Berita Jembrana
Banyak Peminat, Bisnis Anggrek Menguntungkan di Masa Pandemi, Putu Tirta Raup Rp 2 Juta Per Minggu
Banyak Peminat, Bisnis Anggrek Menguntungkan di Masa Pandemi, Putu Tirta Raup Rp 2 Juta Per Minggu
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Banyak Peminat, Bisnis Anggrek Menguntungkan di Masa Pandemi, Putu Tirta Raup Rp 2 Juta Per Minggu.
I Putu Tirta Ariawan, 25 tahun, warga Jalan Cempaka Nomor 2, Banjar Baluk Rening, Desa Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, patut dicontoh.
Dari hanya sekadar sambilan, dirinya bisa menikmati pundi-pundi rupiah dari berbisnis jual beli tanaman anggrek.
Di gerai miliknya yakni Harta Orchid, dirinya merawat sendiri anggrek untuk dijual kepada para pelanggan.
Ari mengaku menggeluti budidaya anggrek, dimulai dari lima tahun lalu.
Mulai dari hanya kebun kecil-kecilan, kini bisa mengelilingi rumah miliknya.
Anggrek sendiri dipilihnya, dikarenakan semenjak kecil sudah tertarik dengan tanaman.
Mulai dari pembibitan hingga perawatan, dirinya pelajari sejak kecil.
Saat ini, masih menjadi sambilan karena dirinya terkendala modal, atau belum dapat fokus 100 persen untuk usaha miliknya.
“Paling cuma Sabtu-Minggu mulai ngerawat sendiri sampai jual. Karena saya masih kerja di Luwus Tabanan,” ucapnya saat ditemui Minggu 24 April 2022.
Dijelaskan, dirinya menggemari anggrek dikarenakan mulai pembibitan hingga perawatan ada seni perawatan yang mampu diambil.
Misalnya saja, melakukan penyilangan warna pada tanaman anggrek itu sendiri.
Kemudian, hasilnya bisa memunculkan warna yang berbeda dari bibit yang diperoleh.
Dan dirinya pun gemar mulai kecil melakukan penataan taman atau landscape.
“Jadi anggrek itu bisa apa bibitnya kemudian munculnya beda. Bisa dikawin silang warna yang didapat jadi lebih baik. Terus saya juga hobi menata taman rumah, memupuk, dan menyemprot,” ungkapnya.
Bahkan, sambungnya, saat ini juga mengggeluti bisnis pupuk, menjual pupuk kimia, yang dilabeli pupuk “Rasa Sayang”.
Yang berasal dari bahan kimia, unsur makro dan mikro, yang dibeli bahannya lewat online.
Kembali ke anggrek, masa pandemi menjadi berkah dikarenakan anggrek lumayan banyak penggemarnya.
Terutama banya para pemula atau ibu-ibu yang yang menanam anggrek, sehingga permintaan sangat meningkat.
Selain dirawat untuk tanaman hias, juga untuk dijadikan hadiah di hari Valentine atau hari ibu.
“Bunga anggrek banyak spesies. Kalau yang di sini anggrek Dendra, Panda, Bulan, Katelia, Sibidium Golden Boy, yang paling laris dari kelima ini ialah anggrek Dendra Panda dan Bulan,” jelasnya.
Ari menuturkan, Harta Orchid yang dikelolanya masih dikerjakan sambilan.
Dirinya masih bekerja karena memerlukan biaya untuk kebutuhan sehari-hari.
Karena untuk pengembangan kebun membutuhkan dana yang tidak sedikit, dimana diperkirakan mencapai Rp 200 juta, itu baru bisa kembali modal setelah tiga tahun.
“Sebenarnya mau membesarkan, tapi faktor ekonomi yang belum tercukupi. Apalagi, anggrek harga naik turun ketika diserbu barang dari Jawa,” katanya.
Ia menambahkan, untuk harga bibit dijual dari Rp 35 ribu jenis Bulan, Dendra, Katelia dan Panda.
Kalau anggrek sudah berbunga, jenis Bulan Rp 150 hingga Rp 175 ribu.
Kemudian, anggrek Dendra dari harga Rp 100 hingga jutaan, yang membuat mahal ialah jenis atau hybrid.
Sedangkan Katelia, dari harga Rp 220 hingga Rp 250 ribu.
Panda dari harga Rp 250 hingga Rp 350 ukuran besar.
Yang lagi tren ialah platesirium, itu harga bibit Rp 100 ribu.
Ini yang dia punya hanya berupa daun sudah ditawar Rp 650 ribu.
“Saat ini sudah mulai banyak permintaan. Satu bulan permintaan penjualan Rp 4 hingga 5 juta per bulan atau penghasilan masih kotor.
Kalau saat ini, masih ya sekitaran Rp 1,7 juta hingga Rp 2 juta per minggu, tapi belum juga terhitung omzet.
Tapi sudah cukup lumayan untuk kerja sambilan di akhir pekan. Sehingga akan diseriusi ke depannya,” bebernya.
(*)