Pura di Bali
Pura Besakih sebagai Pura Ibu, Berikut Kisahnya Berdasarkan Isi Lontar
Kemudian sebelum adanya selat Bali, atau yang dikenal dengan sebutan Segara Rupek, Pulau Bali bernama pulau Panjang.
Penulis: Anak Agung Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Akhirnya singkat cerita, dilakukan upacara Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya. Serta upacara Pratiwi Stawa.
Setelah upacara selesai dilakukan, kemudian para pengikutnya kembali menebang kayu dari selatan ke utara. Dilihat sudah cukup, akhirnya penebangan dihentikan.
Akhirnya lahan tersebut dipakai untuk pemukiman, tegalan, hingga sawah.
Di lokasi bekas dimulainya perabasan hutan, sang yogi menanam kendi atau caratan. Yang berisi air disertai lima jenis logam, yaitu emas, perak, tembaga, besi, dan perunggu. Atau yang dikenal dengan sebutan Panca Datu (lima bebatuan).
Batuan utama ini, dilengkapi dengan sarana upakara. Kemudian diperciki tirta pangentas (air suci).
Lalu di tempat ditanamnya lima batu itu, diberi nama Basuki.
Perlu diketahui arti kata Basuki adalah selamat. Sebab akhirnya pembukaan lahan dilalui tanpa ada halangan, seperti sebelumnya.
Dari sinilah pula nama Besakih lahir, dari kata Basuki ini.
Sebab adanya Kahyangan Basukih atau Besakih, tiada lain karena jasa dan kesucian rohani Rsi Markandeya setelah mengikuti petunjuk dari Sang Hyang Widhi Wasa. (*)
Artikel lainnya di Pura di Bali