Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang
UPDATE SUBANG: Warga Sekitar TKP Subang Keluhkan Ini, Polisi Butuh Waktu Lagi Untuk Ungkap Kasus?
Berikut ini adalah kabar terbaru dari Kasus pembunuhan Ibu dan Anak di Subang.
Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Harun Ar Rasyid
TRIBUN-BALI.COM, SUBANG – Kasus pembunuhan Ibu dan Anak di Subang hingga kini masih menjadi sebuah misteri.
Memasuki hari ke-234, polisi hingga kini masih belum berhasil mengungkap dalang dibalik meninggalnya Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu.
Kabar terbaru dari kasus Subang, Ketua RT Ciseuti, Desa Jalan Cagak, Kabupaten Subang yang merupakan saksi kunci, Dede (56) mengungkapkan jika TKP pembunuhan Ibu dan Anak di Subang saat ini menjadi angker.
Ia pun juga menjadi sasaran cecaran pertanyaan warga yang penasaran soal perkembangan kasus Subang berjalan.
Hal ini diungkapkan Ketua RT, Dede, dikutip Tribun-Bali.com dari tayangan Misteri Mbak Suci lewat TribunJabar.id pada Jumat 8 April 2022 dalam artikel berjudul HARI KE-234 Kasus Subang: Kondisi Terkini TKP Penemuan Mayat, Warga Mengeluh Begini.
Dede mengaku tak sedikit warganya itu banyak bertanya soal kasus perampasan nyawa Tuti dan Amalia tersebut.
“Ya itu banyak yang nanya gitu tentang permasalah pembunuhan yang sekarang sudah 8 bulan jalan,” ungkap Ketua RT, Dede
Di sisi lain, Dede pun mengaku dirinya tak tahu sampai kapan tersangka atau pelaku rajapati kasus Subang tersebut akan diumumkan.
Ia hanya bisa menjelaskan kepada warganya kasus Subang tersebut masih dalam penyelidikan.

Dede mengatakan pertanyaan tersebut banyak ditanyakan terutama dari warganya yang baru pulang dari luar Kota.
Baca juga: UPDATE KASUS SUBANG: Berikut Hasil Penyebaran Sketsa Pelaku Subang, Pesan Yoris ke Danu Tersebar?
Karena proses sudah hampir 8 bulan berjalan, Dede mengungkap keluhan warganya yang menanti pengungkapan kasus tersebut.
“Memang banyak warga yang nanya, kok Pak RT lama sekali,” ucap Dede mencontohkan keluhan warganya.
Namun, Dede mengungkap kondisi warga di sekitar TKP masih merasakan kegelisahan.
Ia mengatakan warganya merasa daerah TKP menjadi tempat asing. Terlebih kini hampir 8 bulan tak ditempati, rumah TKP terbengkalai.
“Kalau dibilang stabil sih, 100 persen belum, jadi semacam kayak tempat asing. Apalagi kan keadaan TKP sekarang sudah seperti 8 bulan (rumah kosong),” ujarnya.