Konflik Rusia vs Ukraina
PRESIDEN Ukraina Mendesak Perdamaian Meskipun Rusia Terus Gencarkan Serangan
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berkomitmen mendesak perdamaian meskipun Rusia melancarkan serangan terhadap warga sipil.
Penulis: I Putu Juniadhy Eka Putra | Editor: Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berkomitmen mendesak perdamaian meskipun Rusia melancarkan serangan terhadap warga sipil.
Disisi lain, Zelenskyy menyebut pihaknya akan terus memasok persenjataan usai meningkatnya serangan Rusia di timur Ukraina.
Sehari setelah insiden tewasnya 52 warga sipil dalam serangan di stasiun kereta api di timur kota Kramatorsk, ia pun menyebut jika kejadian tersebut merupakan bukti kekejaman pihak Kremlin usai gagal menguasai Ibu Kota Kyiv.
Baca juga: INFO TERKINI: Vladimir Putin Pecat Komandan Serangan Rusia di Ukraina, Ini Sosok Komandan Baru
Baca juga: 50 Warga Termasuk Anak-anak Tewas Akibat Serangan Rudal di Stasiun Kereta Kramatorsk Ukraina
Baca juga: Bisa Daftar Secara Online, Simak Cara Daftar Mudik Gratis dari Kemenhub
“Tidak ada yang mau bernegosiasi dengan orang atau orang yang menyiksa bangsa ini. Itu semua bisa dimengerti. Dan sebagai seorang pria, sebagai seorang ayah, saya sangat memahami hal ini,” kata Zelenskyy dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press dikutip Tribun-Bali.com dari Aljazeera pada Senin, 11 April 2022.
“Kami tidak ingin kehilangan peluang, jika kami memilikinya untuk solusi diplomatic,” lanjutnya.
Pernyataanya itu pun disampaikan Zelensky didalam kompleks kantor kepresidenan, di mana jendela dan lorong dilindungi oleh menara karung pasir dan tentara bersenjata lengkap.
“Kita harus berjuang, tapi berjuang untuk hidup. Anda tidak bisa berjuang untuk debu ketika tidak ada apa-apa dan tidak ada orang. Itulah mengapa penting untuk menghentikan perang ini,” kata Zelenskyy.
Baca juga: INFO TERKINI: Vladimir Putin Pecat Komandan Serangan Rusia di Ukraina, Ini Sosok Komandan Baru
Saat ini, pasukan Rusia dilaporkan menarik diri dan diperkirakan akan melakukan serangan kembali, merebut wilayah Donbas timur, termasuk kota pelabuhan Mariupol yang berusaha dipertahankan oleh para pejuang Ukraina.
Presiden mengatakan para pejuang Ukraina itu mengikat “sebagian besar pasukan musuh”, mencirikan pertempuran demi menahan Mariupol sebagai “jantung perang” saat ini.
Zelenskyy yakin Ukraina akan menerima perdamaian meskipun warganya merasakan kengerian selama enam minggu perang berlangsung.
Hal ini termasuk gambaran mengerikan mayat warga sipil yang ditemukan di pekarangan, taman dan alun-alun kota dan dikubur di kuburan massal di pinggiran kota Kyiv, Bucha setelah pasukan Rusia mundur.
Para pemimpin Ukraina dan Barat menuduh Moskow melakukan kejahatan perang.

Terlepas dari harapan untuk perdamaian, Zelenskyy mengakui bahwa dia harus "realistis" tentang prospek resolusi cepat mengingat negosiasi sejauh ini terbatas pada pembicaraan tingkat rendah yang tidak melibatkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Zelenskyy menunjukkan rasa frustasi ketika ditanya apakah pasokan senjata dan peralatan lain yang diterima negaranya dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya cukup untuk mengubah gelombang perang.
"Belum," katanya, beralih ke bahasa Inggris untuk penekanan.