Dokter di Sukoharjo Terduga Teroris
SOSOK Dokter S Terduga Teroris Diungkap Ketua RT, Menolak Masuk Grup WA Warga
Dokter Sunardi alias dokter S disebut sebagai warga yang tertutup, tidak suka bergaul dengan tetangga.
TRIBUN-BALI.COM, SUKOHARJO - Sosok dokter Sunardi, warga Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Jawa Tengah yang tewas ditembak Densus 88 Anti Teror diungkap oleh Ketua RT Bambang Pujiana Eka Warsono.
Dokter Sunardi alias dokter S disebut sebagai warga yang tertutup, tidak suka bergaul dengan tetangga.
Doter S ditembak Densus 88 Anti Teror di Jalan Bekonang-Sukoharjo, Dukuh Cendono, Desa Sugihan, Kecamatan Bendosari, Rabu (9/3/2022) malam.
Baca juga: Densus 88: Dokter S Masuk Jaringan Teroris Jamaah Islamiah, Aktif di Hilal Ahmar Society Indonesia
Sementara rumahnya berada di Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo.
Pantauan Tribunsolo.com, Kamis (10/3/2022) siang, mendapati rumah dari terduga teroris terlihat sepi dan tak ada aktivitas.
Rumah yang berada di pinggir jalan itu memiliki pagar putih dengan banyak bunga tertanam di depan pagarnya.
Baca juga: KRONOLOGI Dokter S Tewas Dilumpuhkan Densus 88 Setelah Kejar-kejaran Hingga Mobilnya Tabrak Rumah
Di teras rumahnya yang cukup luas itu terparkir sebuah sepeda motor merek Honda Karisma 125cc.
Kemudian terdapat bangku panjang warna putih yang diletakkan di samping barat pintu utama rumah.
Pada bagian jendela, tertempel sebuah plakat bertuliskan Dokter Sunardi.

Di bawahnya tercantum jam praktik dirinya yakni pukul 06.00-08.00 dan 17.00-20.00 WIB.
Ketua RT Bambang Pujiana Eka Warsono menjelaskan, semenjak informasi penangkapan dengan penembakan itu rumahnya sepi.
Adapun dokter S, menurut dia, berprofesi sebagai dokter.
Baca juga: Dokter S Terduga Teroris Tewas Ditembak Densus 88, Keluarga Lakukan Upaya Hukum: Kami Menyayangkan
"Pekerjaannya yang saya tahu sampai saat ini dokter, kalau kelihatannya dokter umum," ujar Bambang, kepada TribunSolo.com.
Sepanjang membuka praktik medis, Bambang sendiri juga tak pernah menyaksikan praktik dokter S ramai.
"Kalau saya lewat ya tidak ramai, sepi artinya tidak ada banyak pasien," katanya.
Baca juga: TERUNGKAP, Fakta Penembakan Dokter Teroris di Jawa Tengah, Ini Alasan Densus 88 Tembak Hingga Tewas
Tak Pernah Ngobrol
Meski berprofesi sebagai dokter, menurut Bambang, sosok dokter S dikenal sebagai antisosial.
Dia tidak pernah bersosialisasi dengan warga setempat.
"Semenjak saya megang Ketua RT dari 2019 itu saya mengadakan pertemuan kegiatan warga dia tidak pernah ada, tidak pernah datang, tidak pernah sosialisasi," ungkapnya.

Alasan Dokter S tak pernah bersosialisasi pun tak diketahui oleh Bambang.
Dia juga tak pernah menanyakan kepada yang bersangkutan.
Bahkan, Bambang menyebut, Dokter S tak pernah membayar iuran yang hanya berjumlah Rp 25.000 per bulannya.
"Tidak sama sekali, boleh dicek di bendahara saya, kalau yang namanya Pak S itu tidak pernah iuran. Padahal iuran di tempat saya cuma Rp 25.000 per bulan," katanya.
Selama ini pun Bambang tak pernah bertegur sapa ataupun mengobrol dengan dokter S.

Sosok dokter yang disebutnya bertubuh agak gempal itu memang sudah dikenal di kampung tidak pernah beraktivitas apa-apa.
Dokter S juga dikatakan Bambang berjalan menggunakan tongkat bantu, karena kakinya pernah mengalami kecelakaan.
Hanya beberapa kali Bambang pernah berpapasan dengan Dokter S menunaikan ibadah salat.
Namun sekali lagi Bambang menegaskan tak pernah ada tutur kata atau obrolan terucap dari mulut dokter S kepadanya.
"Biasanya kalau saya ketemu itu pas maghrib sama isya. Itu aja kadang tidak ketemu, ya tidak rutin, ya cuma pernah salat disitu," jelas dia.
Bambang juga menyebut, dokter S enggan masuk dalam grup WhatsApp RT tempat tinggalnya.
Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, membenarkan adanya penangkapan tersebut.
"Benar, penangkapan dari Densus 88," katanya kepada Kompas.com, Kamis (10/2/2022).
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sosok Terduga Teroris yang Tewas saat Ditangkap Densus 88, Menolak Masuk Grup WA Warga,