Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, Buleleng
Menurut saya kenapa harus pakai militer.
(Tribun Network/Reynas Abdila)