Berita Denpasar

Bali Barometer Eco Enzyme Seluruh Nusantara, Joko Riyanto: Saya Bangga Jadi Warga Bali

Sejak pandemi COVID-19, nama eco enzyme  semakin melejit.  Bagaimana tidak, cairan sepujagat ini telah membantu penanggulangan COVID-19 tanpa har

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Marianus Seran
Tribun Bali/Putu Yunia Andriyani
Senyum bahagia Joko Riyanto, pelopor gerakan pembuatan dan pemanfaatan eco enzyme di Bali pada perhelatan Peringatan Hari Bumi Tahun 2022 di Jalan Pulau Serangan, Denpasar, Bali pada Jumat, 22 April 2022. 

 

TRIBUN-BALI, DENPASAR - Sejak pandemi COVID-19, nama eco enzyme  semakin melejit. 


Bagaimana tidak, cairan sepujagat ini telah membantu penanggulangan COVID-19 tanpa harus merusak lingkungan.


Bahan dasar yang berasal dari sampah organik semakin melekatkan kata sempurna untuk eco enzyme.


Di Bali, eco enzyme mulai berkembang sejak tahun 2009.

Namun, baru lebih dikenal sejak pandemi COVID-19 melanda, tepatnya pada tahun 2020. 

 

Ialah Joko Riyanto, pelopor penggerak eco enzyme di wilayah Provinsi Bali. 


Gerakan diawali dengan membentuk komunitas yang diberi nama Komunitas Eco Enzyme Nusantara


Dalam arahannya pada Peringatan Hari Bumi Tahun 2022 di Jalan Pulau Serangan, Denpasar, Bali, ia mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung perhelatan acara tersebut.


Dengan memberikan dukungan pada acara berarti seluruh pihak juga mendukung perkembangan eco enzyme.


Pantang baginya menerima uang sebagai bantuan untuk membangun pemahaman tentang eco enzyme.


Namun, berkat usaha dan kerja keras seluruh pihak, ia berhasil membawa eco enzyme semakin lebih dikenal oleh seluruh masyarakat.


"Di awal, kami tidak ada uang.

Haram bagi kami untuk meminta sumbangan. Kami tertatih-tatih tapi kami tetap semangat melakukan semua dengan dana sendiri.


Syukurnya kami tidak sendiri karena masih banyak orang baik yang memberikan jalan kepada kami sehingga kami jadi lebih semangat," ujar lelaki yang akrab disapa Pak Joko ini.

Baca juga: Dinas Kesehatan Tabanan Catat 15 Kasus DBD di April 2022, Pemerintah Juga Waspadai Cikungunya


Laki-laki asal Belitung ini tak pernah letih memberikan sosialisasi pembuatan dan pemanfaatan eco enzyme. 


Sejak awal pandemi, hampir 600 acara sosialisasi telah diisinya, baik secara daring dan luring. 


Jika dihitung, artinya ia bisa memberikan hingga dua kali sosialisasi setiap hari sepanjang tahun 2020.


Dan itu masih berlangsung hingga tahun 2022 ini.

Hal ini membuat dirinya mendapat julukan "simatupang", kepanjangan dari "siang malam tunggu panggilan".


Yang lebih hebatnya, saat ini usaha mengedukasi masyarakat telah merambah ke kancah internasional.


Beberapa negara seperti Afrika dan negara-negara di Asia mulai tertarik untuk mempelajari eco enzyme. 


Semua yang telah terjadi saat ini bermula dan tidak lepas dari kerja keras seluruh pihak di Bali.

 

Bali pun dijadikan barometer untuk eco enzyme seluruh nusantara.

Tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh negara dunia. 


"Bali sekarang jadi barometer seluruh nusantara.

Ini untuk Indonesia dan dunia. Bahkan PMI (Palang Merah Indonesia) se-Indonesia kalau menyemprot harus menggunakan eco enzyme. 

Baca juga: VIRAL! Video Bule Menari Telanjang Diduga di Kawasan Suci Gunung Batur


Semua mulai dari siapa? Dari PMI Kabupaten Buleleng, BALI ! Saya bangga jadi warga Bali" ujarnya  sambil meneteskan air mata haru. 


Pak Joko memang bukan warga asli Bali. Ia telah menetap di Bali sejak 24 tahun yang lalu.


Walaupun begitu, ia sangat totalitas mengembangkan eco enzyme dan bangga membawa nama Bali.


Dalam bekerja, Wakil Ketua Umum I Eco Enzyme Nusantara pusat ini menerapkan prinsip GILA, "Gagasan Ide Langsung Action".


Prinsip ini tercetus dari mantan Kapolsek Kuta, I Nyoman Gatra yang juga merupakan rekanannya di komunitas.


I Nyoman Gatra juga merupakan pelopor penyemprotan eco enzyme dengan menggunakan water cannon. 


Karena menerapkan prinsip ini, Joko dan kawan-kawannya sering dipanggil "Tim GILA".


Di depan para pejabat pemerintah dinas dan adat, serta para pelajar yang datang pada Peringatan Hari Bumi, ia mengajak untuk mulai untuk menjaga alam.


Pandemi ini merupakan teguran alam yang harusnya membuat manusia sadar dan mengevaluasi dirinya.


"Kita sering mengeksploitasi alam.

Kita selalu menganggap bahwa kitalah penguasa. Padahal alam tidak butuh kita. Kita yang butuh alam.


Dengan pandemi ini, kita harusnya sadar dan mulai menjaga alam.

Kalau kita menjaga alam, alam tentu akan lebih menjaga kita.

Baca juga: POLISI Buru Pemandu dan Turun ke TKP, Usai Viral Video Bule Menari Telanjang Diduga di Gunung Batur


Ini semua dilakukan bukan untuk G20 yang akan ada di Bali, melainkan untuk bumi kita, rumah kita. Kalau bukan kita, siapa lagi?" tanyanya.


Penasihat Eco Enzyme Nusantara Bali ini kemudian melanjutkan aksinya memandu pembuatan eco enzyme masal pada acara Peringatan Hari Bumi.


Ia bersama panitia telah menyiapkan 300 gentong dengan menggunakan 3,5 ton sampah.


Ini artinya sudah 3,5 ton sampah tidak terbuang ke TPA .

Apabila semua rumah tangga bisa menerapkan ini, maka dipastikan pengurangan sampah pasti terjadi dengan cepat.


Ia berharap, pemerintah dapat mendukung gerakan Komunitas Eco Enzyme Nusantara.


Bukan dalam bentuk dana, namun dimudahkan dalam mengedukasi masyarakat sehingga edukasi dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dan tidak berhenti di Bali saja, tapi juga di seluruh Indonesia sehingga masyarakat se-Indonesia akan bergerak untuk menyayangi alam. (*) 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved